Chapter 3

826 93 9
                                    


Bang Sihyuk- pemilik rumah sakit terbesar di Swiss itu, kini melepaskan kacamata hitamnya yang sedaritadi terpasang di matanya. Walaupun sudah berumur, untuk gaya berpakaian dan yang lainnya cukuplah, cukup keren! Apalagi lelaki setengah baya tersebut kaya raya, pasti ada saja beberapa orang yang meliriknya!

Pria yang akan menginjak usia kepala lima tersebut berjalan pelan menuju ruangannya. Dengan dagu terangkat dan sedikit senyuman, dia bertegur sapa dengan pasien-pasiennya yang menyapanya.

Yah, paginya sangat indah. Sebelum—
tiba-tiba, pria tersebut jatuh tersungkur karena ada yang menabraknya dari belakang. Dan lebih parah lagi, sepertinya seseorang tersebut sedang membawa minuman panas yang sialnya sudah membasahi seluruh punggungnya!

"YAK!!! SIAPA YANG— AH PARK JIMIN! KAU BERBUAT MASALAH LAGI?!" teriaknya penuh amarah.

Jimin menggigit pipi bagian dalamnya, sedikit merasakan takut tapi yang lebih mendominasi adalah sibuk menahan tawa. Lalu, gadis itu menyengir memohon maaf.

Ia berdehem sebelum mengeluarkan jurus andalannya, "Aku minta maaf, oppa!" ucapnya dibuat semanis mungkin, padahal dalam hati ia berjanji setelah ini akan menampar mulutnya karena sudah berkata sedemikian.

"Berhenti merayuku, Park! Kau pikir aku akan tergoda dengan perawan tua sepertimu!" balas Sihyuk sengit.

Jimin melunturkan senyumnya "Aku masih 28 tahun, brengsek!" geram Jimin.

"Tutup mulutmu! Dan cepat bersihkan pakaianku!" titah Sihyuk.

Wajah Jimin memerah karena kesal, "AKU INI SEORANG DOKTER, ORANGTUA! BUKAN OFFICE GIRL!"

"Memangnya siapa yang bilang kalau kau pembantu rumah sakit, hah?! Ini semua karena ulahmu, Park. Cepat bersihkan!" balas Sihyuk tak kalah keras. Bahkan mereka berdua tidak peduli dengan orang-orang yang berlalu lalang sedang menatap mereka tidak paham.

Apa yang terjadi antara pemilik rumah sakit ini dengan salah satu anak buahnya?  pikir mereka.

Jimin langsung terdiam, lidahnya terasa kelu. Tanpa disetujui oleh alam sadarnya, suara seseorang dulu menghampiri ingatannya membuat Jimin langsung berlalu pergi begitu saja, tanpa peduli dengan Sihyuk yang sudah meneriakinya.

Saat di kejauhan, Sihyuk masih bisa mendengar Jimin berteriak, "DIAMLAH, BANG! GARA-GARA KAU DIA JADI MAMPIR DI OTAKKU, SIALAN KAU!"

"YAK! KURANG AJAR! PARK JIMIN! BERHENTI DISANA! YAKKK!!!"

"Bau juga karenamu! Kau harus mencucinya, Jimin! Sialan!"  Oh, tidak. Suara itu! Suara itu yang sedang berusaha dilupakannya baik itu dari sepuluh tahun lalu, sekarang, atau masa berikutnya!

^^^

Jimin yang akan memasuki ruangannya dibuat terdiam di ambang pintu. Garis wajahnya terlihat tegang dan bibirnya terasa kaku hanya untuk digerakkan. Tangannya yang semula memegang sebuah kertas dengan map berwarna coklat terjatuh begitu saja tanpa disengaja, karena mendadak tangannya terasa lemas. Pandangan matanya terpaku dalam pandangan pemuda yang berada dalam ruangannya bersama sang ibu disampingnya, entah sejak kapan.

"Dokter Park? Kau sudah datang?" suara ini berhasil menarik perhatian Jimin. Dia tertawa kikuk dan membungkuk untuk mengambil sebuah benda tipis yang tadi sempat dijatuhkan.

"Ah, Nyonya Jeon? Sudah lama?" tanya Jimin canggung. Dia buru-buru menutup pintu dan duduk dikursi yang berhadapan dengan kedua kerabat pasiennya.

"Ah itu— " Yoonhee mendadak canggung. Wanita tua itu mana bisa berbohong. Ingin berbicara jujur, tapi tidak enak hati dengan Jimin yang sepertinya terburu-buru untuk menemuinya.

"Kalian sudah lama, ya? Maafkan aku, sungguh."

"Tidak tidak, Dokter Park! Kami saja yang terlalu awal untuk datang."

Mengetahui suasana yang semakin canggung, Jimin ingin segera cepat-cepat mengakhiri situasi ini. Apalagi sedaritadi Jungkook menatapnya terus, sampai Jimin merasa Jungkook tidak berkedip sama sekali!

