Saat ini di luar ruang rawat Yudha si penuhi oleh anggota Wild Hogs dan juga Gloria. Banu dan Mozza memberitahu anggotanya masing-masing jika Yudha akan pulang sore nanti.
Zia mengemasi barang-barang Yudha ke dalam tas, menginap satu malam saja Hana membawa baju ganti banyak sekali untuk Yudha, begitu pun dengan Banu. Hal itu membuat Zia harus memaksa pakaian miliknya dan milik Yudha muat dalam satu tas.
"Padahal tahu jika Yudha pulang hari ini, tapi kenapa membawa pakaian ganti banyak sekali sih, punya kakak pintar sekali." gerutu Zia namun masih di dengar jelas oleh Yudha. Yudha yang mendengarnya terkekeh geli.
---
Beberapa hari kemudian, setelah kepulangan Yudha dari rumah sakit, rumah Yudha selalu di ramaikan oleh anggota Gloria dan Wild Hogs.
Kedua geng itu menjadi sangat akrab setelah kejadian di mana Banu balapan dengan Ricko.
Kedua geng itu terkenal karena kerendahan hatinya dan juga kebaikannya. Namun, bisa menjadi kejam di kala para musuh mengusik keluarga atau anggotanya. Hal ini akan menjadi perpaduan yang langkah dan pertahanannya sangat kuat.
Mengingat sekarang hari minggu, Zia juga ada di rumah Yudha.
"Yudha, ikut Zia sebentar yuk." ajak Zia kepada Yudha yang sedang berdiri di depan cermin di kamarnya. Yudha selalu memantau bekas luka di kepalanya, ngomong-ngomong.
"Mau kemana?" tanya Yudha tanpa menatap Zia yang kini berdiri di sampingnya.
"Ikut saja ayo. Zia tidak akan menculikmu atau menyekapmu." ujar Zia lalu menarik sebelah tangan Yudha tidak lupa juga membawa gitar kesayangan Yudha.
Sejujurnya Yudha merasa bingung, namun abai saja. Yudha ingin tahu ke mana gadis manis ini membawanya pergi.
Setelah izin ke Banu dan yang lainnya, Zia mengajak Yudha menaiki mobilnya, Zia mengambil alih kemudi.
"Kita mau ke mana? Jangan bilang kita mau ke kota--astaga Zia, kamu lihat sendiri kan penampilanku tidak pas sekali, celana bahan putih dan kemeja hita--"
"Aku tidak membawamu ke kota, tenang saja. Lagian memang kamu suka sekali berpakaian seperti itu kan?" potong Zia.
"Bukan suka, hanya nyaman saja." sahut Yudha.
Setelah beberapa saat Zia memberhentikan mobilnya di sebuah tepi danau. Hari sudah menjelang sore, hal itu membuat langit terlihat cantik dengan pancaran warna jingga.
Zia turun dari mobil begitu pun dengan Yudha. Zia mendekati Danau sambil memandangi pemandangan yang begitu cantik.
"Hey! Hey! Ku mohon jangan menjeburkan dirimu ke danau, aku tidak mau tanggung jawab, dan aku juga tidak mau di tanyai Mas Banu yang macam-macam." ujar Yudha menghampiri Zia yang kini sudah di tepi danau.
"Cerewet sekali sih, duduk saja. Dan ini." ujar Zia mendudukkan dirinya lalu menyodorkan gitar milik Yudha.
"Sebenarnya kamu ini kenapa sih?" gumam Yudha sambil mendengus kesal. Namun, ia tetap menurut untuk duduk di samping Zia.
"Waktu kamu di rawat seminggu yang lalu, aku pernah berjanji padamu." ujar Zia.
"Benarkah? Aku tidak tahu." shaut Yudha aambil mengerutkan keningnya.
"Itu karena saat aku mengikrarkan janji kamu masih belum sadar." ujar Zia sedikit kesal.
Yudha menagguk saja lalu memangku gitarnya dan hendak memainkannya.
"Aku berjanji jika kamu bangun, aku akan mengajakmu di tepi danau, melihat senja bersama sambil bermain gitar di padu dengan suaramu. Bukankah itu terdengar menyenangkan?" ujar Zia.
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...