Taehyung menghela nafas lelah. Pundak lebar dan tegapnya tampak lunglai lemah, tidak kokoh seperti biasanya. Otot-otot punggungnya yang sempat kaku karena bersitegang sedari tadi, kini mulai sedikit melemas karena ia sudah menyandarkannya ke bantalan sofa sekalian merebahkan diri disana dengan kaki yang dijulurkan ke meja didepannya.Ekor manik tajamnya menatap Yoongi yang duduk disebelahnya. Dia menelisik wajah Yoongi yang masih terlihat kesal, karena dirinya sudah mendebat, memarahi, dan membentak istrinya tersebut.
Tapi, jujur saja. Taehyung sebagai kepala keluarga tidak menyesal melakukannya!
"Kau masih belum sadar?" suara dalam dan tajam milik pria itu akhirnya keluar.
"Ya, aku sadar! Tindakanku sudah sangat benar!" titahnya seperti tidak mau dibantah lagi untuk kesekian kali, karena ia sudah merasa lelah berdebat setiap hari dengan suaminya setiap hari.
Taehyung menunduk dan menggelengkan kepalanya tak percaya. Yoongi sedikit tertegun saat Taehyung bangkit dan menatapnya dengan desisan penuh kekecewaan.
"Kau pasti tau aku sangat mencintaimu dari dulu, hingga sekarang, bahkan sampai selamanya pun akan tetap seperti itu." ucap Taehyung pelan. Tangan besarnya dibawa untuk mengelus pelan pucuk kepala Yoongi.
Aku masih berharap kau tak sejahat itu!
"Tapi, kau pasti belum tau jika— tak dapat dipungkiri, dengan kau yang terus membela adikmu yang bersalah membuatku merasa kecewa padamu dari dulu hingga saat ini juga!"
Itu adalah perkataan paling blak-blakan yang disampaikan Taehyung padanya sepanjang mereka menikah. Yang mana perkataan tersebut membuat relung hati terpojok milik Yoongi sedikit berdenyut.
"Apakah aku salah jika membela adikku?"
^^^
Keadaan apartemen Taehyung dan Yoongi yang penuh kesuraman itu sangat berbanding terbalik dengan keadaan apartemen Jungkook yang setiap hari dipenuhi dengan teriakan, umpatan, dan barang-barang yang berserakan karena sengaja dipecahkan.
Lihat, betapa berwarnanya hidup Jungkook setelah Jimin datang!
Dan tiba-tiba saja, malam ini Jimin dikejutkan dengan Jungkook yang pulang kantor dengan berjalan sempoyongan. Manik bulatnya terbuka setengah, keningnya mengkerut, dan celah bibir tipisnya mengeluarkan suara yang aneh menurut Jimin. Seperti suara orang kesakitan.
"Oh astaga! Kau mabuk?!"
Mengetahui Jimin berada didepannya, Jungkook sudah tak kuat lagi. Dia segera menjatuhkan kepalanya kebahu sempit Jimin dan sedikit menduselkan wajahnya ke leher gadis itu yang membuat siempunya merasa geli. Hampir saja memukul kepala bagian belakang Jungkook, tapi ia merasakan deru nafas hangat Jungkook menerpa sisi pipinya.
Dengan tenaga penuh walaupun kesusahan, ia mencoba mendorong tubuh Jungkook yang semakin berat karena sepertinya ia dengan sengaja membuat Jimin sebagai penopang tubuh lemahnya. Dengan badan sekecil itu, Jimin mana kuat!
"Kau bisa sakit?" tanya Jimin kaget. Daripada menanyakan apakah pria itu sakit, dia langsung menyerbu Jungkook dengan pertanyaan tidak bergunanya.
Jungkook mendengus, "Dasar tidak berguna!" cemoohnya tepat didepan wajah cantik Jimin sebelum berlalu dari sana.
Pokoknya Jungkook mau tidur!
Pokoknya Jungkook sedang tidak mau melihat wajah menyebalkan Jimin saat ini!
Pemuda tampan itu berlalu melewati Jimin begitu saja. Sedangkan Jimin ditempatnya langsung mengeluarkan gerutuan andalannya pada Jungkook. Sebenarnya, tidak bisa dibilang gerutuan sih. Karena, Jimin mengatakannya dengan oktaf tinggi dan nada membentak serta gayanya yang seolah tak peduli itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...