Assalamualaikum, readers.
Gimana kabarnya? Semoga readers semuanya baik-baik aja ya di tempat.
Well, Bilah dan Kak Afif balik lagi nih, hehe. Agak lumayan, part kali ini nggak akan sepanjang Tol Cikampek-Palimanan lagi.
Paling setengahnya doang, hehe.
Oh iya, aku juga mau bilang kalau "Agreement" sekarang berubah judul jadi "Wedding Agreement". Alasannya biar gemes dan jelas aja sih, hehe.
Itu aja pengumuman hari ini, makasih udah mau singgah nengokin Bilah :)
Selamat membaca ya, enjoy!
ʕ´• ᴥ•̥'ʔ
LUPAKAN soal acara pernikahan Kak Zen kemarin, hari itu sudah berlalu, dramanya sudah usai. Aku kembali pada realitaku sebagai manusia multifungsi. Dan berhubung hari ini Kak Ann akan datang lagi ke rumah demi mengurusi kembali pekerjaan yang diambil alih Kak Ann ketika bosnya sedang sibuk mengurusi acara Kak Zen kemarin, maka hari ini aku akan minta izin meninggalkan mereka berdua saja.Aku tidak mau dilibatkan dalam rapat mereka lagi. Mending aku keluar belanja ke tempat yang sering dikunjungi Olive dan Amaira, siapa tahu dengan begitu aku bisa bertemu dengan mereka lagi. Lagipula Kak Afif perlu pendekatan yang lebih intens dengan Kak Ann, kan, supaya dia tersadar betapa menariknya Kak Ann untuk dijadikan partner kehidupan, baik di dalam kantor maupun di luar.
Sayangnya, niat tersebut harus kukubur lagi dalam-dalam. Niat hati ingin mempersilakan mereka memanfaatkan waktu yang ada, justru mereka tidak akan membiarkan aku hidup tenang dengan mengizinkanku pergi sendiri.
Ya, aku diperbolehkan keluar berbelanja, dan di waktu yang sama mereka juga akan mencari lokasi rapat di tempatku berbelanja.
Kami segera berangkat kepada tujuan masing-masing, mereka berdua telah menghilang mencari outlet untuk berdiskusi bersama, sedang aku berkeliling sendirian di dalam mal mencari sesuatu yang menarik untuk dibeli. Aku kemudian menemukan stand pernak-pernik lucu, kakiku jadi gatal jika tidak masuk menjelajah di sana.
Yap, aku jadi teringat Olive dan Amaira. Dulu saja, setiap toko yang disinggahi rasanya tidak afdol jika tidak mencoba aksesorisnya sebelum keluar, bahkan hanya iseng ingin mencoba saja pun sering. Kita begitu bahagia saat itu. Beda dengan suasana sekarang, aku bahkan ditinggal sendiri tanpa teman.
Pilihanku tertarik pada sebuah dream catcher gelap menggantung besar di depanku. Aku meraihnya bukan karena mengikuti kepercayaan tak berdasar yang mengatakan dengan menggantungnya di bibir jendela maka mimpi baik akan berdatangan. Bagi Umiku, mimpi datangnya hanya dari tiga sumber, terkadang dari Allah yang memberi petunjuk, terkadang dari jin untuk mengganggu, bahkan dari pikiran manusia itu sendiri yang terbawa sampai tidur. Itu kata pengajaran agama yang ekslusif Umi terangkan untukku seorang.
Alasanku bukanlah itu.
Aku hanya teringat tugas kerajinan dari barang tidak terpakai semasa SMP dulu. Aku, Olive, dan Amaira membuat dream catcher percis seperti apa yang kulihat sekarang. Berwarna gelap, berukuran besar cocok untuk pajangan di tembok terang, dan ketika itu nilai kita yang terbaik.
Baik, aku akan membelinya dan kembali explore isi mal ini!
Setelah urusan berkeliling dengan tentengan hasil berjalan sekian jam tadi memegalkan tumitku, Kak Afif akhirnya meneleponku untuk ke basement segera. Mereka benar-benar bodoh atau apa sih?! Bisa-bisanya dia asal menyuruhku kembali ke mereka tanpa sempat menghabiskan waktu berdua dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING AGREEMENT Putus atau Terus (End)
SpiritualRomance-a bit spiritual. Memilih menikah di usia 17 tahun mungkin menjadi putusan berat yang harus dijalani Sabilah. Impiannya menjadi seorang mahasiswa harus ditundanya meladeni Afif yang berusia sepuluh tahun di atasnya. Di hari pertama menapaki r...