Jeno dan Renjun terlihat saling bergandeng tangan di pinggir jalan kota London, menikmati waktu berdua dengan berjalan kaki sembari sesekali mengobrol dan tertawa sebab candaan ringan yang kiranya terdengar lucu bagi keduanya. Sesekali tak ada salahnya menghabiskan waktu berdua seperti ini, bukan hanya di dalam rumah, berbaring dan menonton televisi. Mendengar keadaan kakak yang sudah membaik juga sang ayah yang kini menjadi semakin akrab akhirnya Jeno putuskan untuk berjalan-jalan bersama sang istri mengingat waktu mereka di negara ini tidaklah lama lagi sebab pekerjaan yang ada di Seoul agaknya tak ingin lama-lama diduakan.
Mereka berdua makan siang terlebih dahulu, kemudian kembali melanjutkan perjalanan yang seperti tak ada tujuan pasti. Renjun sama sekali tak mengeluh, malahan ia terlihat antusias ketimbang Jeno. Ya, ini bisa terjadi karena memang mungkin sudah lama juga Renjun tak bepergian dan berjalan-jalan seperti sekarang ini.
"Jeno-yaa~..." Panggil Renjun dengan aksen manja.
Jeno menolehkan kepalanya pada sang gadis dengan ekspresi wajah bertanya.
"Lihatlah, anak-anak itu lucu sekali.." Tunjuk Renjun pada sekumpulan anak kecil berusia sekitar 5 tahun yang tengah bermain di taman dengan di temani orang tua mereka. Anak-anak itu tampak menari sembari meniup gelembung dan memecahkan gelembung yang berterbangan di sekitar mereka. Mata Jeno mengikuti kemana jari Renjun menunjuk, detik berikutnya Jeno mengulas senyum manis. Tangannya tergerak untuk mengusap belakang kepala Renjun membuat sang gadis mau tak mau menoleh ke arahnya.
"Kita nanti juga akan punya anak yang lucu dan mengemaskan seperti mereka, tenang saja." Ucap Jeno yang kini otaknya tengah sibuk membayangkan bagaimana anaknya dengan Renjun kelak.
"Aku hanya perlu bekerja lebih keras lagi agar kau cepat hamil," Lanjut Jeno sembari mengedipkan sebelah matanya pada Renjun.
"Ishh.." Renjun mencubit perut Jeno, sebab pikiran suami tercintanya ini sudah mulai kemana-mana. Jeno merintih kesakitan.
"Kenapa kau mencubit ku?" Protes Jeno menatap sang istri kesal.
"Aku mencubit mu, supaya otak mu kembali jernih,"
"Maksud mu? Otakku tercemar begitu?"
"Emm... kotor sekali.." Ucap Renjun sambil geleng-geleng kepala, seolah menyayangkan isi otak Jeno.
Jeno menyeringai, ia menarik tangan Renjun kemudian mencondongkan tubuhnya tepat di depan wajah sang gadis, sehingga jarak wajahnya dan wajah Renjun hanya berjarak beberapa senti saja.
"Yak! K-kau mau apa?" Renjun mundur tapi Jeno kembali menariknya mendekat.
"Kau penasaran, sayang?" Jeno menatap manik mata sang istri lembut, sungguh ia tidak akan bisa lepas dari Renjun-nya.
"I want to-"
Cup.
"Kiss you."
Renjun sedikit tersentak akibat ulah Jeno yang gemar sekali menggodanya, sampai-sampai Renjun tidak bisa lepas dari jeratan mata milik Jeno. Ia bahkan tidak sadar jika Jeno habis mencium bibirnya, meski hanya kecupan singkat. Hal itu sukses membuat pipi wanita cantik ini merah padam, apa lagi ini di depan umum dan tentu saja Renjun malu sekali.
"Ishh... kau ini, kebiasaan!" Ucap Renjun pura-pura marah. Jeno tertawa pelan, gemas melihat wajah sang istri yang berbuah menjadi tomat.
"Oh, lihatlah pipi mu merah," Ledek Jeno, seketika itu Renjun menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Yak, jangan di tutup, aku ingin melihatnya, ayo buka," Jeno berusaha mengalihkan tangan Renjun yang menghalangi wajah sang gadis, Renjun menggeleng kemudian berbalik dan berlari menjauh dari Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Precious Wife ✔
Romance[REMAKE] [GS/NOREN] Huang Renjun, gadis bernasib malang karena takdir yang begitu kejam seolah tidak adil pada dirinya. Ayahnya yang ia sayangi baru saja meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini, kemudian rumah yang ia punya serta harta melim...