Ngung!
Zia merasakan ponselnya berdering, dengan segera Zia mengamit ponselnya dan langsung menarik ikon hijau tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
"Halo?"
"Zia."
"Iya ada apa?" tanya Zia ketika mengenal suaranya.
"Makan malam."
"Astaga, Zia melupakannya. Terima kasih sudah mengingatkan," ujar Zia menepuk pelan jidatnya.
Pip!
"Siapa?" tanya Yudha.
"Mas Banu, mengingatkan makan malam," sahut Zia.
Yudha mengangguk anggukan kepalanya saja kemudian memanggil pramusaji dan memesan makan malam untuk Zia.
Beberapa saat kemudian pramusaji telah menghidangkan makanan yang tadi di pesan oleh Yudha.
Zia dan Yudha memakan makanannya dengan tenang terkecuali suara berisik mobil dan tamu lain yang berkunjung.
"Bagaimana hubunganmu dengan Aditya?" tanya Yudha tiba-tiba.
Zia yang hendak menyuapkan suapan terakhir ke mulutnya mendadak terhenti setelah mendengar pertanyaan yang di ajukan Yudha.
"Kenapa kamu menanyakan hal itu?" tanya Zia.
"Memangnya tidak boleh?"
"Tentu saja, bagaimana mungkin kamu dengan entengnya menanyakan hal yang sangat privasi," sahut Zia sedikit kesal.
"Oh baiklah, maafkan aku," ujar Yudha.
Zia melihat Yudha yang merasa bersalah sambil menundukkan kepalanya. Zia menghela napasnya pelan.
"Aditya adalah seorang pria yang sudah mengenal diriku lebih dalam setelah Mas Banu. Kami sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Selama dua tahun itu, aku mengenal Aditya sosok yang memiliki sifat cenderung lembut dan pengertian. Aditya benar-benar memperlakukanku begitu manis," jelas Zia menjeda ceritanya. Zia melirik ke arah Yudha yang masih setia menatapnya menunggu kelanjutan dari ceritanya.
"Aku bingung harus bagaimana menceritakannya padamu. Pada intinya, Aditya adalah orang yang baik," timpal Zia lalu meminum sisa air putihnya hingga tandas.
"Termasuk kejadian kemarin?"
"Aku juga tidak mengerti bagaimana bisa dia menjadi lepas kontrol seperti itu, di hari-hari sebelumnya dia tidak pernah membentakku bahkan melakukan hal memalukan seperti kemarin, sekali pun tidak pernah. Tapi kemarin ...."
"Itu berarti dia sedang mencoba untuk menunjukkan sisi asli dari dirinya," potong Yudha.
"Maksudmu?"
Yudha mengubah posisi duduknya menarik kursinya sedikit mendekat ke meja dan menaruh kedua tangannya di atas meja.
"Sosok Aditya yang kamu kenal, itu hanya ilusi semata. Begini saja, Aditya yang menurut kamu sosok yang lembut itu sebenarnya hanya tipuan semata. Kamu boleh tidak percaya pada apa yang aku katakan, karena memang ini hanya tebakanku saja. Kamu boleh marah karena hal ini. Tapi satu yang perlu kamu ingat, Jangan menilai seseorang hanya dari sebelah mata," ujar Yudha.
"Contoh gampangnya seperti ini, banyak sekali di antara kita mengira bahwa orang yang memiliki banyak Tatto di tubuhnya itu orang yang pastinya memiliki kepribadian buruk, benar?"
Zia hanya mengangguk saja untuk menyetujuinya. Otaknya mulai mencerna setiap kata yang di ucapkan Yudha.
"bagaimana menurutmu jika aku menyangkal akan hal itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A SONG FOR YOU (REVISI)
Teen Fiction(END) Menyakiti dan Di sakiti. Menghina dan Di hina. Melukai dan Di lukai. Kata yang berawalan dengan Di bernilai plus di mata Tuhan. Mencintai itu tidak salah. Karena dengan tiba-tiba timbul ke permukaan dan mendesak hasrat untuk segera mengungkap...