"Siapa nama orangtua bayi ini?"Jungkook bertanya saat sarapan mereka— Jimin, si bayi, dan dengannya tentu saja sudah selesai. Hingga Jungkook menaruh penuh atensinya pada Jimin yang masih sedang makan sambil menimang-nimang sang bayi dengan pelan. Entah kenapa pagi ini bayi itu cerewet tidak seperti biasanya yang selalu kalem.
Mungkin karena terlalu sering bersama Jimin, bayi itu ketularan sikap Jimin.
Jimin melahap untuk suapan terakhirnya. Setelah itu, ia meminum jus jeruk yang letaknya lebih jauh dari air putih yang ada tepat disampingnya. Dia menghela nafas lega dan menepuk-nepuk perutnya kekenyangan sembari tersenyum lebar.
Sadar masih ditatap Jungkook, ia ikut menatap pemuda itu dengan memasang tampang berpikir, "Duh siapa ya namanya? Aku lupa!"
Jungkook menatapnya tak percaya, "Bagaimana bisa—?"
"Ah, atau mungkin gara-gara aku terlalu antusias ingin menyewa bayi ini, aku jadi lupa menanyakan nama orangtua mereka, ya?" ucapnya bingung, "Iya iya, sepertinya aku tidak menanyakan nama mereka!" serunya kemudian.
"Tidak mungkin, Jimin! Jika tidak mengetahui nama mereka, bagaimana bisa kau membiayai sekolah mereka?!" tanya Jungkook dongkol.
"Aku memang membiayai sekolah orangtua bayi ini. Tapi ya malas sekali kalau aku sampai membayarkannya ke sekolah mereka! Jadi, waktu itu kukasih salah satu black card ku kepada mereka. Biar mereka bayar sendiri, lah!" belanya.
Jungkook menatap Jimin dengan pandangan yang sulit diartikan, "Bagaimana jika mereka menipumu? Bagaimana jika uangnya bukan dibuat untuk melanjutkan sekolah malah mereka buat untuk honeymoon?"
"Terserah mereka, sih. Pokoknya bayi ini kukembalikan setelah masa sewa berakhir. Hmm, kurang lebih empat bulan lagi. Tenang saja, mereka tidak bisa kabur. Aku ini orang kaya, dengan menjentikkan jari saja semua orang akan datang padaku!" sombongnya.
Sedangkan, Jungkook memijit pelipisnya pusing.
Sumpah deh, dia pusing! Tidak bohong!
^^^
"Ayo, Jimin!"
"Tidak mau, Jungkook!" balas Jimin tak kalah nyaring.
"Kalau kau tidak mau menemui orangtuamu, maka tidak usah menikah denganku!"
"Ya ya ya. Lebih baik aku tidak menikah kalau begitu!"
"Aish, Jeon Jimin!"
"Katanya tidak mau menikah denganku! Kenapa malah mengganti margaku dengan seenak jidatmu, sialan?!"
Teriakan Jimin barusan menjadi akhir dari perdebatan mereka. Jungkook tampak menghela nafas jengah ditempatnya. Kalau Jimin? Gadis itu sedang mengerucutkan bibirnya dan menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Oke-oke. Aku bersedia melakukan apapun, jika kau mau menemui orangtuamu denganku!" tawar Jungkook. Pokoknya dia harus bisa membujuk Jimin kali ini. Restu itu juga penting, loh!
"Sebenarnya tanpamu pun aku bisa melakukan apapun yang ku mau! Tapi, karena melihat wajahmu itu sudah seperti kelinci yang meminta wortel, jadi ya sudahlah. Ayo!" kata Jimin tiba-tiba setelah ia terdiam cukup lama memikirkan tawaran Jungkook tadi.
Jungkook mencibir saat Jimin melewatinya begitu saja.
"Semoga saja aku tidak cepat kena darah tinggi!"
^^^
"Dimana eomma dan appa?"
Maid itu membungkuk sopan terlebih dahulu sebelum mengantarkan Jimin ketempat dimana orangtuanya berada sekarang, "Mari, nona!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...