✥Tidur bersama✥

6.6K 794 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Tiga hari berlalu dengan begitu cepat, tapi Jeno masih belum juga memberikan kabar pada Renjun atau yang lainnya. Apakah misi itu berhasil? Apakah dia baik-baik saja? Hanya Jeno dan orang-orang di sana yang tahu.

Renjun duduk di sofa ruang tengah seorang diri, bosan jika terus berada di dalam kamar. Entahlah, dia merasa tidak nyaman jika berdiam diri dengan kurun waktu yang lama. Haechan pergi ke salon sedang Jaemin sejak pagi uring-uringan karena Jeno belum memberitahu apakah misinya berhasil atau tidak.

Hasil pemeriksaan obat-obatan milik ayahnya juga belum keluar dan mungkin butuh sedikit waktu lagi hingga hasilnya dapat Renjun lihat. Gadis itu menghela napas. Berharap bahwa hasilnya tidak akan mengecewakan dan dugaannya benar.

Tidak tahu harus melakukan apa, jadi Renjun hanya menunggu sampai Jeno kembali. Dia bilang akan kembali setelah tiga hari atau mungkin saja besok dia sudah kembali, tidak ada yang tahu bukan.

Jaemin keluar dari dalam kamar, ikut bergabung bersama Renjun di ruang tengah. Terlihat sekali bahwa gadis cantik ini tengah meradang juga tak sabar menunggu Jeno yang entah kapan akan datang. Sebenarnya bukan kabar Jeno yang ia tunggu, melainkan orang lain yang tengah Jeno selamatkan, ya siapa lagi jika bukan Mark.

“Sebenarnya apa sih yang Jeno lakukan? Kenapa dia masih belum menghubungi kita?!” Jaemin mengambil cemilan Renjun dengan kasar dan langsung memasukannya kedalam mulut.

“Tenanglah Jaemin, mungkin urusannya belum selesai makanya dia belum memberikan kabar.” Renjun mencoba meredam kekesalan Jaemin. Jika Renjun begitu tidak penting, setidaknya beritahu Jaemin saja juga tidak apa-apa, lihatlah lingkar hitam di sekitar bawah mata Jaemin, sangat ketara menunggu kabar hingga tidur pun tak tahu kapan mata terpejam.

“Apa dia tidak menghubungi mu?” Renjun menggeleng kecil, sejak Jeno pergi sampai sekarang tak ada pesan atau satupun panggilan dari Jeno. Renjun juga tidak terlalu memikirkan itu karena mungkin saja Jeno sibuk dengan urusannya di sana. Lagipula Renjun bukanlah orang yang cukup penting untuk Jeno, jadi untuk apa saling menghubungi satu sama lain, hanya buang-buang waktu saja.

“Renjun, apa kau tidak tertarik dengan Jeno? Apa kau tidak khawatir tentangnya?” Jaemin mulai penasaran, sudah cukup lama Renjun berada di sisi Jeno dengan status sebagai Nyonya Lee. Apakah tidak ada perasaan atau sesuatu yang terjadi di antara keduanya? Ini benar-benar mustahil, mengingat Jeno sangat tampan dan pesonanya sulit untuk di tolak oleh siapapun.

Renjun menggeleng kecil. “Saat ini aku memang khawatir tentangnya, tapi bukan berarti aku menyukainya, Jaemin. Hubungan ini hanya bagian dari rencana, dan ketika rencana itu berakhir maka hubungan ku dengan Jeno juga berakhir. Semua ini tidak nyata Jaemin.” Renjun memang tidak boleh sampai menyukai Jeno, perasaannya tidak boleh terlibat dalam rencana ini. Karena perasaan Renjun bisa menjadi kelemahannya dan Renjun tak ingin menjadi lemah lagi karena perasaannya.

A Precious Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang