26

856 186 27
                                    

Kadar
(Ketentuan Tuhan)
.
.
.
.

[Note: chapter ini menceritakan kisah masa lalu almarhumah istri Kun dari sudut pandang si istri]

"Woy!"

Kaget, aku yang tadinya asik tidur langsung terbangun. Lihat kanan-kiri dulu baru natap temen sebangku yang barusan teriak dikupingku.

"Apa?"

"Ngantin yuk!"

Bergegas aku langsung mengambil selembar uang sepuluh ribu dan menuju kantin dengan sahabatku, Vey namanya.

Di kantin aku langsung memilih kursi, takut-takut bakal gak kebagian tempat. Yakali makan sambil berdiri, udah kaya di acara kondangan yang kursinya kurang aja.

"Beli apaan?" tanya Vey.

"Nasi goreng sambelnya dicampur," jawabku final. Habisnya gatau mau makan apa yaudah nasgor adalah solusi.

"Oke."

Setelahnya Vey berlalu pergi ninggalin aku sendirian.

Balik-balik habis beli nasgor dia malah cekikikan. Gajelas emang.

"Kenapa kamu? Gangguan ya?" tanyaku bercanda.

"Apaan sih? Nggak aku gak gangguan kok," jawabnya sambil menatap kearah lain.

Kuperhatikan arah pandangnya dan aku langsung ngerti kenapa dia bisa senyam-senyum gajelas begitu. Ya, siapa lagi kalau bukan Kun, primadona sekolah.

Gak dapat dipungkiri emang seganteng dan sepinter itu. Ketua ekskul padus, si peringkat pertama seangkatan IPA, apa lagi? Oh sopan santun yang masih terjaga. Cowok idaman kalau kata Vey.

"Ohhhh Kak Kun," ledekku ke Vey yang kini masih aja nyengar-nyengir sambil liatin Kak Kun.

Ngeri ah lama-lama.

Karena gak direspon akhirnya aku lanjut makan. Eh, pertengahan menghabiskan seporsi nargor tiba-tiba Vey nyeletuk,

"Aku pengen nembak Kak Kun."

Kelolodan nasi goreng emang gak lucu. Mana panas banget di tenggorokan soalnya pedes. Segera aku teguk air mineral yang tadi sempat kubawa.

"Gendeng." /trans: gila/

Udah lah gak ngerti lagi mau respon gimana. Intinya Vey mah nekat anaknya. Gatau juga tuh anak mikir apa tiba-tiba ngomong begitu.

"Gak peduli, mau kamu bilang gendeng bakal tetep aku lakuin."

"Nekat sih, tapi yaudahlah ya good luck."

"Ahahaha makasih, tapi aku juga gatau kapan mau nembaknya."

"Halah kampret."

Setelahnya kita berdua langsung buru-buru ke kelas karena bentar lagi bakal masuk jam pelajaran ke-5.

✧*。

Hari ini pulang sekolah aku ada jadwal ekskul. Vey yang niatnya mau pindah ekskul langsung ku antar ke ruang padus. Iya dia anak jurnal yang tiba-tiba banting setir ke padus gara-gara Qian Kun.

"Dah, selamat dan sukses, aku ke ruang lukis dulu."

Vey ngangguk aja sambil senyum semangat. Nah gini ini biasanya ada Kak Kun, dan bener aja gak lama setelah itu Kak Kun datang menghampiri. Hwhwhwhw pingin ku cie-cie in tapi nanti telat masuk ekskul.

Bapak Tangguh | Way VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang