☆Hamil?!☆

7.4K 653 24
                                    

Jeno telah mengerahkan seluruh anak buahnya untuk  mencari Siyeon, Juyeon sangat menyesal lantaran lengah untuk sesaat hingga Siyeon berhasil kabur dari pengawasan. Sungchan tiba beberapa jam yang lalu, dengan membawa kabar yang cukup mengejutkan Jeno. Keduanya tengah berada di ruang kerja Jeno sekarang.

“Jadi paman Park sudah meninggal? Bagaimana bisa?”

Sungchan pun juga tidak tahu bagaimana hal ini bisa terjadi, setelah Jeno memberitahu bahwa Siyeon berada di Seoul, hari itu juga Sungchan mengunjungi kediaman keluarga Park untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika ia tiba di sana Ayah Siyeon telah di kabarkan meninggal, pengurus rumah bilang karena serangan jantung. Tapi ada yang aneh, sang pengurus rumah tampak memucat dan gelisah ketika Sungchan bertanya prihal keberadaan Siyeon, seolah ada sesuatu yang di sembunyikan oleh si pengurus rumah.

“Paman, entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan kejadian ini.”

Jeno mengerutkan kening, dia sendiri juga merasa ada sesuatu yang salah. “Maksud mu?”

“Kau ingat, Kakek Park baik-baik saja saat menjemput Siyeon Noona dan bukankah dia tidak punya riwayat penyakit jantung? Lalu bagaimana bisa ia meninggal karena serangan jantung?”

Apa yang di katakan Sungchan benar, Jeno juga sudah meminta orangnya untuk menyelidiki perihal hutang Tuan Park, tapi hasil yang ia dapat adalah perusahaan itu baik-baik saja dan tidak pernah memiliki hutang pada siapapun. Lalu mengapa Siyeon berbohong? Dan siapa orang-orang yang menyeretnya waktu itu?

“Paman, aku rasa semua ini sudah di rencanakan.”

“Maksudmu, paman Park di bunuh, begitu?”

“Ya, mungkin ini hanya asumsi ku saja, tapi bukankah aneh ada begitu banyak tempat dan negara di belahan dunia ini lantas kenapa mereka membawa Siyeon Noona kesini? Lalu bagaimana bisa ia tiba-tiba masuk ke kantor mu padahal ia tidak pernah ke Seoul sebelumnya? Paman apa kau tidak berpikir bahwa hal ini aneh? Sudah jelas bahwa ini telah di rencanakan sebelumnya dan jika tebakan ku benar, ia berencana untuk kembali padamu.”

Jeno hanya diam, ia menyatukan kedua tangan yang siku lengannya bertumpu pada meja kerja. Entah apa yang sedang si pria pikirkan, Sungchan hanya diam memandang.

“Baiklah Sungchan,” Jeno berdiri, membuat Sungchan sedikit terkejut karena gerakan tiba-tiba dari Jeno. “kita bicarakan tentang masalah ini besok, hari sudah malam dan aku tahu kau pasti lelah karena perjalanan jauh, jadi istirahatlah, Renjun sudah menyiapkan kamar untukmu.”

“Emm... Baiklah, Paman.”

Jeno mengiring Sungchan menuju lantai atas, dimana kamar yang akan dia gunakan untuk beberapa hari ke depan berada, semua barang bawaannya juga sudah di bereskan oleh Renjun.

“Istirahatlah, jika butuh apapun panggil saja aku atau kau bisa ambil sendiri di bawah, jangan sungkan, anggap saja rumah sendiri,” Jeno menepuk-nepuk bahu Sungchan sebelum melangkah meninggalkan si pria.

Sungchan tersenyum, pamannya sudah banyak berubah, jika saja Jeno tidak pergi dari rumah waktu itu mungkin dia tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Ya, Sungchan bersyukur sebab pamannya menemukan wanita yang tepat dan berhasil merubahnya menjadi pria bertanggung jawab dan lebih baik.

Ketika Jeno masuk kedalam kamar, ia melihat sang istri yang baru saja selesai mengganti seprei dan selimut, Jeno melangkah mendekati Renjun kemudian ia melingkarkan tangannya pada perut Renjun dan menempelkan dagunya pada pundak sang istri. Renjun sempat kaget, lalu tersenyum ketika bau tubuh Jeno menyapa indra penciumannya.

“Ada apa, heum? Apa ada masalah?” Alih-alih menjawab pertanyaan dari Renjun, Jeno malah semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh ramping sang istri. Renjun tidak tahu apa yang baru saja Jeno bicarakan dengan Sungchan, biarlah nanti Jeno sendiri yang mengatakan padanya. Renjun mengusap-usap lengan Jeno yang tengah melingkar di perutnya.

5 menit sudah dan Jeno masih pada posisinya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. “Hei, Tuan Lee, mau sampai kapan kau seperti ini? Kaki ku sudah mulai kesemutan,” Protes Renjun.

Jeno terkekeh pelan, ia terlalu nyaman memeluk Renjun hingga lupa diri. Jeno mengangkat tubuh Renjun.

“Hei! Apa yang kau lakukan? Turunkan aku..” Cicit Renjun.

Jeno menurunkan Renjun di atas ranjang, ia tepat berada di atas Renjun dengan kedua tangan sebagai penopang tubuhnya agar tidak menimpa tubuh Renjun. Kedua mata mereka bertemu, Renjun tersenyum, tangannya terulur mengusap wajah tampan Jeno yang selalu berhasil membuat banyak wanita jatuh hati.

“Apa kau akan terus diam dan memandang ku seperti ini, tuan Lee?”

“Aku memandang mu, karena kau sangat cantik...”

Renjun terkekeh pelan, hari ini Jeno benar-benar aneh sekali.

“Berhenti menggodaku, Jeno dan menyingkir dari atas tubuhku,” Protes Renjun dan berusaha menyingkirkan tubuh Jeno tapi sayangnya Jeno tak kunjung bergerak.

“Jadi, kau mau seperti ini hingga esok pagi?”

“Tentu saja tidak...” Jeno tersenyum miring kemudian dengan gerakan cepat melahap bibir ranum Renjun, melumatnya dengan lembut, Renjun membalas ciuman Jeno dan ketika mulutnya terbuka Jeno memasukan lidahnya kedalam mulut Renjun, mengabsen satu persatu gigi Renjun. Ciuman itu terus berlanjut dengan liar dan penuh gairah, menuntut lebih dan lebih.

A Precious Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang