☆Kacau☆

6.5K 601 30
                                    

Semua orang di kediaman Jeno tampak bahagia dan alasan kebahagiaan itu tak lain dan tak bukan karena kini sang Nyonya rumah tengah mengandung anak pertama dari Jeno, hal yang semua orang nantikan. Jeno dan Renjun tak bisa menutupi rasa bahagia, apalagi Jeno yang sejak tadi terus mengelus perut Renjun yang tentu saja masih rata.

“Paman, kau harus menjaga Renjun Noona dengan baik mulai sekarang, atau kakek dan nenek akan memenggal kepala mu.” Ucap Sungchan yang berhasil mengundang tawa yang lain, Jeno langsung melotot tajam pada bocah yang baru beberapa jam tinggal di rumahnya itu.

“Renjun, jika kau butuh apapun bilang saja padaku, aku akan mengabulkan apapun yang kau minta.. ahh... aku jadi tidak sabar melihat bayi kecil kalian yang pasti mengemaskan.” Ya, reaksi Haechan saat mengetahui Renjun hamil lebih heboh dari siapapun, tentu kalian mengerti bukan betapa Haechan dulu sangat ingin segera punya keponakan yang lucu dari Renjun dan Jeno, sampai ia membeli obat perangsang, meskipun akhirnya obat itu tak berguna karena Renjun-Jeno bergerak lebih cepat dari bayangannya.

“Terima kasih, Haechan.. nanti temani aku beli perlengkapan bayi, kau mau?”

“Tentu saja! Akan aku pilihkan perlengkapan bayi terbaik untuk calon keponakan ku ini.”

Semua orang  tertawa pelan, Haechan begitu bersemangat seolah anak Renjun adalah anaknya juga.

“Renjun, sebenarnya kami tidak ingin merusak kebahagiaan kalian, hanya saja ada yang ingin aku dan Mark bicarakan dengan mu...” Sepertinya ini saat yang tepat untuk mengatakan pada Renjun bahwa Mark dan Jaemin akan pindah dari rumah ini, mumpung yang lain juga sedang berkumpul.

Renjun mengerutkan kening, menunggu apa yang akan Jaemin katakan.

“Aku dan Mark berencana untuk pindah ke apartemen kami, mulai semua dari awal dan aku yakin kau dan Jeno butuh privasi lebih, jadi kemungkinan kami akan segera pindah.”

Haechan dan Renjun cukup terkejut, ya mereka berdua tidak tahu menahu tentang masalah ini, Renjun ingin egois dan tetap menahan Jaemin disini sebab rumah ini pasti akan sepi jika tidak ada Mark dan Jaemin, tapi di sisi lain Renjun juga paham bahwa keduanya ingin hidup berdua, membangun sebuah hubungan yang lebih jauh lagi bersama.

Renjun menghela napas. “Baiklah jika memang itu keputusan kalian, hanya saja ada syaratnya...”

“Syarat? Apa itu?”

Renjun tersenyum sembari memainkan tangan Jeno yang sejak tadi mengelus perutnya. “Kalian boleh pindah setelah aku melahirkan, sebelum itu tidak ada yang boleh pindah ke mana pun, mengerti? Ini bukan permintaan tapi perintah!”  Ucap Renjun tegas sembari mata tajamnya menatap Lucas, Mark, Jaemin dan Haechan bergantian.

“Wah, kau terlalu sering bersama dengan Jeno, jadi aura menakutkan Jeno pun ikut dengan mu, Renjun.” Celetuk Mark yang merasakan tatapan tajam Renjun sama menakutkannya dengan tatapan Jeno dulu.

“Aku pikir itu karena hormon ibu hamil..” Lucas buka suara. “Kau harus hati-hati Jeno, biasanya ibu hamil kalau sedang marah sangat menakutkan, hormonnya sering naik turun jadi jangan sampai kau membuat Renjun marah.” Lanjut Lucas yang di susul tawa renyahnya.

Obrolan itu terus berlanjut hingga tanpa sadar hari sudah larut malam, Renjun dan Jeno terlebih dahulu meninggalkan ruang tengah dan masuk ke dalam kamar kemudian satu persatu orang mulai kembali ke kamar masing-masing.

Renjun sudah mengganti baju dengan piyama, dia sudah bersiap untuk tidur begitu juga dengan Jeno, namun tiba-tiba saja ranjangnya bergerak dan ia merasakan sebuah tangan menyingkap baju atasnya dan mengelus perut rata Renjun.

Jeno masih tidak percaya, ia akan menjadi seorang ayah karena hal itu, ia tidak bisa tidur dan ingin terus bermain dengan perut Renjun. Sungguh, Renjun tidak tahu bahwa Jeno juga punya sisi seperti ini.

A Precious Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang