29. Gerbang Perpisahan

1.1K 90 19
                                    

PONSEL berdering adalah satu bentuk keajaiban yang pernah ada dalam list kehidupanku. Sepanjang hidup, mungkin aku adalah anak Umi yang paling tidak banyak berurusan dengan orang tidak jelas, apalagi lewat media seperti gadget.

Jangankan untuk ditelepon, orang ingin bertukar kabar saja akan lebih memilih datang ke rumahku langsung ketimban menunggu tiga bulan kedepan pesannya baru terbaca.

Selain karena memang tidak terbiasa bergaul lewat gadget, gadget alias ponselku, adalah satu benda yang tidak begitu kupentingkan sampai detik ini. Dia mau hilang kek, tercebur, jatuh, kelupaan di rumah, terserah!

Aku tidak akan membutuhkannya selain untuk keperluan memotret, atau untuk memesan sesuatu, atau Umi yang tiba-tiba ada keperluan mendesak. Selain dari itu ponselku akan selamanya dalam mode silent. Aku lebih suka di depan komputer ketimbang gawaiku pasalnya.

Dan, tepat sore ini keajaiban duniaku kembali terjadi.

Tujuh panggilan tidak terjawab.

Tertera di layar ponselku atas nama Kak Panji setelah tidak sengaja layar ponselku terlihat menyala di atas kasur.

Ada apa kira-kira ya Kak Panji menelepon? Apa ada masalah dengan tesku?

Baik kutelepon balik sebelum Kak Panji keburu ngambek.

"Assalamualaikum, Kak. Ada masalah ya?" ucapku tanpa niat memperpanjang basa-basi begitu dia mengangkat panggilanku.

"Waalaikumussalam. Bilah, kamu udah packing?" tanyanya kemudian.

"Belum sih, Kak, kan masih dua hari lagi. Kenapa?"

"Kamu ke USA bareng siapa nanti?" tanyanya lagi.

"Maybe ... sendiri. Kenapa, Kak?"

"Kakak bisa ikut nggak temenin? Biar Kakak nggak terpuruk-terpuruk amat." Begitu balasnya dari ujung telepon sana.

Tunggu deh!

Kembali kuselidik layar ponselku tengah menampilkan panggilan Kak Panji.

Ini Kak Panji kenapa coba? Aku jadi tidak paham mendengarnya menelepon seperti orang sakau tiba-tiba minta ikut segala, "Kakak kenapa sih memang?" tanyaku benar-benar penasaran.

"Kakak habis putus,"

Putus? Kak Panji Putus? Maksudnya ... dia putus dengan Kak Ann, gitu? Kok bisa sih, mereka kan sudah mau menikah, cukup terdengar mustahil jika harus berpisah sekarang.

Tunggu deh!

Aaaaahhhhh!!!!

Kabar menggembirakan macam apa ini???

Oh Tuhan, baru kali ini aku rasanya bahagia mendengar kabar pernikahan yang batal. Kak Ann dan Kak Panji putus, apakah ini sebuah pertanda alam yang mulai berpihak padaku?

Tuh kan!

Kak Ann memang cocoknya dengan Kak Afif, aku cukup yakin dengan keyakinanku tersebut sejak dulu-ah tidak, tidak, lupakan pikiran tersebut dulu. Aku harus mendengar kronologi putusnya Kak Ann.

"Putus? Maksudnya Kakak putus sama ... Kak Ann?" tanyaku jadi terdengar bersimpati.

"Iya nih, baru banget putusnya. Masih anget banget!"

"Kok bisa sih? Coba diomongin baik-baik dulu dong, Kak," kataku.

"Nggak bisa lagi kayanya, Bil, ini udah keputusan final dari kita. Ann nggak bisa ninggalin kerjaannya, sedangkan Kakak pengen istriku nanti stay di rumah aja. Udah beneran nggak bisa!"

WEDDING AGREEMENT Putus atau Terus (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang