30

604 143 14
                                        

Cutel
(Tamat; habis; berakhir)
.
.
.
.
🐻🐱🐥🦁🦖🦄🐑

"Kanan! Kanan! KANAN BUKAN KIRI!" amuk Xiaojun dari bawah pohon ceri.

"Iya ini kanan," jawab Hendery pasrah.

"Itu kiri, woy!" masih aja marah-marah.

"Ini kanannya siapa sih kak? Kanannya kakak apa kanannya ana?"

"Eh iya ya, kanannya aku berarti kirinya kamu,"

Hendery langsung menuruti kemauan kakaknya dan memetik buah ceri lagi yang sudah masuk waktu panen.

Selesai memetik buah ceri, Hendery langsung turun dari pohon dengan meloncat. Xiaojun mendekati Hendery untuk melihat hasil panen mereka hari ini.

"Wuihhhh, banyak banget ini, bisa buat cemilan," ujar Xiaojun senang.

"Iya kak, ini tolong masukin di *qoruuratun," /trans: botol/  ujar Hendery sambil memasukkan buah ceri yang ada di lipatan bajunya ke dalam botol.

Xiaojun langsung sigap membantu.

"Habis ini langsung pulang aja ya, udah panas," ajak Xiaojun. Hendery ngangguk aja.

✧*。

Di rumah ada Kun yang lagi asik main onet di komputer. Sambil makan kuaci Kun konsen banget main game lawas itu.

"Seng Pikachu ikulo pak, gak ketok ta?" /trans: yang Pikachu ituloh pak, gak keliatan ya?/ tunjuk Lucas ke arah layar komputer.

Kun langsung menuruti perkataan Lucas dan mulai memasangkan Pikachu dengan Pikachu.

"Makasih Cas, kalau gini kan bisa berubah, jadi banyak yang kembar," ujar Kun sambil menepuk pundak Lucas.

"Yoiyo pak, sopo sek?" /trans: yaiyalah pak, siapa dulu?/ ujar Lucas bangga sama pencapaiannya.

Kun cuma senyum terus menyodorkan sebungkus kuaci ke Lucas.

"Kupasin buat bapak juga ya," pintanya. Lucas mah gak keberatan cuma buat ngupasin kulit kuaci yang penting bisa ikut main aja sama bapaknya.

Dua orang asik main onet, sedangkan dua lagi baru balik dari panen ceri. Dua anak tadi langsung duduk lesehan di karpet ruang tengah sambil makan buah ceri yang warnanya merah segar.

Si kecil yang baru turun dari tangga mendekati dua kakaknya yang sibuk makan ceri sambil lihat berita yang menayangkan perampok menggasak sebaskom tempe.

"Yangyang minta ya," izin Yangyang lalu mengambil satu buah ceri yang ada dibotol bekas ale-ale.

"Iya ambil aja," jawab Xiaojun.

"Kangen gak sih," ujar Yangyang tiba-tiba, bikin dua kakaknya nengok.

"Kangen apa?" tanya Xiaojun bingung.

"Sama mutti, Yangyang kangen sama mutti," jawab Yangyang sambil nyengir.

Kun yang denger suara Yangyang nengok sebentar, lihat si kecil senyum-senyum ke arah foto muttinya yang dipajang di tembok deket tv.

"Itu ibu, senyum di foto," sahut Kun sambil liatin foto almarhumah istrinya.

Yangyang gelengin kepala, "Mau ketemu mutti."

"Ketemu?"

Mendadak otak Kun ngelag. Gak ngerti sama maksudnya Yangyang apaan.

Lucas yang liat bapaknya diem sambil melongo itu lama-lama kesel.

"Jak en nang makam, pak," /trans: ajak ke makam, pak/ jelas Lucas sambil nepuk bahu bapaknya pelan.

"Ohhh, kirain apa, iya nanti bapak ajak ke makam," ujar Kun yang buat senyum di wajah Yangyang mengembang sempurna.

"YEEEEEET KETEMU MUTTI!"

Yangyang langsung lari ke kamarnya buat siap-siap pergi ke makam, padahal Kun belum bilang mau ngajak ke sananya kapan.

"Kapan pak kesana?" tanya Lucas.

"Yaudah siang ini, sekalian cari makan siang," jawab Kun.

✧*。

Keluarga Kun kini berada di pemakaman. Yangyang berjalan lebih dulu dari pada saudara-saudaranya, menuju makam muttinya yang terletak bersebelahan dengan pohon kamboja.

"Assalamuallaikum mutti!" salam Yangyang sambil berjongkok dan mengusap batu nisan.

Dilihatnya makam tersebut dengan senyuman tulus. Mengingat memori-memori lama yang membuat Yangyang menahan tangis. Tapi Yangyang sebisa mungkin tidak meneteskan air matanya, takut diejek.

Semua berkumpul di makam tersebut. Membacakan do'a dan menaburkan bunga. Suasana hangat itu dirasakan seluruh anggota keluarga Kun.

"Mutti, Yangyang bentar lagi SMP, enaknya Yangyang SMP di mana? Negeri apa swasta?" monolog Yangyang.

"Negeri aja," jawab Ten.

"Kenapa negeri?" tanya Yangyang.

"Gak bayar spp."

Lantas semua mengangguk setuju.

"Na'am, ana aja mau sekolah di negeri aja biar bisa hemat biaya," saut Hendery.

"Emang Dery mau sekolah di mana?" tanya Kun.

"*Madrasah mutawassitha' yang deket rumah aja, abi," /trans: SMP/  jawab Hendery.

"Ohh iya udah gapapa, di sana juga bagus sekolahnya," ujar Kun setuju.

"Halah, ini Dery sebernya mau nyuri kesempatan biar tiap hari mampir ke alpamart," sinis Xiaojun sambil menatap adiknya curiga.

"Kak Ojun diem ya!" sentak Hendery tidak terima.

Lantas semua tertawa melihat kelakuan aneh-aneh Hendery yang sebenarnya mengincar SMP dekat rumah agar bisa jajan ke mini market tiap hari.

Jam menunjukkan pukul dua siang waktunya mencari makan. Kun menyuruh anak-anaknya balik ke mobil. Tak lupa mereka berpamitan dengan ibunya.

Sementara anak-anak Kun berjalan meninggalkan makam, Kun menyempatkan diri untuk berbincang sebentar pada istrinya.

"Udah lama ya aku gak kesini, udah lama juga gak liat wajahmu, senyummu, tingkahmu yang kadang aneh itu. Semuanya baik-baik aja di sini,  anak-anak tumbuhnya cepet, lihat si Lucas udah lebih tinggi dari aku."

"Hhh.. Dugaan mu waktu itu bener, Vey bakal ngejar aku. Tapi aku gak nuruti maumu, sekali pun dia ngejar aku dengan segala cara. Aku gak bakal tertarik. Aku cuma tertariknya sama kamu, eak."

"Tunggu aku ya di sana. Kita bakal kumpul bareng berdelapan, sama anak-anak."

Setelahnya Kun mengucap salam dan meninggalkan makam tersebut, menyusul anak-anaknya yang sudah berada di mobil.

Bapak Tangguh | Way VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang