Tok
Tok
Tok
"Masuk,"
Cklekk
"Zia, Pak Presdir memanggilmu." ujar seorang wanita yang baru saja memasuki ruangan Zia.
Zia mengerutkan keningnya sebentar, "Eh, ada apa?"
"Entahlah, cepatlah menemuinya, sebelum di marah." ujar wanita itu lagi.
"Aku ke sana sekarang." ujar Zia lalu beranjak pergi dari ruangannya menuju ruang atasannya. Sejujurnya cemas dan gugup sudah menguasai Zia, namun Zia berusaha meyakinkan diri untuk tetap bersikap tenang.
Zia kini sudah berdiri di depan pintu ruangan atasannya, Zia menghela napasnya sebentar untuk menghilangkan rasa gugup lalu mengetuk pintu besar itu tiga kali.
Bukan apa-apa Zia bisa takut kepada atasannya, Zia berpikir keras apakah dirinya telah berbuat kesalahan? bagaimana pun juga seorang Presdir pastinya sangatlah galak, apa lagi Presdir perusahaan di tempat Zia bekerja itu terkenal karena kegarangannya. jika saja salah satu pegawainya melakukan kesalahan maka pegawai itu langsung di pecat karena sudah di anggap tidak becus dalam bekerja, walaupun kesalahannya masih bisa di perbaiki. Argh! Memikirkannya saja membuat Zia semakin kalut.
Setelah menadapat sahutan dari dalam dan menyuruhnya masuk, Zia membuka pintu besar itu dan memasuki ruangan.
"Ada apa ya Bapak memanggil saya kemari?" tanya Zia sedikit takut.
"Akhirnya datang juga, Zia Olivia Wananda--Direktur keuangan di perusahaan ini. Benar?" ujarnya.
Zia merasa bingung, namun Zia mengangguk saja lalu menundukkan pandangannya.
Pak Presdir mendekati Zia yang masih terdiam. Sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Nanti siang ikut saya keluar untuk makan siang, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan denganmu." ujarnya, Presdir itu memasukkan kedua telapak tangannya di saku celananya.
"Baiklah Pak, apa ada hal lain lagi?"
"Tidak."
"Baiklah kalau begitu saya permisi." pamit Zia lalu berbalik dan meninggalkan ruangan itu.
---
Yudha menyenderkan tubuhnya di kursi kerjanya, melirik sebentar ke jam yang letaknya di tembok samping kanannya. Jarumnya masih menunjukkan pukul sebelas siang, itu berarti sebentar lagi akan memasuki jam makan siang.
Pekerjaan Yudha masih belum selesai, namun Yudha memilih untuk menenangkan pikirannya terlebih dahulu dengan bermain ponsel.
Yudha mendengus kesal ketika hal yang sama terulang kembali, dimana banyak sekali nomor asing mencoba menghubunginya. Yudha berniat menghubungi seseorang, Yudha menscrool kontaknya dan segera menghubunginya.
'Halo?'
"Nanti siang mau makan siang bersama? Aku bosan sekali hari ini, sungguh." ujar Yudha sedikit berbohong.
'Maafkan aku, aku sudah ada janji dengan Presdir, mungkin lain kali ya.'
"Sayang sekali, padahal aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."
'Sungguh maafkan aku,'
"Tidak apa, baiklah next time ya."
Pip
Yudha menaruh ponselnya di atas meja samping laptopnya. Yudha menatap miris ponselnya lalu kembali menyelesaikan pekerjaannya.
Tidak lama kemudian, ponselnya berdering. Seseorang mencoba menghubunginya, Yudha abai saja, Toh mungkin itu hanya orang yang iseng. Yudha berdecak ketika ponselnya kembali berdering. Yudha mengangkat ponselnya dan menarik ikon hijau ke samping tanpa melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...