Jungkook baru tau kalau Jimin itu jauh berkali-kali lipat lebih menyebalkan saat ia keras kepala seperti saat ini. Pemuda tampan itu mengerang kesal karena diperlakukan Jimin dengan tak senonoh.Niatnya tadi ingin membuat Jimin supaya berkeluh kesah padanya, tapi yang terjadi sekarang malah Jungkook yang mendesah tertahan. Jari-jari mungil nan lentik milik gadis itu sedang bermain seperti komedi putar didada bidang Jungkook. Posisinya sekarang adalah sedang tidur dengan menjadikan paha Jungkook sebagai bantalan, hingga dengan leluasa wajahnya sedaritadi dibenamkan pada perut keras pemuda itu.
"Haish, Jimin!"
Jimin menggumam tak jelas. Tangannya yang tadi disekitar dada Jungkook sekarang sudah berpindah fungsi, yaitu memeluk erat pinggang Jungkook dan mengelus punggung pemuda itu dengan gerakan sedikit mengambang.
Gadis itu mana peduli. Yang dipedulikan sekarang adalah mengerjai Jungkook sampai mampus, karena sudah berani menganggapnya sebagai perempuan yang lemah!
"Jimin~ ahhh— ADUH!"
Jimin mendongak menatap wajah tampan Jungkook dari bawah. Tatapannya memicing dengan tajam, "Siapa yang menyuruhmu mengeluarkan suara aneh itu? Bagaimana kalau bayi dalam kamarmu itu mendengarnya?" tanyanya setelah mencubit pinggang Jungkook keras tanpa perasaan.
"Siapa yang menyuruhmu merangsangku, hah?!" bentaknya tak terima.
"Kenapa? Kau tidak mau?"
"Kalau kau mau menidurkannya kembali ya aku mau!"
"Tujuanku itu membuatnya bangun!"
"JIMIN!"
^^^
Jimin mengernyitkan dahinya dan menatap Jungkook yang baru menampakkan dirinya setelah lama sekali mendekam dalam kamar mandi dengan nyolot, "Apa? Tidak terima?"
Jungkook menggeram kesal. Dia ikut mendudukkan dirinya disofa dimana Jimin yang sedang selonjoran sambil melihat kartun Tom and Jerry kesukaannya. Jungkook sedikit mengangkat kedua kaki Jimin untuk kemudian dipangkunya. Mengetahui hal itu, Jimin dengan tak tahu malunya, berkata, "Pijiti sekalian, dong!"
"Aku bukan babu!"
"Siapa juga yang bilang kau babu? Kau kan calon suamiku!" balas Jimin santai, "Penghasil uang instanku, sih!" ralatnya kemudian.
Jungkook yang merasa masih amat sangat jengkel pun tak menggubris perkataan Jimin barusan. Jimin sendiri pun hanya menanggapi dengan acuh tak acuh.
Yang penting dia sudah puas!
Keduanya larut dalam keheningan untuk beberapa saat sebelum suara lenguhan Jimin yang terdengar samar-samar memasuki pendengaran Jungkook. Ia sedikit melirik Jimin yang sedang memalingkan wajahnya kesamping menghadap bantal yang langsung menutupi seluruh wajahnya.
Gadis itu terlihat gusar sendiri ditempatnya, karena merasa ada yang janggal. Perlahan-lahan disingkirkannya asal bantal yang tadi menutupi wajahnya. Matanya sedikit terbelalak saat mendapati hidungnya yang lembab padahal ia tidak sedang pilek.
Darah?
Jungkook yang mengetahuinya pun langsung mengambilkan Jimin sekotak tisu. Dia membantu Jimin untuk duduk bersandar dipunggung sofa dan ikut membersihkan area hidung Jimin yang masih mengeluarkan banyak darah, "Astaga, selain menyebalkan kau juga menyusahkan!" keluh Jungkook.
Dia berkata seperti itu hanya untuk mengalihkan perhatian gadis itu, setidaknya Jungkook merasa lebih lega saat melihat Jimin yang meluap-luap penuh amarah, daripada harus melihat Jimin yang hanya diam seperti tak punya tujuan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...