ASFY - BAG 22 : TAKEN

25 2 0
                                    

"Senang berbisnis dengan anda, Pak Dimas." ujar Client Dimas itu berdiri sambil menjabat tangan Dimas.

"Kalau begitu saya permisi."

Setelah kepergian Client Predirnya. Kini tertinggal Zia dan Dimas yang masih setia duduk di sana.

Zia menghabiskan sisa jusnya dan membereskan perlengkapannya.

"Maaf Pak Dimas, jika Bapak tidak ada kepentingan lain, saya harus kembali ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan saya segera."

"Terburu-buru sekali sih."

"Maaf Pak, itu karena saya ada keperluan setelah jam makan siang berakhir." ujar Zia.

"Hahh, baiklah."

---

Tok

Tok

Tok

Zia merasa bingung karena tidak ada sahutan sama sekali, Zia memutar pandangannya ke sekeliling rumah. Ini rumah apa kuburan sih sepi sekali, batin Zia.

Zia hendak mengetuk pintunya kembali, namun seketika pintu di buka dan membuat Zia tanpa sengaja menggetok kepala Yudha.

"Aw..." pekik Yudha sambil mengusapi keningnya.

"Oh astaga, maafkan aku. Aku tidak sengaja, sungguh." ujar Zia spontan.

"Lagian kenapa sih datang tiba-tiba? Katanya ada janji bareng Presdir?" ujar Yudha jengkel.

"Sudah selesai, Aku juga sudah menyelesaikan semua pekerjaanku, jadi aku ke sini saja, kurasa ini lebih baik dari pada melamun di rumah sendirian." jelas Zia.

"Seperti itu, kalau begitu masuklah."  ujar Yudha mempersilahkan Zia untuk masuk ke rumahnya.

Zia memasuki rumah Yudha dan di persilahkan duduk di ruang tamu. Yudha kembali dari dapur sambil membawa segelas minuman untuk Zia.

"Mba Hana lagi ke kantor. Di rumah hanya ada aku seorang." ujar Yudha.

"Benarkah, lalu itu seorang gadis di belakang lemari siapa?" tanya Zia sambil menunjuk ke arah lemari yang letaknya tidak jauh dari mereka.

"Hah? Gadis? Jangan mengada-ada. Jangan mencoba untuk menakutiku."

"Serius, Yudha. Hey kemarilah, siapa namamu?" tanya Zia.

"Zia No!" ujar Yudha.

"Gadis itu membelakangi, aku ingin melihat wajahnya." ujar Zia.

"Zia enough, aku bersungguh-sungguh jika aku sendirian di rumah." ujar Yudha.

Yudha merasa merinding sekarang. Bahkan kedua kakinya sudah naik ke kursi. Raut wajah cemas tergambar jelas di wajahnya.

Dengan tiba-tiba Zia tertawa kencang memenuhi ruangan tamu.

"Kamu lucu sekali sih, masa iya sudah tua masih percaya sama hal yang begituan." ujar Zia masih tertawa.

Yudha memandang Zia yang tertawa dengan wajah jengkelnya.

"Maafkan aku." ujar Zia masih terkekeh.

"Puas menertawaiku?"

"Sangat puas, aku menjadi terhibur."

"Gadis menyebalkan." gumam Yudha.

"Telingaku masih berfungsi dengan baik, Yudha. Aku masih bisa mendengarkanmu."

"Ikut aku." ajak Yudha sambil menarik lengan Zia. Zia yang merasa tertarik spontan mengikuti Yudha. Tidak lupa Yudha juga membawa gitar kesayangannya.

A SONG FOR YOU (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang