"Bagaimana kalau uangku habis dan aku jatuh miskin, hah?" omel Jungkook. Matanya yang sudah bulat semakin membulat saat menatap mata kecil Jimin yang juga sedang menatapnya penuh kemenangan."Aigo~ ck ck, wajahmu itu jangan seperti orang susah kenapa, sih? Kau lupa ya kalau aku ini juga orang kaya! Kau ini jadi orang kaya jangan terlalu pelit!" gumam Jimin santai sambil melambaikan tangannya ke udara dengan acuh tak acuh.
"Kalau seperti ini, bisa-bisa aku tidak jadi menikahimu karena aku sudah bangkrut!"
Jimin yang sedang fokus menonton channel YouTube kesukaannya pun segera memalingkan wajahnya untuk menghadap ke Jungkook disertai seringai lebarnya.
"Eyy, aku tidak ingin jadi istrimu!"
"Siapa-"
"Jungkookie, sudahlah! Jangan menyangkal terus-terusan!" potong Jimin tak mau tau. Dasar lelaki karpet ini! batin Jimin kesal.
"Lagipula, aku sedang memanfaatkan posisiku yang sedang menjadi istri simulasi yang kau harapkan itu!" lanjut Jimin terang-terangan.
"Kalau begini, persetan dengan si sialan simulasi itu! Ayo menikah sungguhan!"
^^^
"Apa lagi?" tanya Jimin jengah.
Wanita dihadapan Jimin itu hanya diam dengan pandangan yang susah Jimin terjemahkan. Akhirnya, Jimin berdecak dan melipat tangannya didepan dada, "Ada apa, Min Yoongi-ssi?"
Jimin menghalangi jalannya saat dirasa Yoongi akan melangkah melewatinya, "Mencari Jungkook? Lagi?" tanya Jimin meremehkan.
"Minggir! Aku tidak mempunyai urusan denganmu!" ucap Yoongi sembari menyingkirkan kasar tubuh Jimin dengan mudah.
Jimin terkekeh tak percaya, kemudian ia berdecak, "Kau masih berniat meminta Jungkook untuk membebaskan adikmu yang memang bersalah?!"
Dan Yoongi langsung menghentikan langkahnya saat itu juga.
^^^
Jimin berjalan dengan dagu terangkat disepanjang lobi kantor Jungkook bersama Yoongi yang berjalan pelan dibelakangnya. Sesekali Jimin membalas sapaan karyawan Jungkook dengan sangat amat terpaksa. Bagaimana tidak terpaksa, jika mereka semua menyapa Jimin seperti ini-
"Selamat datang, nyonya Jeon!"
Nyonya Jeon...
Nyonya Jeon...
Nyonya Jeon...
Kalau saja tidak ingat ia harus menjaga image-nya, dia pasti sudah mengobrak-abrik seluruh kertas-kertas mereka yang terlihat berserakan dimeja.
Gadis itu baru bisa bernafas lega saat sudah menaiki lift yang langsung diikuti oleh Yoongi.
Jadi, siang tadi Jimin berencana untuk mampir kekantor Jungkook untuk mengacaunya. Salah sendiri sih sudah membuat Jimin hampir mati kebosanan karena dia hanya harus menghambur-hamburkan uang pria itu.
Tapi, didepan pintu masuk perusahaan Jungkook, hal yang tak terduga oleh Jimin kembali terjadi, yaitu bertemu dengan Yoongi!
Oh ya, tentu Jimin akan bermain-main lagi dengan perempuannya Taehyung itu!
Lift yang berdenting langsung menyentak lamunan Jimin. Setelah itu, dia keluar lebih dulu dari lift, "Jangan lamban dong!" sebal Jimin saat dirasa Yoongi berjalan seperti siput.
Yoongi hanya meliriknya malas.
"Jungkook!" panggil Jimin keras. Tanpa permisi dia langsung masuk begitu saja keruangan Jungkook dan seperti biasa, ia langsung merebahkan tubuhnya di sofa empuk disana.
Jungkook mendengus. Dia masih kesal karena kejadian Jimin yang membeli mobil tanpa seizinnya, walaupun sudah beberapa hari lalu sudah terlewati. Jika di apartemen, Jimin pasti akan mengomelinya begini- teruskan saja perhitungan dengan istri simulasi mu ini! kudoakan tidak ada yang mau menjadi istri sungguhanmu!
"Siapa yang memperbolehkanmu masuk? Jisoo?"
"Aku hanya mengedipkan mata saja dia pasti langsung membawaku kehadapan orang yang dia pikir suamiku! Itu salahmu sendiri, mulut brengsekmu itu dengan luwesnya malah memperkenalkanku sebagai istrimu!"
"Seperti biasa. Jeon Jimin yang pintar bicara!"
"Seperti biasa juga. Jeon Jungkook adalah orang yang suka mengganti nama orang dengan seenak jidatnya!"
Jungkook memilih melanjutkan pekerjaannya, tak menggubris Jimin.
"Ah, aku lupa. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu!" kata Jimin sambil memejamkan matanya menikmati betapa nyamannya ruangan kerja Jungkook.
Jungkook mengernyit, "Siapa?"
"Aku."
Jungkook menolehkan kepalanya. Melihat presensi seorang wanita berkulit pucat yang berdiri diambang pintu kantornya. Jungkook mendecih dan melirik Jimin lewat ekor matanya yang ternyata gadis itu juga tengah menatapnya.
Kapan dia terbangun?
"Sudah cukup main kucing-kucingan denganku, Jungkook-ssi! Ayo selesaikan masalah ini, sekarang!" ucap Yoongi tegas.
"Sana bicara! Kalau bisa kasih penjelasan yang lebih tegas pada wanita beranak satu ini! Percuma saja dia membela adiknya sampai matipun, itu tidak menghilangkan image Jihyo yang seorang pembully. Dan itu juga berlaku padamu, Min sialan Yoongi!" Jimin berucap dengan nada penuh penekanan. Ia memang berbicara dengan Jungkook, tapi tatapan tajamnya mengarah pada Yoongi yang mematung.
"Kau dengar itu? Jimin masih marah dan tentu saja aku semakin tidak ingin membebaskan saudara licikmu itu!" sahut Jungkook datar.
"Jadi, daripada kau selalu membuang waktumu untuk berusaha membujukku, lebih baik kau membujuk adikmu dan dirimu sendiri untuk melunturkan egomu itu!" lanjut Jungkook.
"Jungkook, please-"
Ucapan Yoongi terpotong oleh Jungkook yang entah sejak kapan sudah berdiri berdampingan dengan Jimin. Pemuda itu bahkan merangkul erat pinggang Jimin, "Sayang, kau ingin aku membebaskannya?"
Jimin balas memeluk erat pinggang Jungkook dengan manja, "Apa yang kau katakan? Tentu saja aku tidak mau dia bebas! Bahkan aku ingin Yoongi-ssi juga berada disana bersama adiknya!" rengek Jimin sebelum kembali menatap Yoongi merendahkan, "Tapi, tenang saja! Aku tidak mungkin memasukkanmu ke penjara, karena kau masih harus merawat anakmu!"
"Eoh? Anakmu? Aku baru ingat! Taehyun kan namanya? Sepertinya bocah itu cukup menyenangkan untuk kuajak bermain!" seru Jimin pura-pura kaget.
"PARK JIMIN!" teriak Yoongi marah.
Jimin mencebilkan bibirnya dan menatap Jungkook pura-pura sedih, "Dia membentakku, Jungkookie!" adunya.
Jungkook hanya membalas dengan menepuk kepalanya pelan dan mencoba bersikap kooperatif dengan keinginan Jimin.
"Pergi dari kantorku, Yoongi-ssi!"
triple up🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...