Kalau matamu tertampar hewan kecil atau debu, tau rasa! Batin Jimin antagonis.

"Jadi, bagaimana hasil CT-SCAN dari Somi?"

Jimin langsung menaruh atensi penuh pada perempuan setengah baya didepannya. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Jimin berjalan menuju sudut ruangannya untuk mengambil jas putih miliknya yang bertengger rapi disana.

Gerak-gerik Jimin pun tak luput dari perhatian Jungkook. Pria 28 tahun itu menatap intens setiap pergerakan Jimin. Dimulai dari cara berjalannya, cara berpakaiannya, dan cara berbicaranya tadi— Wah, Jungkook sungguh merindukan gadis itu!

Dimata Jungkook sekarang, penampilan Park Jimin yang sekarang sangat berbeda dengan yang dulu. Ya meskipun fashionnya masih terbilang sama, tapi sekarang auranya terlihat lebih fresh dan dewasa tanpa meninggalkan wajah baby-face nya. Apalagi saat melihat tubuh mungil Jimin yang tenggelam dalam jas putihnya. Sialan, gadis ini kapan berhenti menggemaskan?

"Jeon Somi. Berdasarkan hasil CT-SCAN, dia mengidap Kanker Limfoma Hodgkin stadium satu."

Mendengar kata kanker, tubuh Yoonhee langsung meluruh lemas. Hampir jatuh pingsan jika saja Jungkook tidak menahan tubuh eommanya.

"Oh? Nyonya? Kau baik-baik saja?" kaget Jimin. Secara alamiah juga, tubuhnya langsung bergerak mendekati Yoonhee. Yang secara tak langsung, ia juga berdekatan dengan Jungkook.

Jungkook bahkan hampir ikut pingsan hanya karena mencium bau wangi Jimin dari dekat! Berhenti bertindak bodoh, Jeon Jungkook! Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan masalahmu dan Jimin! Umpatnya dalam hati.

"Ka-kanker?" tanya Yoonhee terbata-bata setelah dia berusaha untuk tetap menjaga kesadarannya.

"I-iya, Nyonya Jeon. Tapi aku belum menjelaskan sepenuhnya, Nyonya. Jadi, tolong dengarkan aku dan jangan berpikiran buruk terlebih dahulu!" ucap Jimin tegas.

Saat dilihatnya Yoonhee mengangguk, Jimin pun mulai menjelaskan.

"Jadi, kanker limfoma hodgkin disebabkan oleh sel kanker yang berkembang pada sistem limfatik. Sel kanker berawal dari mutasi pada sel, sehingga sel berkembang secara tidak normal dan tidak terkendali. Dan untuk penyebab mutasi sel kanker itu sendiri hingga saat ini belum diketahui. Untung saja pasien cepat ditangani, hingga kemungkinan besar dia bisa sembuh total dengan kemoterapi." jelas Jimin.

"Obat-obatan akan digunakan untuk membunuh sel limfosit yang telah berubah menjadi sel kanker. Obat kemoterapi tersedia dalam bentuk pil dan cairan yang disuntikkan ke pembuluh darah. Pada stadium lanjut, obat kemoterapi bisa digunakan tanpa digabung dengan metode pengobatan lain. Efek samping obat kemoterapi yang umum terjadi adalah mual dan rambut rontok. Tapi, karena pasien langsung ditangani, semoga kita masih bisa mengatasinya. Pada beberapa kasus limfoma Hodgkin, kemoterapi dapat dikombinasikan dengan terapi radiasi, baik untuk mengobati kanker pada stadium awal maupun stadium lanjut." lanjut Jimin.

"Untuk penjelasan dari saya mengenai pengobatan, pihak kami butuh persetujuan dari keluarga terlebih dahulu. Jadi, setelah dari ruangan ini, Nyonya bisa mengisi ini!" terang Jimin seraya menyerahkan beberapa lembar kertas.

Yoonhee bisa sedikit bernafas lega saat mengetahui anak bungsunya masih bisa sembuh total. Walaupun tetap saja ia masih merasa khawatir.

"Saya paham, Dokter Park! Terimakasih untuk penjelasannya. Saya permisi dulu!" pamit Yoonhee. Yoonhee hanya merasa dia harus cepat menyelesaikan ini, supaya anak perempuan satu-satunya itu cepat sembuh!

"Nyonya bisa menghubungiku jika ada yang ditanyakan!" teriak Jimin, karena Yoonhee sudah menjauh.

Jimin menghela nafas lega. Dan saat berbalik, dia terkejut. Baru sadar jika makhluk ini tidak mengikuti ibunya yang sudah keluar.

Jungkook menatap Jimin dalam. Jimin membuang muka, "Teruskan melihatku seperti itu! Akan kucongkel lama-lama bola matamu dengan stetoskopku ini!"

Kok jadi banyak? yaudahlah, gapapa. Jangan pada bosen ya🥺

[ Book 2 I'm You ] ✓

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang