23. Catch His Night Routine

854 99 55
                                    

"Kak Afiiif ..." panggilku seperti memanggil Afika bintang Oreo itu bermain, hehe.

Kulihat Kak Afif sedang di meja makan, segera kususul dia dengan menyembulkan sedikit kepalaku di pembatas ruangan dapur.

"Kak Afif makannya masih lama?" sahutku sepertinya mengejutkan dia, dia buru-buru menengokku.

"Udah selesai kok. Kenapa?"

"Aku punya sesuatu buat Kakak, boleh aku masuk?" ucapku meminta izinnya terlebih dahulu, begitu dia mengangguk mengizinkan baru aku mendatangi kursi di sampingnya dan mengeluarkan sesuatu dari kantong ranselku.

Aku memang baru saja pulang les, dia tidak perlu menanyakan hal itu jika jam dindingnya sudah menunjukkan pukul lima sore dan aku membawa bag pack berisi lembaran soal-soal dan buku-buku tebal.

Lima bulan berkutat dengan mereka semua, rasanya aku merasa diriku sudah bisa menembus kerak California. Bukan apa-apa Kak Panji menanyakan tentang kampus tujuanku dahulu, dia ternyata memberi tahuku banyak informasi tes di Stanford University, kampus dengan alumni terbanyak yang direkrut masuk ke perusahaan Google.

"Tadaaa ..."

Kutunjukkan dengan hati-hati dua buah gelang yang tidak akan kusebutkan dari mana aku mendapatkannya. Intinya dia harus menggunakannya dulu.

"Itu apa?"

"Ini gelang, Kak. Masa gitu aja nanya. Kakak pegang, ya, ini satu buat Kakak, satu buat aku," kataku sembari menyerahkan di pegangannya.

"Bentar, ini emas bukan?" tanyanya begitu curiga.

"Bukanlah, ini perak cuman warnanya emang gold. Lagian aku mau dapet uang darimana coba beli emas?"

"Enggak. Aku nggak mau pake," putusnya menyerahkan kembali gelang tersebut di atas meja.

"Kok nggak mau dipake? Ini dari aku loh,"

"Bi, laki-laki nggak boleh pake emas sama kain sutra, kan?" peringatnya.

"Iya tahu,"

"Terus itu?"

"Aku kan udah bilang ini bukan emas, dijamin!" jawabku.

"Tapi kalau ada yang liat terus nyangka itu emas, terus dijadiin contoh? Kamu yang mau tanggung jawab? Lagipula, ya, kita berdua itu masih harus terus belajar, apalagi soal sepele yang biasa terjadi di daily life kita. Misal nih, kaya sekarang ... Nabi udah ngelarang ummatnya dari bangsa laki-laki untuk menggunakan emas, jadi nggak boleh dibantah dengan alasan apa pun. Sedangkan perempuan, perempuan boleh menggunakan perhiasan dari jenis apa pun, tapi ada satu hal yang seringkali perempuan lupakan ... Nabi melarang tabarruj, seperti yang sering kamu lakukan, termasuk hari ini! Liat cincin kam di jari manis, jari telunjuk, sekalian aja seisi jari kamu pasangin cincin!" sindirnya melirik bersalah ke jariku.

"Tuh kan, ada aja yang bisa dikomen. Please lah, Kak, sekali aja nurut sama Bilah, gelangnya dipake, ya, itu beneran bukan emas, Kak!" Aku masih terus meyakinkan.

"Kamu kenapa jadi ngotot banget pengen aku pake gelangnya? Di sini nggak ada peletnya, kan?"

"Astagfirullah, ya enggaklah! Aku tuh cuman mau foto, habis itu dijadiin wallpaper handphone. Janji deh, aku nggak akan publish ke mana-mana. Kakak kalau nggak mau pake setelah difoto juga nggak apa-apa, mau ya? Lagipula aku udah bilang ini bukan emas, Kak, ini perak. Sunnah kan laki-laki pakai cincin atau perhiasan perak?" bujukku tidak menyerah.

WEDDING AGREEMENT Putus atau Terus (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang