Keesokan harinya, sesuai perkataan Zia, kini Zia kembali ke rumah Yudha. Hari ini hari minggu jadi Zia menyempatkan diri untuk berkunjung.
"Zia," panggil Yudha.
Zia yang merasa namanya di panggil memutar pandangannya ke sumber suara, Zia sangat merindukan suara manly ini.
"Ada apa ya sampai repot-repot datang ke sini?" tanya Yudha sambil mendudukkan dirinya di kursi.
"Maaf jika mengganggu, aku--"
"Tidak apa kok, kebetulan aku juga lagi senggang." potong Yudha sambil tersenyum. Walau pun hati Yudha merasa sakit, Yudha tidak bisa untuk marah pada gadis manis di depannya ini.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Yudha.
"Aku cukup baik, bagaimana denganmu?" tanya balik Yudha.
"Seperti yang terlihat." sahut Yudha.
"Lemak di pipimu sudah berkurang, kamu melupakan jadwal makanmu?" tanya Zia.
Yudha terdiam sejenak, "ah ini bukan apa-apa kok." sangkal Yudha.
"Maaf," ujar Zia sambil menundukkan pandangannya.
"Eh?"
"Maafkan aku." lirih Zia.
"Apa yang kamu katakan? Kota baru bertemu, kamu tidak membuat salah." ujar Yudha.
"Tentang dua minggu yang lalu."
Yudha mematung, "Aku sudah tau semuanya, aku tahu aku egois karena aku tidak memberikanku waktu untuk menjelaskan, aku--aku merasa sangat bersalah sekali. Aku di kendalikan oleh emosi, membuatku berkata sedemikian buruknya. Aku bersalah sekali, sungguh maafkan aku, hiks." isak Zia.
Yudha menatap Zia dengan intens, "Kamu tahu?"
"Kemarin wanita yang aku anggap selingkuhanmu membawaku untuk mengobrol dan menjelaskan semuanya, terlebih Mas Banu juga menjelaskan situasinya. Aku menjadi malu untuk sekadar bertemu denganmu. Tapi hatiku meyakinkan diriku untuk segera meminta maaf padamu."
"Maaf mungkin tidak akan pernah cukup, aku tahu akan hal itu. Aku sudah membuat luka di hatimu, torehanku sangat dalam." timpal Zia.
Yudha tetap diam untuk mendengar kelanjutan dari bilah bibir itu.
"Sekarang terserah apa anggapanmu, aku--aku memang gadis yang bodoh, karena sudah berani meragukan kamu, meragukan kasih sayangmu, meragukan besarnya cintamu. Terima kasih karena pernah mengisi relung hati kosongku, terima kasih karena pernah membuat cerita kehidupan denganku, aku berjanji tidak akan pernah melupakannya. Terima amkasih untuk semuanya Yudha. Kamu berhak tidak memafkan aku. Aku tahu itu. Aku ke sini hanya ingin menyampaikan maafku, permintaan maaf paling besar dan tentunya tulus dari hatiku. Mulai sekarang aku akan menjauh darimu, anggap saja aku tidak ada. Aku tidak akan melarang. Satu pesanku, jangan terlalu menyiksa dirimu, makan jika lapar, minum jika haus, jangan terlalu menghukum dirimu Yudha." ujar Zia panjang lebar, Zia masih terisak omong-omong, bahkan pipi gembilnya nampak basah karena air mata yang tidak kunjung habis.
"Maafkan aku."
Zia mengangkat wajahnya ketika mendengar Yudha meminta maaf, Feeling Zia berkata Yudha pasti meminta maaf karena belum bisa memaafkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...