Hari hampir sore, Zia membereskan perlengkapannya dan segera pulang ke rumah. Zia sengaja mengorbankan jam makan siangnya hanya untuk menyelesaikan pekerjaanya dengan cepat.
Setelah meja kerjanya sudah rapih, Zia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas jinjingnya termasuk ponsel pintarnya. Namun, Zia malah kembali mengambil ponselnya lalu mengaktifkannya.
Sudah Zia duga hal ini akan terjadi, banyak sekali panggilan tidak terjawab dan pesan yang masuk. Zia memang sedari tadi tidak memegang ponselnya barang sedetik.
Zia mengerutkan keningnya ketika melihat nama Reza di log panggilannya. Zia menyamankan posisi duduknya di kursi kerjanya sambil bersandar. Zia membuka pesan dan ternyata dari sekian banyaknya pesan yang masuk, nama Reza lebih mendominasi. Zia segera membuka pesan dari Reza.
From : Reza
Zia...
Zia Olivia
Angkat teleponnya
Pulang sekarang
Buru!
Zia, kenapa tidak membalas pesanku?
Zia kumohon, cepatlah pulang
Banu....Zia melihat waktu di mana Reza mengirimkan pesan kepadanya dan di sana tercatat pukul sebelas lebih tiga puluh tiga menit, yang berarti Reza mengirimi pesan padanya pada saat jam makan siang. Pada saat itu, Zia menghiraukan segalanya demi menuntaskan pekerjaanya. Bahkan sempat ada seseorang yang masuk ke ruangannya hanya sekadar mengajaknya makan siang, namun di hiraukan oleh Zia. Iya, katakan saja jika Zia jahat.
Zia segera menghubungi Reza kembali, namun sudah di hubungi berkali-kali sang empu tidak menjawabnya. Zia berdecak kesal dan segera pulang. Pikirannya mulai kalut ketika Reza menyebut nama Banu.
Pada saat Zia hendak berdiri dari kursinya, seketika ponselnya bergetar tanda pesan masuk.
From : Yudha Julian
Pekerjaanmu sudah selesai? Aku tidak ada kerjaan hari ini, aku sangat bosan. Jika kamu berkenan bolehkah aku berkunjung ke rumahmu?
Zia merotasikan matanya setelah membaca pesan dari Yudha.
To : Yudha Julian
Aku baru saja selesai dan akan pulang, jika ingin berkunjung datang saja.
Setelah mengetik hal itu, Zia memasukkan ponselnya ke dalam tas jinjingnya dan keluar dari ruangannya.
Di dalam taksi, Zia tiada henti untuk memikirkan Banu. Apa yang terjadi dengan Banu? Kenapa Reza menghubunginya hingga puluhan kali? Zia semakin kalut sekarang. Bahkan sedari tadi Zia hanya melamun sambil memegangi dagunya.
Hingga sebuah taksi yang membawa Zia memberhentikan Zia di depan rumah Zia.
"Mba sudah sampai." ujar supir taksi itu.
Hening, tidak ada sahutan sama sekali dari Zia.
"Mba." panggilnya.
Zia sontak terkejut dan tersadar dari lamunannya ketika supir taksi memanggilnya dengan nada yang sedikit keras.
"I-iya, maafkan aku, pak. Aku tadi melamun." ujar Zia sambil menyodorkan beberapa lembar uang dan keluar dari sana.
Zia memasuki rumahnya dengan berlari kecil. Di halaman rumah, Zia melihat sebuah mobil dan sebuah motor terparkir di sana. Itu mobil milik Yudha dan motor milik Reza, setahu Zia.
Zia abai saja dan dengan segera memasuki rumahnya.
"Mas B--Astaga!" ujar Zia merasa terkejut karena ketika baru saja membuka pintu, di depannya terdapat Reza yang sedang berdiri membelakangi pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...