Zia membuka matanya perlahan ketika merasa secercah cahaya menyinari wajahnya. Zia melirik ke arah jam yang letaknya di atas meja nakas, jarumnya masih menunjukkan pukul enam lebih sepuluh menit. Ini hari minggu, jadi Zia berniat bangun siang. Maka dari itu, Zia menyamankan posisinya kembali dan menutup matanya lagi.
Brakk
Zia terlonjak ketika seseorang membuka pintu kamarnya secara kasar. Zia melihat ke arah pintu, dan nampaklah Banu yang berdiri di sana dengan wajah bantalnya.
Banu juga masih mengantuk sebenarnya, hanya saja ada sesuatu yang ingin di bicarakan dengan Zia. Jadi, Banu baru bangun dari tidurnya dan langsung ke kamar Zia.
"Ketok dulu kek." gumam Zia lalu melanjutkan tidurnya.
"Zia." panggil Banu dengan suara khas orang bangun tidur.
"Zia." panggil Banu lagi mendekati Zia.
"Zia." panggil Banu lagi lalu merebahkan dirinya di samping Zia lalu berguling ke sana ke mari.
"Mas Banu, ingat berat tubuhmu. Berat lho ini." ujar Zia ketika merasakan beban berat di tubuhnya.
"Bangun."
"Hari ini hari minggu, Biarkan Zia tidur dari malem hingga malem lagi." ujar Zia.
"Jangan keras kepala, Zia. Tidur dengan jangka waktu yang panjang itu bisa membuat kamu pusing."
"Tidak kok."
"Iya Zia."
"Tidak."
"Hahh, iya sudah. Tapi hari ini harus bangun, temani Mas Banu belanja di supermarket. Stok bulanan kita sudah menipis." ujar Banu.
"Iya, siangan saja. Sekarang Zia masih ngantuk."
"Sekarang saja, ayo mandi cepet." ujar Banu lalu menarik lengan Zia untuk duduk.
Zia mendudukkan dirinya namun masih enggan membuka matanya.
"Baiklah--Hoammm." ujar Zia lalu beranjak ke kamar mandi untuk mandi.
Setelah melihat tubuh Zia yang hilang di balik pintu kamar mandi. Kini Banu bergegas keluar dari kamar Zia menuju kamarnya untuk bersiap juga.
Beberapa saat kemudian Zia keluar dari kamar mandi lalu menakai pakaiannya. Hari ini Zia hanya nemakai jeans ketat panjang hitam lalu dengan atasan kaos putih polos oversize. Zia sedikit memasukkan bagian depan kaosnya untuk tidak terlalu memberikan kesan monoton. Zia menggulung lengannya dua gulungan saja.
Zia mendudukkan dirinya di depan meja rias, memandangi dirinya lekat-lekat. Zia mulai memakai produk kecantikan pada wajahnya. Lalu mengoleskan lotion ke seluruh tubuhnya.
Zia mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. Setelah dirasa kering. Zia menyisir rambut sebahunya dan mengikatnya sebagian.
Zia keluar dari kamar dan menjumpai Banu yang sudah berada di ruang makan.
"Pagi," sapa Zia dengan malas.
"Pagi juga, habiskan makananmu cepat, setelah itu kita akan langsung pergi." titah Banu dan di angguki oleh Zia.
---
Di perjalanan menuju supermarket Zia dan Banu hanya diam. Keduanya tidak ada niatan buat membuka topik pembicaraan lebih dulu.
Zia merasa jengah lalu matanya menatap Banu yang masih fokus menyetir.
"Mas Banu." panggil Zia. Banu yang di panggil hanya menoleh saja.
"Kenapa?"
Zia merotasikan matanya saja dan memutar pandangannya menatap jendela. Mata Zia melihati orang -orang yang berlalu lalang di jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...