Epilog

801 160 66
                                    

"Dery kopermu!" ujar Yangyang memperingatkan Hendery.

Hendery yang sedikit linglung lantas segera memfokuskan matanya pada koper pink miliknya. Diseretnya koper tersebut menuju pintu keluar bandara.

"Huh..untung anta ngingetin, kalau gak ya koper punya ana udah hilang," ujar Hendery berterima kasih pada Yangyang.

Yangyang mengangguk. Terlihat di dekat pintu keluar ada Winwin yang tengah menunggu mereka berdua.

Yangyang dan Hendery langsung berlari mendekati Winwin. Memeluk kakak kedua yang sangat mereka rindukan.

"Aduhh makin berat aja klen berdua ini, di sana emang makan apa aja sih?" tanya Winwin.

"Makan yang uwenak pokoknya, yang mamamia lezatos," jawab Yangyang.

"Wkwkwk bener kak, Yangyang kebanyakan makan daging sama sosis di Jerman," saut Hendery.

"Halah kamu juga, malah dia aneh-aneh minta nasi padang, ya mana ada nasi padang di Jerman," ejek Yangyang.

Winwin cuma bisa ngakak lihat kelakuan adik-adiknya yang sudah kuliah ini.

"Yaudah yuk balik! Kak Ten lagi masak banyak nih," ajak Winwin.

"Asikk, tapi anu Kak Win, mampir beli menjes ya udah lama gak makan menjes," pinta Yangyang.

Winwin ngangguk.

Mereka bertiga langsung menuju pendodol gorengan pinggir jalan untuk membeli menjes dan beberapa gorengan lainnya.

"Beli apa aja anta?" tanya Hendery kepo.

"Beli menjes, weci, pisang goreng, sama tahu," jawab Yangyang memperlihatkan isi kresek bening yang ia bawa.

Hendery spontan mengambil pisang goreng yang masih hangat dan langsung memakannya.

"Dih, main nyomot aja," cibir Yangyang.

Hendery cuma senyum jail.

✧*。

Mobil hitam itu sudah sampai di pekarangan rumah khas bangunan Belanda. Keluarlah penumpang mobil sekalian yang nyetir. Mengambil barang-barang di bagasi mobil dan segera memasuki rumah.

"Assalamuallaikum akhi ukhti, anak paling pinter di keluarga Qian udah pulang!"

Dengan pedenya Hendery berucap seperti itu dan masuk ke dalam rumah.

"Heleh, pinteran juga aku!" saut Yangyang pada Hendery.

"Gak ah, mitos, yang pinter ana."

Rupanya di rumah sudah ramai anggota keluarga yang lain. Seperti keluarga Ten, Winwin, dan Lucas.

"OM DERY! OM YANGYANG!" jerit bocah laki-laki yang langsung berlari menubrukkan diri pada badan om yang tadi dia panggil.

Hendery dan Yangyang langsung memeluk si kecil bergantian.

"Waduhh jagoan sape nih?" tanya Hendery.

"Jagoannya Pak Lucas!" jawab si kecil sambil menekuk kedua tangan layaknya atlet yang sedang pamer otot.

"Widihhhh."

Tak lama kemudian terdengar suara dari arah dapur.

"Ayo makan siang semuanya!"

Itu suara istri Ten.

Lantas semuanya berkumpul untuk mengambil makan siang dan memakannya bersama di sembarang tempat, seperti meja makan, ruang tengah, bahkan sampai kamar.

"Gimana kuliahnya? Lancar?" Xiaojun kini mulai sesi tanya jawab dengan dua adiknya.

"Alhamdulillah aja," jawab Hendery.

"Gak lancar-lancar banget sih," kini Yangyang menyahuti.

"Kenapa?"

"Ya gitu deh, kadang suka ada kendala kecil kaya lupa bawa tugas, atau ketinggalan bus."

"Heleh, kebiasaan kamu."

✧*。

Sorenya Hendery duduk-duduk di genteng sambil minum jus jambu. Lagu-lagu dari playlist IndieNesia menemani Hendery. Sudah persis seperti anak indie pada umumnya, tapi bedanya Hendery gak minum kopi dan ngerokok.

Lagi asik nikmatin sore hari yang cerah tiba-tiba dari jendela Xiaojun teriak.

"Der!"

Kaget tentunya, Hendery hampir jatuh dari genteng tapi gak jadi.

"Kakak apaan sih? Manggilnya pake salam dong! Ana kaget ini."

"Maaf hehe, btw Der, gak kangen papa?"

"Kangen."

"Yuk ketemu sama papa! Tapi kamu yang nyetir mobil aku mager."

"Oke ayo."

Yangyang yang asik bermain PS dengan keponakannya dipanggil sama Hendery.

"Yang."

"Apaan?"

"Mau ikut gak?"

"Kemana?"

"Makam."

Yangyang diem sebentar.

"Mau nengok mutti sama vati?" tanya Yangyang.

Hendery ngangguk sama Xiaojun.

"Ikut! Oit, lanjutin ya mainnya aku mau pergi dulu, jan nakal-nakal kamu, kalau nakal nanti dimarahi *Herr Chittaphon." /trans: bapak/ pesan Yangyang pada ponakannya.

"Siap! *Ehrenmann!" /trans: pria terhormat/.


TAMAT
————

Wahhh gak kerasa udah selesai aja nih ceritanya. Makasih banyak yang udah mau ngeluangin waktu buat baca book ini 😭💗 tanpa klen aku gak bakal ada semangat buat namatin. Ah, itu aja sih ya yang bisa aku omongin, intinya terima kasih buat semuanya /emoji peluk/.

Bapak Tangguh | Way VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang