✥Don't leave me✥

6K 762 34
                                    

Semoga kalian tidak bosan dapet notip cerita ini... Jangan lupa Vommet 💚



Renjun perlahan membuka kedua mata, belakang kepala terasa sakit. Ia baru sadar jika kedua tangan dan kaki di ikat, ruangan ini pengap dengan cahaya yang minim, kotor dan penuh tumpukan kardus usang yang sudah lama tak di gunakan.

Sebenarnya dia ini ada dimana? Dan siapa yang melakukan hal semacam ini? Seingat Renjun, setelah bertengkar dengan Jeno ia keluar menuju tepi pantai untuk menangkan diri dan setelah perasaannya sedikit tenang, dia berniat kembali tapi tiba-tiba saja ada yang memukul belakang kepalanya hingga membuatnya tak sadarkan diri dan berakhir di tempat seperti ini. Siapa kira-kira yang menculiknya dan untuk apa?

Renjun mencoba melepaskan diri dengan bergerak tak beraturan, berharap tali yang mengikat tangan dapat terlepas. Namun semua usaha Renjun lakukan sia-sia saja, tali ini sangat kuat dan tidak mudah untuk melepaskannya. Jujur saja, Renjun takut dan ingin berteriak sekeras mungkin, tapi yang ada penjahat-penjahat itu yang akan datang dan menyumpal mulutnya, Renjun tidak mau itu terjadi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apakah Jeno tahu jika dia diculik?

Renjun tersentak kaget, ketika pintu kayu yang berada tepat di depannya terdengar bunyi suara membuka kunci. Itu pasti mereka, para penculik. Jantungnya berpacu dengan tidak normal, kecemasan menyelimuti seluruh jantung Renjun. Tapi dia tidak boleh terlihat takut atau musuh akan semakin senang melihat raut ketakutan Renjun.

Pintu itu sempurna terbuka dan beberapa pria berbadan kekar menyeruak masuk ke dalam. Renjun menatap mereka satu persatu dengan tatapan tak bersahabat nya. Hingga seorang pria yang berpenampilan berbeda dari yang lain muncul, tersenyum menyeringai pada Renjun. Mungkin itu pemimpin dari komplotan ini. Pikir Renjun berasumsi.

“Siapa kalian? Kenapa kalian membawaku kesini?” Tanya Renjun dengan nada bicara yang di buat setenang mungkin.

Pria itu kembali menyeringai. “Rupanya tuan putri kita sudah bangun.” Ia perlahan-lahan mendekati Renjun, “Hoho... Si brengsek Jeno itu bisa juga mendapatkan barang bagus seperti ini.” Pria itu mencengkeram kuat pipi Renjun, membuat sang empunya meringis kesakitan.

“Apa yang kau inginkan?” Tanya Renjun setelah pria itu melepaskan cengkraman pada wajahnya. Sudah bisa di pastikan bahwa mereka adalah musuh Jeno.

“Tenang Nona, kami tidak punya urusan dengan mu yang kami butuhkan hanya Jeno datang kesini dan setelah itu kami akan membebaskan mu.” Ah, rupanya mereka menjebak Jeno untuk datang dengan Renjun sebagai umpan. Renjun tertawa, pria itu nampak bingung kenapa gadis ini tertawa. “Apa yang lucu? Kenapa kau tertawa?” Ia nampak tak suka dengan suara tawa Renjun yang seolah mengejeknya.

“Kalian salah jika membawaku ke-tempat ini sebagai umpan, Jeno tidak akan datang karena aku ini hanya satu dari sekian banyak mainan Jeno. Bahkan Jeno bisa dengan mudah mendapatkan pengganti ku jika aku tidak ada. Bodoh sekali kalian.” Renjun kembali tertawa, ia tahu ucapannya ini hanya akan memancing amarah dari penjahat itu, tapi siapa tahu mereka percaya dan melepaskan Renjun.

“Kau pikir aku bodoh?! Aku sudah lama memperhatikan kau dan juga Jeno, dia pasti akan datang apalagi jika melihat mu dalam kondisi yang mengenaskan, pasti akan membuatnya lebih cepat datang.” Pria itu kembali menunjukan seringaiannya pada Renjun. Ia sudah tahu bahwa Jeno pasti akan datang, karena sebelum ini dia melihat sendiri Jeno menyelamatkan gadis ini ketika di bawa oleh seseorang.

“Sial!” Umpat Renjun dalam hati, mereka tidak percaya pada apa yang dikatakan Renjun. Semoga saja Jeno sadar jika ini sebuah jebakan dan dia tidak akan datang kesini, supaya mereka jera dan melepaskan Renjun dengan suka rela.

A Precious Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang