◖Acara Amal◗  

5.7K 724 36
                                    


✧༺♥༻✧


Lagi-lagi Renjun harus berlari keluar ketika mendengar suara gemericik air di kamar mandi telah berhenti diikuti dengan suara pintu kamar mandi yang terbuka. Genap seminggu mereka tinggal di dalam kamar yang sama, Renjun tahu itu karena setiap malam ia selalu menghitungnya dengan perasaan yang masih tidak nyaman dan selama itu Renjun selalu keluar ketika Jeno selesai mandi. Salah Jeno karena ia terbiasa hanya menggunakan handuk sebatas pinggang setelah selesai untuk menutupi tubuh bawahnya sedangkan tubuh atasnya terekspos dengan bebas.

Saat awal-awal Renjun berteriak histeris dan membuat Jeno marah, ia kembali tersinggung dengan sikap Renjun yang seolah berhadapan dengan pria cabul atau orang asing, jangan lupa mereka sudah tinggal bersama dalam kurun waktu yang tidak sebentar dan Renjun juga sudah pernah melihat tubuh bagian atas Jeno saat pria itu terluka, kenapa hingga sekarang masih saja malu dan tak terbiasa.

Jeno tahu bahwa Renjun selalu berlari keluar ketika ia selesai mandi, tapi mau bagaimana lagi ia sendiri tidak bisa menghilangkan kebiasaannya memakai handuk sebatas pinggang walaupun tahu Renjun tidak nyaman atau mungkin merasa malu melihat tubuh bagian atasnya yang indah, ini hanya asumsi Jeno saja.

Renjun kembali masuk setelah di rasa Jeno sudah berganti pakaian, ia tadi sedang merapikan baju dan hendak memasukannya kedalam lemari. Jeno nampak tampan dengan celana hitam dan kemeja putih, rambutnya masih berantakan sedangkan kedua tangannya sibuk mengancing lengan kemejanya. Renjun tak perlu bertanya karena ia tahu, pasti Jeno punya janji yang penting dengan klien atau urusan penting lainnya, Renjun tak mau ambil pusing dan ikut campur di dalam urusan Jeno.

Dengan mulut yang terkatup rapat, Renjun melangkah mendekati tumpukan bajunya yang ia biarkan tergeletak di sofa. Jeno masih dengan kegiatannya memasang dasi di depan cermin rias, Renjun meraih tumpukan baju itu membaginya menjadi dua bagian dan ketika hendak mengangkat tumpukan yang sebelah kiri, suara Jeno menghentikan gerakan Renjun.

“Bersiaplah Renjun, satu jam lagi kita harus pergi.” Kening Renjun nampak berkerut, ia menoleh pada Jeno yang kini melihatnya dari cermin. Memangnya ia akan kemana hingga harus bersiap? Jeno tidak mengatakan apapun sebelum ini, itulah kenapa Renjun terlihat kebingungan.

“Ada acara amal yang harus ku hadiri dan sebagai istriku, kau harus ikut bersama ku menghadiri acara itu.” Jelas Jeno menjawab kebingungan Renjun, Jeno selalu begitu mengatakan sesuatu yang penting di saat-saat waktu yang tidak tepat, Renjun bahkan belum mempersiapkan apapun untuk pergi ke acar itu dan seenak ia meminta Renjun bersiap.

“Apakah dadakan adalah hobi mu, Jeno? Tidak bisakah kau mengatakannya sejak semalam, hingga aku bisa bersiap dengan baik.” Renjun membawa tumpukan baju, memasukannya kedalam lemari.

Jeno berbalik, telah selesai memasang dasi dan berjalan menuju lemari yang lain untuk mengambil jas, “Tidak perlu khawatir, aku sudah meminta Haechan untuk menyiapkan baju yang akan kau pakai, sekarang pergilah mandi dan lupakan baju-baju itu, kenapa kau suka sekali dengan baju-baju jelek itu?” Jeno menatap tak suka pada baju-baju Renjun yang terlihat biasa-biasa. Oh ayolah, siapapun tahu bahwa Jeno adalah orang yang memberikan baju-baju itu pada Renjun, karena saat Renjun datang ia tak memiliki apapun.

Renjun merotasi kan bola matanya jengah, entah Jeno ini pura-pura lupa ingatan atau memang ada masalah dengan otaknya, Renjun tidak tahu itu. “Kau yang memberikan baju-baju jelek ini untuk ku Jeno, jika kau lupa” Ucap Renjun menutup pintu lemari dengan wajah datar.

“Benarkah? Ah, sepertinya kau salah.” Jeno mengelak, ia tidak ingat memberikan baju jelek dan biasa saja pada Renjun, seingatnya ia memberikan baju yang bagus dan dari desainer terbaik.

A Precious Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang