➷Aku Bukan Pembunuh➷

6.8K 884 31
                                    

Sorry for typo...





Renjun perlahan membuka kedua matanya yang tertutup setelah kesadarannya kembali, iris matanya mencoba menyapu seluruh isi ruangan yang tak asing lagi baginya walau baru beberapa jam tinggal di kamar ini. Hembusan napas resah meluncur begitu saja dari bibir kecilnya. Lagi-lagi dia berhasil di selamatkan dan rencananya untuk mengakhiri hidup berhasil di gagalkan. Kenapa orang itu tidak membiarkan saja Renjun mati seperti apa yang perempuan ini inginkan? Kenapa mau susah payah menyelamatkan Renjun? Renjun benar-benar tidak mengerti, apa tujuannya sebenarnya? Renjun menatap langit-langit kamar ini, pikiran dan tubuhnya tengah berada di tempat yang berbeda sekarang.

"Kau sudah bangun." Suara itu, Renjun kenal sekali dengan suara yang beberapa hari terakhir menghiasi indra pendengarannya. Suara seseorang yang baru saja dia pikirkan. Suara siapa lagi jika bukan Jeno. Renjun menoleh ke samping kanan, di lihatnya Jeno berjalan mendekat membawa sebuah nampan berisi makanan juga susu. Apakah dia pikir Renjun anak kecil? Kenapa juga repot-repot membawakan makanan kesini.

Jeno meletakkan nampan itu di meja, ia beralih menatap Renjun yang rupanya masih memperhatikan dirinya sejak ia bersuara. "Makanlah sarapan mu, sejak kemarin kau belum makan apapun setelah itu minum obat". Ucap Jeno mengingatkan, dia ingin sekali marah dan memaki Renjun akibat kelakuan bodohnya kemarin, tapi mengingat kondisi si gadis Jeno mengurungkan niatnya, Dokter mengatakan bahwa Renjun mengalami trauma, entah trauma seperti apa yang terjadi pada gadis ini juga menyarankan agar Jeno menjaga ucapan dan tindakannya jadi percuma saja marah pada Renjun untuk saat ini, tak akan merubah apapun dan yang ada Renjun akan meledak kemudian melakukan hal yang tidak ingin Jeno bayangkan.

"Setelah makan dan minum obat, bersihkan diri mu juga ganti pakaian. Jangan mensia-siakan  kesempatan yang Tuhan berikan dengan melakukan hal bodoh, mengakhiri hidupmu tidak akan menyelesaikan apapun." Jeno mencoba menasehati Renjun agar nanti si gadis tak lagi melakukan hal bodoh, akan sangat merepotkan berurusan dengan orang yang berulang kali mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Renjun tak mengatakan apapun, enggan bersuara juga membalas ucapan Jeno. Hanya terus diam memperhatikan Jeno. Hanya Renjun sendiri yang tahu apa isi di dalam hati juga otaknya. Jeno juga tak keberatan, terserah Renjun mau mendengarkan ucapannya atau tidak.

"Aku akan pergi sekarang, jangan melakukan hal bodoh seperti kemari, ingat?" Jeno berbalik, Renjun masih tak berbicara sepatah kata pun tak keluar dari mulut kecilnya, hanya memandang punggung Jeno yang menghilang ketika pintu kamarnya tertutup. Anehnya setelah Jeno pergi sebuah air mata dengan tidak tahu dirinya meluncur begitu saja dari pelupuk mata Renjun. Entah itu bentuk penyesalan atau sedih akan suatu hal.

Setelah dari kamar Renjun, Jeno turun kebawah memeriksa apakah mobil telah siap dia hendak pergi ke suatu tempat menyelesaikan sebuah masalah kecil yang di buat oleh orang yang tak bertanggung Jawab. Namun ketika sampai di bawah dia malah melihat Lucas yang tengah bertengkar dengan Haechan layaknya anak kecil. Ya, ini adalah hal bisa yang sering Jeno lihat, jadi dia tidak terkejut.

"Ini milik ku bodoh bagaimana bisa kau memakannya? Aku menyimpannya untuk ku makan sambil menonton film, sialan!!" Haechan berang, cemilan yang ia simpan baik-baik dalam kulkas malah berakhir di perut Lucas, hanya tinggal bungkusnya saja yang tersisa membuat Haechan semakin marah, apalagi cemilan itu adalah edisi terbatas yang hanya tinggal lima biji saja di toko. Sangking kesalnya dia menarik rambut rapi Lucas, menariknya dengan sangat keras.

Lucas tak mau kalah, dia juga ikut menarik rambut panjang Haechan dengan keras. Terjadilah aksi tarik menarik rambut seperti anak SMA yang sedang bertengkar. "Aku kan sudah minta maaf, nanti juga akan aku ganti. " Lucas berkilah, berharap dengan ini Haechan melepaskan dirinya. Sungguh dia tidak sengaja memakan cemilan itu, dia pikir itu adalah sisa belanja bulanan Jaemin yang tak habis di makan, makanya dia dengan berani memakan cemilan itu. Tahu-tahunya setelah habis sang empunya muncul dan marah-marah.

A Precious Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang