Jimin yang tumbang pagi harinya tidak mengejutkan lagi bagi Jungkook mengingat tadi malam dia mimisan dan juga sempat melakukan hal-hal yang menguras tenaganya hingga ia kelelahan. Belum lagi mantan dokter tersebut sebenarnya tidak menjaga pola makannya dengan benar juga psikisnya yang bermasalah membuat ia berada dipuncaknya sekarang!Dia terus mengeluh sakit dan meminta ini itu pada Jungkook. Sampai Jungkook pun dibuat kesal dengan permintaannya. Tadi pagi saat bayinya itu terus menangis, Jimin dengan alasan pusing mendengarkan suaranya pun menyuruh Jungkook untuk mengembalikan bayi itu keasalnya. Jungkook saja tidak tau apa-apa!
Lalu, setelah sarapan paksaan tadi, gadis itu merengek ingin makan nasi goreng dengan alasan bubur buatan Jungkook seperti jus! Sorry saja ya, bubur buatan Jungkook itu masuk kriteria dalam makanan pendamping di restoran bintang lima! Sekarang bukan hanya watak orangnya yang bermasalah, indra penyecap rasa tubuhnya pun ikut bermasalah!
Karena tidak dituruti oleh pemuda itu, sebagai gantinya ia ingin tidur sambil dipijat terus oleh Jungkook. Jungkook pun dengan sangat-sangat terpaksa mengiyakan saja permintaan masuk akal ini, walaupun dia harus rela menjadi pegal. Tidak apa.
Tetapi, terhitung baru sekitar satu jam gadis itu tertidur, ia harus terpaksa bangun dengan demam yang lebih tinggi dan berkeringat dingin.
"Apa yang salah?" tanya Jungkook langsung, "Kau ingin muntah?" tanyanya lagi seraya mengusap peluh Jimin dengan lembut.
Jimin menggeleng sembari menunduk dalam dengan tangan yang mencengkram erat segenggam rambutnya, "Apakah kehidupanku memang hanya dikelilingi oleh orang-orang brengsek? Kenapa hanya mereka yang muncul dimimpiku? Tidak cukupkah mereka membuatku menggila di dunia nyata? Kenapa mereka harus datang dimimpiku?"
Jimin menggumam pelan dengan bibirnya yang bergetar. Isakan lirihnya mengundang Jungkook untuk menenangkan dirinya. Dan seperti biasa, hug special dari Jungkook selalu mampu membuat Jimin terdiam dan terbungkam.
"Tenangkan pikiranmu jika tidak ingin menjadi semakin drop!" perintah Jungkook pelan. Suaranya yang dalam mengalun lembut hingga membuat Jimin merasa nyaman.
Gadis mungil itu langsung menjatuhkan kepalanya kepaha Jungkook dan menangis terisak disana. Seperti anak kecil, dia mengadukan kepada Jungkook betapa kerasnya mereka semua terhadap dirinya.
Semua kehidupannya terasa tidak cukup jika hanya Tuhan yang mengatur!
Tangannya masih mencengkram kuat kaos Jungkook bagian punggung hingga baju tersebut terlihat kusut tak berbentuk.
"Nah, begitu dong. Sesekali menangis itu tidak apa. Tidak akan dianggap lemah, karena menangis juga salah satu bentuk cara penyampaian emosi kita. Setidaknya jika tidak ingin menangis dihadapan mereka, menangislah dihadapkanku. Jangan dipendam, karena aku berjanji akan selalu berada di sampingmu dalam keadaan apapun!" janji Jungkook seraya mengelus kening Jimin yang berlipat-lipat, mungkin masih pusing.
Dia bahkan masih sesenggukan, "Kau mengerti, sayang?" tanya Jungkook kemudian. Tak mendapati jawaban apapun selain kedipan mata pelan, membuat Jungkook mencium kening, kedua mata dan pipi, hidung mungil, dan juga bibirnya secara singkat namun penuh kelembutan.
Sebenarnya Jimin masih sangat membenci mengakui ini. Tapi, dia tidak bisa mengelak lagi. Dia tidak mau terluka lagi. Apabila semua orang tidak mau mereka bersama, mereka masih mempunyai seribu satu cara untuk tetap bersama, apapun itu caranya. Mereka berdua adalah orang yang sangat pemaksa, kan?
Kalaupun semua orang meninggalkannya, ia masih mempunyai Jungkook disisinya.
Satu Jungkook saja sudah cukup!
Jika Jungkook yang menjadikan titik terlemahnya muncul kepermukaan, maka Jungkook juga yang memunculkan titik besar kekuatannya!
Iya. Hanya Jeon Jungkook!
^^^
"Sudah minum obatmu?"
Jimin yang sedang meringkuk sambil memeluk gulingnya pun sedikit tersentak, tapi setelahnya ia mengangguk pelan.
Jungkook terkekeh sembari berjalan menghampiri Jimin yang langsung memejamkan matanya lagi, "Sejujurnya aku senang jika kau bersikap kooperatif seperti ini. Tapi, yang aku tidak suka adalah kau hanya bersikap kooperatif saat sedang sakit! Kalau begini lebih baik sakit saja, kan? Agar kau tak bersikap menyebalkan!"
"Jahatnya!"
Jawaban singkat dari Jimin membuat Jungkook paham, gadis itu belum sembuh.
"Maaf. Tidur sana! Aku akan menemanimu!" titah Jungkook. Telapak tangan dinginnya menyapa kulit putih bagian dahi, pipi, dan leher milik Jimin yang terasa masih hangat. Sebagai penghantar tidur agar Jimin merasa nyenyak, ia menyanyikan lullaby yang diduga kesukaan Jimin. Selimut tebal yang akan jatuh, segera ditata kembali untuk ditaruh ditubuh Jimin hingga sebatas leher, karena Jimin terlihat masih sedikit menggigil. Jungkook mengecup kening Jimin pelan dan lembut seraya berbisik, "Cepat sembuh, sayang. Aku rindu bertengkar denganmu!"
Di ambang batas kesadarannya, Jimin tiba-tiba teringat sesuatu saat ia akan menyelami alam mimpi, "Bagaimana dengan bayi sewaanku? Dimana dia?"
"Ah? Bayi itu? Kusewakan lagi dengan harga yang lebih tinggi dari harga saat kau menyewanya! Akhirnya, bisa untung juga!"
tidak berniat dobel apdet, tapi gara-gara liat jikook ada momen terus jadi trend tuh bikin semangat nulis banget🌈✨
![](https://img.wattpad.com/cover/271012267-288-k593528.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...