Jimin menendang kesal meja kantin yang sedang ditempati oleh teman-temannya. Dahinya terlihat berlipat-lipat disertai alis yang menukik tajam, napasnya memburu, dan bibirnya terus mengeluarkan suara umpatan yang memekakkan telinga.Perilakunya tersebut tentu saja mengundang kekesalan dari teman-temannya. Bagaimana tidak kesal? Dia datang disaat mereka sedang menghabiskan waktu istirahat bersama seperti biasanya. Untung saja tidak ada yang tersedak saat itu.
Tetapi, daripada merasa kesal, sebenarnya mereka penasaran, kenapa Jimin terlihat sangat mengerikan? Maklum saja, mereka baru menemukan Jimin yang sedang marah dalam artian yang serius. Biasanya kan jika mereka sedang menggodanya, Jimin tidak semarah ini. Justru karena merasa kesal, dia akhirnya mengeluarkan aura menggemaskan yang alami. Tapi apa yang terjadi saat ini? Ada yang mereka lewati kah?
Seokjin adalah orang pertama yang menenangkan Jimin.
"Ada apa Jiminie?" tanyanya lembut seraya menarik pelan tangan Jimin agar duduk ditempat kosong yang kebetulan ada disamping kirinya. Sedang disamping kanan ada Namjoon, lalu Jennie serta Jong-in duduk dihadapannya.
Mereka tau, Jimin pasti tidak akan menjawabnya. Tidak ketika tangannya masih mengepal erat diatas meja dengan mata memerah. Mereka pun memberi waktu untuk Jimin mengontrol emosinya terlebih dahulu. Dan terbukti sepuluh menit kemudian, gadis yang paling muda tersebut mendongakkan kepalanya, tangannya pun dengan cepat menghapus setitik air mata yang terjatuh, kemudian ia berkata pelan, "Aku kesal."
Mereka semua menaruh penuh atensinya pada Jimin, "Kita tau. Lalu, apa penyebabnya?" tanya Jennie.
"Si tolol Sihyuk-ssi! Tua bangka sialan itu memindahkan ku ke Seoul!"
^^^
"Bagaimana bisa kau dipindahkan, Noona?"
"Berhenti bicara, sialan!" sentak Jimin kesal. Dia menampar dengan kesal wajah sang adik dengan bantal.
"Aku kan hanya bertanya!" sahut Jihyun tidak terima. Tentu saja mulutnya itu tak bisa berhenti untuk tidak berbicara, "Kau membuat kesalahan kali! Makanya beliau memindahkan mu!" tuduhnya sembrono yang semakin membuat Jimin dongkol setengah mati.
Daripada meladeni ucapan sang adik yang hanya akan membuatnya naik darah, lebih baik dia tidur karena sungguh kepalanya terasa seperti diputar 360°. Dan sebelum dia benar-benar masuk jauh kealam mimpi, ia bergumam pelan tapi cukup untuk didengar Jihyun yang berada tepat dipinggir ranjangnya.
"Jangan beritahukan appa dan eomma jika aku akan ke Seoul!"
^^^
Pagi ini Jimin menemui Jungkook. Pemuda tampan itu berada didepan kamar inap adiknya dengan kepala tertunduk. Dari kejauhan, Jimin berdehem pelan untuk mengatasi kegugupannya yang tiba-tiba mendera.
"Jungkook!" panggil Jimin. Suaranya dibuat seperti biasa saja. Tidak terlalu kaku, juga tidak terlalu informal.
Jungkook mendongak saat mendapati suara melengking yang sangat dikenalnya. Suara cempreng tersebut adalah ciri khas seorang Park Jimin.
Pemuda itu mengernyit saat tak mendapati Jimin memakai setelan dokter seperti biasanya. Gadis itu tampak seperti akan bepergian jauh? Entahlah, Jungkook tidak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...