KEMBALI mengingat perjanjian dengan Kak Afif pekan lalu bahwa kita akan ke yayasan tunanetra di pekan selanjutnya, berhasil membuatku uring-uringan dengan dia tiba-tiba membatalkan sepihak perjanjian tersebut.
Katanya dia sudah menaruh janji dengan sekretarisnya juga untuk membahas pembangunan dengan pemerintah di hari ini. Padahal aku yang lebih dulu dijanji, dan aku juga yang lebih memungkinkan untuk diminta bersabar.
Aku terpaksa menerimanya dengan alasan berkunjung ke yayasan bisa kapan saja, tapi kerjaan dia tidak bisa ditarik ulur sesuai kemauannya, apalagi dia sedang bekerja sama dengan pemerintah.
Sekitar pukul sembilan seseorang tiba-tiba datang menekan bel di luar rumah, aku yakin dia pasti sekretaris Kak Afif. Selain menjadi anjing penjaga, ibu warung, dia juga sudah menobatkan aku sebagai mbok-mboknya. Dia bebas memerintahku membersihkan rumah, menyiapkan makanan, sampai membuka pintu pun dia seperti tidak berdaya. Harus aku semua yang mengerjakannya.
Ketika kulihat perempuan cantik dengan gaya kasualnya tersenyum padaku di muka pintu, entah kenapa segala kekesalanku tiba-tiba luruh menjadi damai. Aku seperti bertemu Olive dan Amaira pertama kali di acara ospek SMP kita dulu. Aku tak tahu apakah semua orang merasakan seperti yang kurasakan ketika bertemu teman yang cocok, selalu ada yang berbisik dari dalam hatiku bahwa dia pasti seru dijadikan teman. Ya, seperti itulah yang kurasakan sekarang.
"Waw, cantik banget. Kakak pasti sekretarisnya Kak Afif, ya?" ujarku terkagum-kagum.
"Kamu juga cantik, manis lagi. Kenalin, saya Annalisa, biasa dipanggil Ann. Maunya sih saya jadi sekretaris Pak Afif aja, tapi tugasnya kadang melebihi sekretaris, haha."
"Seriusan, dia suka ngerepotin Kakak juga? Parah banget tuh orang tua!" decakku tidak habis pikir.
"Ahahaha, nggak ngerepotin banget sih. Cuman kadang tugasku yang menampung rahasia perusahaan, harus menampung curhat pribadinya juga," bisiknya tertawa konyol.
"Oh iya, dia udah bangun kan?"
"Udah. Yuk masuk, Kak, dia udah semangat banget ketemu Kakak, hehe," ajakku membawanya bertemu dengan Kak Afif.
"Pagi, Afif. Kok udah dikerjain duluan sih proposalnya?" kata Kak Ann begitu ketemu dengan partner-nya.
"Nggak apa-apa, biar cepet selesai juga. Beres ini saya masih ada urusan soalnya,"
"Oh gitu. By the way, terakhir kali aku ke sini kayanya kamu masih sendiri, sekarang udah ada aja yang temenin, cantik lagi," kata Kak Ann bergantian melirikku dan Kak Afif dengan pandangan gemasnya, aku sendiri sudah terbelalak tidak mau sampai dia berpikir aneh.
"Oh enggak, Kak, Kak Ann jangan salah paham dulu. Aku sama Kak Afif nggak ada apa-apa, kita berdua ... saudara. Saya adiknya Kak Afif, iya kan?" Kuterangkan sembari meminta kerja sama Kak Afif. Dia hanya memberiku tatapan tidak habis pikir, bahwa kepada kenalannya pun aku harus menutupi identitas kita.
"Kok aku baru tahu kamu punya adik, Fif?"
"Aku lama di Aceh soalnya, Kak. Oh iya, Kak Ann mau minum apa? Biar saya buatin. Jadi nggak enak ngajakin kalian ngobrol terus, hehe," ucapku segera mengakhiri kepenasaran Kak Ann.
"Enggak, nggak usah repot-repot. Saya selalu bawa air mineral kok di tas,"
"Oh gitu, ya udah deh, saya ke komputer say—"
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING AGREEMENT Putus atau Terus (End)
SpiritualRomance-a bit spiritual. Memilih menikah di usia 17 tahun mungkin menjadi putusan berat yang harus dijalani Sabilah. Impiannya menjadi seorang mahasiswa harus ditundanya meladeni Afif yang berusia sepuluh tahun di atasnya. Di hari pertama menapaki r...