➷Kesepakatan➷

6.3K 853 43
                                    


Di sebuah ruangan yang nampak mewah, terlihat dua orang wanita yang asik menyesap anggur berkualitas tinggi. Mereka berdua puas dengan berita yang baru saja tayang di TV, rencananya berhasil dan kini mereka tengah merayakan keberhasilan atas rencana mereka.

"Dimana pun dia berada, pasti sekarang dia tengah menangis meratapi nasibnya". Ucap wanita yang lebih tua dan di sabut gelak tawa dari keduanya.

"Benar sekali Mama, dia tidak akan bisa melakukan apapun sungguh miris sekali" Tambah sang gadis muda dan kembali menyesap anggur miliknya.

"Sekarang harta kekayaan ayahnya telah menjadi milik kita. Sebenarnya aku tidak ingin mengusirnya karena dia masih berguna untuk kita, menjadi babu misalnya. Tapi jika saja ayahnya tidak meninggalkan surat wasiat yang mengatakan bahwa seluruh aset perusahaan serta rumah akan jatuh ke tangan Renjun maka aku tidak harus mengusirnya". Wanita tua itu terlihat jengkel juga kesal. "Aku telah menjadi istrinya, tapi tidak mendapatkan apapun! Rasakan sendiri akibatnya!"

"Mama benar, untung saja kita telah menyembunyikan surat itu di dalam brankas. Renjun bodoh itu tidak akan bisa melakukan apapun"

"Kau benar sayang, mungkin sekarang dia sudah jadi gelandangan atau mungkin karena putus asa mengakhiri hidupnya"

Lagi gelak tawa mereka semakin keras, seolah kemenangan telah di dapat dan tidak akan ada yang merebutnya. Mereka tidak tahu saja bahwa sebentar lagi, Mala petaka itu akan datang dan mereka berdua tak akan bisa tertawa seperti itu lagi.

✧༺♥༻✧

Tak sehari pun Renjun lewatkan untuk berlatih bersama Jaemin, dia sudah bertekad untuk bertambah kuat supaya ketika nanti menghadapi ibu tiri dan adik tirinya dia tak merasa takut kemudian kembali di remehkan, api dalam diri Renjun semakin berkobar dan bertambah besar. Selama proses latihan tak jarang Renjun mendapat pukulan dan luka-luka kecil akibat serangan Jaemin yang kadang juga berlebihan. Tapi itu bukan apa-apa, rasa sakit di hati Renjun jauh lebih perih dari pada luka fisiknya.

"Hari ini kau sudah cukup baik Renjun, aku suka dengan semangat mu". Ujar Jaemin tatkala menyudahi latihan untuk hari ini, dia mengerti bahwa memaksakan diri juga tak akan bagus untuk hasilnya nanti. Bukannya bertambah kuat, salah-salah malah tubuh semakin remuk.

Nafas Renjun masih naik turun dengan tidak teratur. Keringat hasil latihannya bercucuran membasahi seluruh tubuh. Bahkan kini cara menatap Renjun juga sudah berubah. Lebih tajam dan garang. Tak sia-sia latihannya bersama Jaemin hampir satu minggu ini.

"Latihan hari ini cukup sampai disini saja, aku tak ingin melihat mu mati kehabisan tenaga". Ucap Jaemin di sambut tawa setelahnya, ya dia hanya bercanda dan memang selalu kalimat itu yang Jaemin ucapkan setelah latihan selesai. Renjun tersenyum tipis.

"Aku tidak akan mati semudah itu Jaem, tenagaku masih cukup kuat untuk menghajar mu". Balas Renjun yang kini sudah berdiri tegak, walau masih mengatur nafasnya.

"Sudahlah, kita lanjutkan saja besok jangan terus memaksakan diri, apa kau tidak lelah seharian berlatih? Hari sudah mau gelap, aku juga butuh merawat diri. Jangan bersikap seolah tidak ada hari esok"

Jaemin melenggang pergi dari ruang latihan khusus yang di buat Jeno, letaknya tepat di belakang rumah megah Jeno dan hanya orang-orang tertentu saja yang di perbolehkan masuk serta menggunakan fasilitas yang ada. Ada tiga ruangan latihan khusus, yaitu ruang menebak, ruang bela diri dan tinju. Semua itu adalah kesukaan Jeno. Tapi Renjun baru menggunakan ruang bela diri saja, belum sampai menebak.

Jaemin sudah pergi dan sekarang hanya ada Renjun seorang di tempat ini. Dia menghela napas panjang, otot-otot tubuhnya terasa kebas, tangannya tak semulus dulu dan ada sedikit lebam di pipi kanannya akibat tak berhasil menangkis serangan Jaemin. Renjun lelah, mungkin benar kata Jaemin. Dia terlalu memaksakan diri hingga lupa jika tubuhnya bukan mesin yang bisa bekerja tanpa henti, dia hanya manusia bisa. Renjun tidur telentang di atas matras, menatap langit-langit atap yang transparan hingga dia bisa melihat bahwa di luar sana hari sudah berganti petang.

A Precious Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang