Hari menjelang malam, kini Zia masih berada di rumah Yudha. Zia duduk di sebuah sofa single yang letaknya di pojok ruangan dekat dengan jendela dengan sebuah meja bundar kecil di sampingnya.
Zia melihati ponselnya, lalu menghela napasnya pelan.
To : Aditya
Aditya, nanti malam aku ingin ketemu :" bisa sempatkan waktumu sebentar saja?
Sudah hampir lebih dari satu jam Zia menunggu balasan dari Aditya, namun Aditya tidak juga membalas.
"Zia, kamu baik-baik saja?" tanya Yudha menghampiri Zia yang nampak kurang baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja, oh iya Mba Hana di mana? Aku ingin mengucapkan banyak sekali terima kasih untuknya karena telah mau membantuku."
"Tengah mandi, mungkin. Aku pikir Kamu juga mandi saja dahulu. Nanti aku akan membawakan baju gantinya untukmu. Mba Hana pasti mau meminjamkannya untukmu."
"Tidak perlu, aku ingin langsung pulang saja."
"Makan malam dahulu, lalu akan aku antarkan pulang ke rumahmu," titah Yudha.
"Huh, baiklah."
"Kamu bisa mandi di kamar mandi kamarku, letaknya tepat di pintu kedua setelah naik tangga. Selagi kamu mandi, akan aku letakkan baju gantimu di ranjang," ujar Yudha.
"Terima kasih banyak."
Yudha hanya mengangguk dan berlalu dari sana.
Dulu, Zia memang suka sekali mengumpati bahkan membentak Aditya, tapi kenapa sekarang berbeda? Bukan berbeda sih, hanya saja Zia menjadi tidak tega. Namun, semakin Zia merasa tidak tega kepada Aditya dan bersikap seolah peduli kepada Aditya, Aditya malah berbuat seenak sendiri. Bukan apa-apa sih, namanya juga feeling seorang perempuan, ada sedikit kejanggalan pasti akan berpikir negative. Begitu pun dengan Zia.
Zia memasuki kamar Yudha untuk menumpang mandi di kamar mandi Yudha. Zia sempat melihati kanan kirinya. Bahkan tangan Zia tidak mau diam untuk memegangi benda-benda di sana. Namun, ada satu benda yang membuat dahi Zia berkerut dalam. Yaitu, sebuah pajangan berbahan kayu dengan gambar tameng bertuliskan Wild Hogs.
"Wild Hogs?" gumam Zia sambil berpikir.
Namun beberapa menit kemudian Zia menolak segala pemikiran mengenai Wild Hogs dan pergi ke kamar mandi.
Zia keluar dari kamar Yudha dengan pakaian yang di berikan oleh Yudha. Yaitu, sebuah kaos oversize berwarna abu-abu polos dan celana jeans panjang yang pas di kaki jenjangnya. Zia habis keramas jadi rambut sebahunya di biarkan tergerai agar cepat kering. Sejujurnya Zia bisa menggunakan hairdryer milik Yudha namun dirinya belum takut.
"Akhirnya turun juga," ujar Hana.
"Zia terlalu lama ya? Maaf Mba."
"Tidak kok, dan sekarang ayo makan."
"Terima kasih banyak, Mba."
"Sama-sama, Zia," sahut Hana sambil tersenyum.
"Zia rambutmu masih basah, kenapa belum di keringkan?" tanya Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...