ASFY - BAG 11 : BET

15 1 0
                                    

Zia sontak terkejut mendengar penuturan Ricko. Seketika bulu kuduknya meremang saking merindingnya.

"Mas, ayo pulang," bisik Zia.

Banu melirik ke arah Zia dengan tatapan teduh, Banu sangat menyayangi manusia satu ini. Jika saja Zia terusik sedikit saja, maka Banu tidak akan segan-segan bertindak. Tapi sekarang keadaanya berbeda.

Banu menatap Ricko dengan tatapan benci. Namun Ricko nampak acuh saja.

"Berikan Zia atau cium sepatuku!" bentak Ricko membuat Banu memejamkan matanya untuk merasakan sedikit pengang di telinganya.

Banu beranjak dari tempat duduknya, Zia sempat menahan Banu namun Banu menangkan Zia, "semua akan baik-baik saja. Zia tenang ya," ujar Banu lembut sambil melepaskan genggaman Zia di lengannya.

Zia sempat mengumpati dirinya di dalam hati karena datang di saat yang tidak tepat, jika saja Zia tidak datang, Ricko tidak akan serakah atas kemenangannya, dan lagi Banu tidak akan berlutut.

Ricko tersenyum bahagia ketika melihat Banu yang kini berada di hadapannya menatapnya dengan tatapan menunduk.

"Nu, jangan!" cegah Reza.

Banu menghiraukan Reza yang mencegahnya. Perlahan Banu mulai menunduk, membuat anggota Gloria tidak tega melihatnya dan memalingkan pandangannya ke arah yang lain.

Dugh!

"Aw..." pekik Ricko sambil mengusapi kepalanya yang sakit karena sebuah benda yang sengaja di lempar.

"Sialan, siapa yang berani melakukannya?!" teriak Ricko menatap nyalang pada orang-orang di sekitarnya.

"Aku," sahut seseorang lalu memasuki kerumunan itu.

Banu dan Zia melotot tidak percaya pada seorang pria yang berani melawan Ricko apa lagi sampai melempar sebuah bola ke arah Ricko.

"Yudha," gumam Zia.

Yudha memasuki kerumunan itu sambil melempar-lemparkan sebuah bola kasti di tangan kanannya, di tambah sebuah permen loli di mulutnya.

"Lepaskan Zia!" titah Yudha.

"Siapa kamu? Jangan ikut campur urusan kami atau aku akan menghabisimu!" ancam Ricko.

"Oh aku takut sekali, tolong aku! Haha apakah kamu berharap aku akan mengatakan hal itu? cuih!" ujar Yudha sambil meludah ke samping.

"Berani-berani ...."

"Aku tantang kamu untuk balapan denganku!" ujar Yudha memotong ucapan Ricko dengan nada serius.

Ricko terdiam sesaat dan kemudian dirinya tertawa kencang.

"Apa-apaan kamu ini? Ingin mencari mati? Sudah bosan hidup?"

Bugh!

Yudha kembali melemparkan sisa bolanya ke arah Ricko. Membuat Ricko memekik sakit.

"Tutup mulut tanpa adabmu itu, kamu tinggal bilang mau saja apa susahnya!"

"Sialan!" umpat Ricko hendak memukul Yudha.

"Aku tidak tertarik untuk beradu tenaga denganmu, jadi mari kita selesaikan dengan satu kali putaran di arena balap!" ujar Yudha.

"Huh, akan ku buat mulut sombongmu itu tidak akan bisa berbicara sombong lagi, dan memohon ampun kepadaku!" ujar Ricko dengan tegas.

"Eits, jika aku menang aku akan meminta Zia dan Draco harus meminta maaf kepada Gloria, dan lagi serahkan diri kalian ke polisi. Jika aku kalah, kamu boleh meminta apa pun padaku, termasuk nyawaku," ujar Yudha.

A SONG FOR YOU (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang