Brmmm Brmmm
Yudha membalikkan tubuhnya ketika mendengar sekumpulan motor mendekati kerumunan mereka. Yudha mendadak membatu sejenak, ketika tahu siapa yang menghampirinya.
Sekumpulan motor itu memarkirkan motornya dan melepas helmnya lalu mendekati kerumunan Gloria.
Banu memberdirikan tubuhnya sambil mengernyitkan dahinya. Banu merasa asing dengan sekumpulan orang-orang ini.
"Jul," panggil seseorang di antara mereka.
"Aish, ngapain kalian ke sini ramai-ramai?" tanya Yudha.
"Salah satu dari kita melihat kamu balapan dengan Draco, apa alasanmu?" tanya orang itu.
"Hanya alasan privasi," ujar Yudha sambil menepuk pelan pundak orang di depannya.
"Jika kamu kenapa-napa bagaimana?" imbuh orang itu merasa khawatir.
"Lihat, aku tidak apa, kan?"
"Siapa kalian?" tanya Banu mencoba menyela pembicaraan.
"Kamu Banu bukan? Pemimpin Gloria?" tebak orang itu.
"Benar," jawab Banu sedikit ragu.
"Sebelum Gloria terbentuk, pasti kalian mengenal Wild Hogs, bukan?" ujar pria asing itu dengan sedikit smirk.
Zia memicingkan matanya merasa tidak asing dengan nama itu.
"Wild Hogs?" gumam Banu mengerutkan keningnya dalam.
"Waktu itu aku pernah memasuki kamar Yudha dan menemukan sebuah pajangan tameng kayu bertuliskan Wild Hogs. Apa itu sebuah kebetulan?" ujar Zia.
"Jul, kamu merahasiakan identitasmu?" tanya orang itu.
"Kamu diamlah saja," gumam Yudha.
Yudha terdiam sejenak, pria di samping Yudha mendorong sedikit punggung Yudha, "halo Gloria, Perkenalkan pemimpin kami dari Wild Hogs, Yudha Julian Mahesa," ujar orang itu mengenalkan Yudha.
"Za?"
"Wild Hogs, bukankah itu sebuah geng yang beberapa tahun lalu menghilang?" gumam Banu sambil memegangi dagunya.
"Bukan menghilang, kami hanya tengah bersembunyi saja. Sekarang persembunyian kami telah usai karena keteledoran pemimpinnya," jelas orang itu sambil melirik ke arah Yudha.
"Maafkan aku, aku sudah geram dengan Draco," ujar Yudha.
Banu terperangah sebentar, kata Wild Hogs terus terngiang-ngiang di kepalanya. Banu menyadari akan satu hal. Wild Hogs keluar dari persembunyiannya dan pertama kalinya bertemu dengan Gloria. Ini sebuah kehormatan untuk Gloria, karena bagaimanapun Gloria memang selalu di atas Draco, tapi jika sudah berkaitan dengan Wild Hogs, Gloria kalah telak.
"Wah ini merupakan suatu kehormatan besar untuk Gloria," timbrung Reza.
"Mas Banu, ayo pulang Zia mengantuk sekali. Besok juga harus ngantor," bisik Zia.
"Baiklah, ayo. Oh iya kemungkinan, besok Mas Banu akan sibuk sekali," ujar Banu.
"Akan pulang larut lagi?" tebak Zia.
"Iya, apa tidak apa?" sahut Banu merasa khawatir.
"Iya sudahlah, lagian ada Bi Irma, kan," pungkas Zia.
"Za, aku sama Zia duluan ya, sekarang sudah tengah malam," pamit Banu ke Reza dan anggota Gloria yang lain.
"Oh iya Yudha, maafkan Mas Banu yah karena kamu harus terlibat dalam permasalahan Gloria dan Draco. Kamu harus hati-hati di mana pun kamu berada, karena sekarang kamu yang tengah menjadi incaran mereka. Draco itu jauh lebih licik dari yang kamu bayangkan." tutur Banu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...