Zia memasuki rumah dengan gontai lalu meletakan tumpukan berkas-berkasnya di meja dan mendudukan dirinya di sofa sambil menghela napasnya pelan.
Zia tahu, ini bukan saat yang tepat untuk bersantai maka dari itu Zia langsung saja pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya dari rasa lengket yang mengganggu.
Setelah selesai, Bi Irma menyuguhkan dua gelas teh hangat untuk Zia dan Banu yang kini duduk di sofa.
Zia beranjak dan mendudukan dirinya di bawah lalu berniat menyelesaikan kerjaanya.
"Zia dekat dengan Yudha, sejak kapan?" tanya Banu tiba-tiba kepada Zia yang duduk sambil membelakanginya.
"Dekat? Zia rasa, Zia tidak sedekat itu dengan Yudha. Kami hanya tidak sengaja bertemu dan saling menyapa saja," sahut Zia tanpa memalingkan pandangannya dan masih menatap rangkaian tulisan di berkas-berkasnya.
"Benarkah?"
"Tentu saja iya, Mas Banu jangan berpikiran yang macam-macam, Zia tidak sekejam itu untuk berselingkuh di belakang Aditya," ujar Zia menatap Banu bangga.
Banu hanya menggendikkan kedua bahunya dan mengambil ponselnya lalu memainkannya.
"Mas Banu sungguh meragukan Zia? Zia itu orang yang setia. Jadi kemungkinan kecil, tidak! Bahkan mustahil sekali jika Zia berselingkuh," lanjutnya.
"Terserah Zia saja lah," gumam Banu lalu menggeliatkan tubuhnya dan mencari posisi nyaman, selang berapa lama, Baju sudah tertidur pulas dengan keadaan duduk di sofa.
Tik! Tok! Tik! Tok!
Zia berdecak kesal, kepalanya semakin pusing sekarang. Zia meletakan pulpennya dan tangannya terulur untuk mengambil cangkir tehnya, bahkan ini sudah cangkir ke empat namun Zia belum juga selesai.
Zia meletakkan kembali cangkir tehnya dan melirik ke jam dinding di sebelah kanannya, jarumnya sudah menunjukan pukul satu lebih tiga puluh lima menit dini hari.
Zia menghela napasnya pelan dan melirik ke belakang, ternyata masih terdapat Banu yang tertidur dengan pulas di sana. Zia tersenyum sebentar dan memberdirikan tubuhnya lalu berlalu ke kamarnya, Zia keluar kamarnya dengan sebuah selimut lalu membalutkannya di tubuh Banu.
Setelah selesai dengan hal itu, Zia kembali fokus pada kerjaanya yang tinggal beberapa lagi.
Beberapa saat kemudian Zia sudah kelar dengan urusan kantornya, Zia mematikan laptopnya dan kini Zia meregangkan otot-otot tubuhnya dengan menggeliat ke sana ke mari.
Zia menguap berkali-kali karena rasa kantuk sudah menghinggapinya beberapa waktu lalu. Hari ini hari yang sangat melelahkan bagi Zia.
Zia menyenderkan kepalanya di sofa namun tidak menunggu beberapa lama dirinya sudah terlelap. Besok hari minggu jadi, Zia juga tidak merasa khawatir akan bangun kesiangan.
***
Yudha terkejut ketika merasa seseorang meciprati wajahnya menggunakan air. Dengan segera Yudha melenguh sebentar dan membuka kedua matanya, yang pertama kali di lihatnya adalah seorang kakak tersayangnya tengah berdiri dengan membawa sebuah gayung.
Yudha tersadar dan tersentak seketika. Dengan segera Yudha mendudukan dirinya.
"Anak muda ya, bangun dan cepatlah turun. Sarapanmu sudah siap."
"Astaga Mba, bukankah ada cara lain membangunkan orang dengan baik? Dan lagian ini hari minggu, izinkan Yudha untuk bangun lebih siang," gerutu Yudha.
"Libur atau tidak libur sama saja. Kamu harus biasakan bangun pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...