2

2.8K 435 56
                                    

Julat
(Seberapa jauhnya (panjang, lamanya))
.
.
.
.
*✧。•

Hari ini Pak Kun benar-benar sibuk. Mulai dari tadi pagi hingga sekarang. Ia bahkan lupa untuk makan siang. Sampai teman kantornya membujuk Pak Kun untuk makan siang. Sudah seperti anak gadis yang sedang putus cinta jadi tidak mau makan.

"Kun, beneran gak mau makan nih?" tanya teman kantornya yang bernama Johnny.

"Nggak, kalian duluan aja, nanti aku nyusul."

Jawab Kun seadanya. Habis itu dia lanjutin pekerjaan yang sudah menggunung.

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Waktunya anak-anak sekolah untuk pulang. Tapi Kun masih saja berkutat dengan komputer dan beberapa kertas.

Sampai seseorang menepuk pundaknya. Sewaktu ditengok rupanya Taeil.

"Kenapa mas?"

Tanya Kun sambil membalikkan badannya menghadap Taeil. Memang Taeil ini kalau dikantor suka dipanggil dengan embel-embel 'mas' karena Taeil lebih tua.

"Nggak jemput anak-anak?"

Seketika Kun langsung teringat Hendery dan Yanyang. Dua anaknya itu pasti sudang menunggu hingga berlumut di depan pagar sekolah.

Dengan tergesa-gesa Kun langsung berdiri dari duduknya dan menyambar kunci mobil yang ia letakkan disebelah tempat bulpoint.

Taeil yang melihat rekan kerjanya panik langsung menyuruhnya agar lebih tenang, "Tenang sedikit Kun, jangan terlalu panik, ini jas mu."

"Terima kasih mas sudah mengingatkan, maaf kalau tiba-tiba panik."

Setelah itu Kun keluar dari ruangannya dan langsung menuju parkiran kantor. Melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Entah mau cari celaka atau bagaimana, tapi Kun memang selalu sepanik itu jika bersangkutan dengan anaknya.

✧*。

Sampailah di tempat Hendery dan Yangyang menuntut ilmu. Kun langsung keluar dari mobil yang tadi ia parkir dan segera menghampiri anaknya yang sedang asik bermain pasir bangunan di dalam sekolah.

"Dery, Yangyang!" panggil Kun pada anak-anaknya.

Yang terpanggil langsung menoleh dan melambaikan tangan. Tak lama mereka berlarian menuju gerbang sekolah, di mana bapaknya tengah menunggu.

"Vati lama banget nyusulnya, udah kaya keong mas."

Yangyang berucap sambil memanyunkan bibirnya imut. Kun mengelus rambut si bungsu. Sedangkan Hendery sedang asik melihat isi plastik yang ia bawa.

Kun yang penasaran akhirnya bertanya, sudah seperti acara tanya jawab di akun channel yutub vlogger, "Dery liatin apa sih?"

"Kerang bi," jawab Hendery singkat, asik sendiri dia.

Sampai di mobil pun Hendery masih asik melihat isi kantung plastiknya, alias kerang. Yangyang yang duduk di depan bersama si bapak, cuman dia memberengut lucu, sedang merajuk ceritanya.

"Yangyang kok cemberut terus ya?" tanya Pak Kun sambil menyetir.

Yangyang langsung malingin muka, gamau liat wajah bapaknya.


"Jangan marah gitu dong, maaf bapak telat nyusulnya, tadi masih ada urusan di kantor."

Jelas Kun, sambil senyum ke Yangyang terus fokus lagi ke jalanan.

"Harusnya vati tau kapan waktu nyusul anaknya, jangan karena sibuk di kantor, terus vati jadi lupa sama anaknya."

Kun terkejut mendengar perkataan Yangyang, "Sudah gede ya anaknya bapak yang satu ini, ngomongnya udah kaya orang dewasa."

"Yangyang masih kecil! *Yangyang ist noch Kind!" /trans: Yangyang masih anak-anak!/

Kun ketawa setelahnya. Yangyang malah makin kusut mukanya. Seperti tidak pakai kisprey.

Ngomong-ngomong sedari tadi Hendery diem aja. Waktu ditengok eh ternyata tidur. Memang Hendery itu anak yang pendiam kalau sudah capek. Tapi kalau batrainya full bakal tidak dapat dikontrol tingkahnya.

Berhubung Kun belum makan siang, dia pun membelokkan mobil kearah mekdonal. Hitung-hitung bisa beli happy meal buat Yangyang sama Hendery.

"Loh kok kesini?" tanya Yangyang antusias.

"Bapak belum makan, jadi mampir dulu, kamu beli apa?"

Seketika senyuman secerah sinar matahari teletabis itu muncul di wajah Yangyang. Dengan semangat dia bilang ke bapaknya, "MAU YANG ADA *SPIELZEUG-NYA!" /trans: mainan/.

"Semangat bener kalo makanan, udah maafin bapak berarti ya?" kata Kun sambil ngulurin tangan ke Yangyang, tanda ingin menjabat tangan mungil si bungsu. Agar tidak salah paham.

"Iya Yangyang udah maafin vati."

Setelahnya Yangyang salaman sama bapaknya. Senang sekali lihat keluarga ini, jadi kepingin nikah sama Kun. Eh ngelatur saja ini author kebanyakan halu.

Karena Hendery masih tidur dengan pulas, Kun berinisiatif untuk membelikan Hendery makanan yang sama dengan punya Yangyang, lagi pula Hendery juga bukan anak yang pemilih dalam makanan.

"*DANKE MBAK CANTIK!" /trans: terima kasih/.

Jerit Yangyang sewaktu bapaknya mengambil makanan dari mbak-mbak cantik yang sedang bertugas.

Kun yang mendengar jeritan itu langsung meminta maaf pada mbak-mbak mekdonal tadi, yang kini wajahnya sedikit memerah menahan malu.

"Maaf mbak, anak saya memang suka begitu."

"Ah iya pak, gak papa."

Mobil hitam itu kini melaju menuju rumah kediaman keluarga Kun.

Sampai di rumah, Yangyang langsung turun dari mobil dan membuka pintu pagar yang tidak digembok. Dibukanya pagar itu lebar-lebar sampai mobil Kun masuk kedalam pekarangan rumah.

"Hm? Ada tamu?"

Gumam Yangyang sambil sedikit mengintip kearah jendela yang menuju ke ruang tamu, dan benar saja di sana sudah ada Winwin dan satu temannya yang berwajah seperti anime.

"Wahhh *gut außehend." /trans: tampan/.

Puji Yangyang pada teman kakaknya itu.

Kun turun dari mobil dan membuka pintu penumpang, lalu menggendong Hendery di punggungnya. Tak lupa ia membawa kresek yang berisi makanan.

"Yangyang ngapain ngintip-ngintip gitu?" tegur Pak Kun sambil membuka pintu garasi.

"Ada orang ganteng vati!"

"Siapa?"

"Temennya kak Winwin!"

"Udah-udah ayo masuk."

Yangyang pun langsung mengekori bapaknya yang sudah masuk ke dalam rumah.

Bapak Tangguh | Way VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang