Jrengg!
You think you own whatever land you land on
The earth is just a dead thing you can claim
But I know every rock and tree and creature
Has a life, has a spirit, has a name
You think the only people who are people
Are the people who look and think like you
But if you walk the footsteps of a stranger
You'll learn things you never knew you never knewHave you ever heard the wolf cry to the blue corn moon
Or asked the grinning bobcat why he grinned?
Can you sing with all the voices of the mountain?
Can you paint with all the colors of the wind?
Can you paint with all the colors of the....Plak!
"Aww..." pekik seorang laki-laki sambil mengusapi kepalanya yang terasa sedikit sakit.
"Punya adek cowok satu, kerjaanya main gitar dan nyanyi terus. Memang di kira enak suaranya gitu? Kalau tiap hari begini terus kapan kamu punya kekasihnya?" ujar seorang wanita yang masih menggenggam centong kayu di tangan kanannya.
Pria itu hanya menghela napasnya dan hendak memainkan gitarnya lagi.
Plak!
"Aww.... Mba sakit!" pekik laki-laki itu lagi ketika mendapat getokan kedua kalinya.
"Keras kepala sekali sih, sekarang sudah masuk jam makan siang, ayo masuk dan makan," ujar wanita itu lalu berlalu masuk.
Laki-laki itu mendengus pelan dan melihat jam di ponsel pintarnya. Benar saja, sekarang sudah hampir jam satu siang.
"Hey, kenapa belum masuk juga? Mba tidak akan merawatmu jika saja nantinya kamu sakit karena telat makan, Yudha!" ujar wanita itu sedikit berteriak.
"Iya Mba, iya. Ini mau masuk," sahut laki-laki yang bernama Yudha itu, meletakkan gitar kesayangannya lalu beranjak masuk ke rumah.
Yudha mendudukkan dirinya di kursi makan. Yudha melirik sebentar ke kakak perempuannya. Raut lelah tergurat jelas di wajah cantiknya. Yudha mendesah pelan, merasa sangat tidak berguna. Bahkan, Yudha sekarang hanya hidup berdua dengan kakaknya. Jika saja kakaknya tidak bekerja, mungkin kehidupan keduanya tidak akan baik-baik saja sekarang. Kedua orang tuanya sedang berada di luar negeri untuk urusan bisnis. Kedua orang tuanya bahkan hanya bisa pulang 2-3 bulan sekali. Yudha juga tidak paham, apakah segitu sibuknya kedua orang tuanya?
"Nasi itu tidak akan habis dengan sendirinya jika kamu hanya melamuninya, Yudha," ujar kakaknya Yudha itu membuyarkan lamunan Yudha.
"Mba Hana, maafin Yudha ya, Yudha selalu merepotkan Mba."
"Berhenti berbicara omong kosong, ayo makan makananmu, Mba memasak makan siang hanya seminggu sekali itu pun hanya di hari minggu, setelah makan lanjutkan aktivitasmu."
"Tidak, Yudha akan membantu Mba dulu membereskan ini," ujar Yudha sambil memasukkan satu sendok nasi ke mulutnya.
"Tidak usah, Mba masih bisa melakukannya sendiri."
"Tapi Mba ...."
"Yudha," panggil Hana sambil menatap Yudha tanpa arti.
Yudha menghela napasnya sejenak, "Iya baiklah," sahut Yudha lalu menghabiskan makanannya.
"Nanti temani Mba ke taman ya?"
"Taman? Mau apa?" tanya Yudha merasa bingung.
"Beli kasur."
"A-apa?"
"Yudha adik Mba yang sayangnya kelewat tampan. Kamu pikir ke taman itu selain tujuannya jalan-jalan, apa lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Ficção Adolescente(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...