Chapter 2

322 25 8
                                    

  "Some people make the world special just by being in it"

-unknown-

Park Seo Joon's Point Of View

"I never cared about the price a man could give me, I cared about his attention, time, loyalty, honesty, love, and effort" kata-kata gadis itu terngiang dikepala. Sudah satu jam yang lalu dia meninggalkan restoran, tapi beberapa kalimat miliknya masih tersimpan rapi diingataan.

"It's funny how a memory turns into bad dream" dia tampak menangis tapi berusaha terlihat bahagia, dilihatnya jam sudah menunjukan pukul 2 siang dan harus kembali kuliah sekitar satu jam lagi, setidaknya dari Brooklyn menuju Manhattan perlu waktu 30 menit. Dia pamit sambil menepuk pundak kiriku, sesekali air matanya masih berjatuhan tak tertahankan. Setelah mendengar ceritanya aku kasihan dan agak kesal dengan mantan pacarnya. Jerome Adams, pria psikopat yang selalu mengganggunya lewat telepon penuh ancaman dan meminta belas kasihan. Bukan hanya itu, dia menyuruh orang untuk menguntit Ji Won dan membuat gadis cantik itu terganggu. Bahkan, dia sulit untuk tidur karena selalu bermimpi buruk tentang mantan pacarnya itu. Betis kirinya juga nampak biru lebam karena Jerome, rasanya ketika mengetahui itu aku ingin selalu melindunginya.

Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, shift kerjaku sudah berakhir, aku memutuskan untuk menemui Ji Won ke kampusnya. Motorku melaju ke Manhattan dengan kecepatan sedang, aku ingin bertanya apa dia baik-baik saja?. Saat sampai, kucoba menelpon tapi tidak ada jawaban. Kucoba mencari dia disetiap sudut kampus, disini banyak dari mereka yang berpakaian begitu modis, ya tentu saja karena ini sekolah mode pekikku dalam hati.

"Kim Ji Won" aku memanggilnya dari jauh. Rupanya dia tidak mendengarku karena sedang berbicara dengan orang lain. Pria bule yang memegang buket bunga ditangan kirinya, tapi tangan kanannya menggenggam erat lengan Ji Won. Kulihat wajah Kim Ji Won agak takut, nampaknya dia sedang diancam. Aku putuskan untuk berlari menemuinya dan mengajaknya pergi.

"Sorry, who are you? She is my girlfriend and don't touch her!" Seraya menampik tangan Jerome yang menggenggam cukup kuat.
Seketika Kim Ji Won menepuk pundakku dan berkata "He is my new boyfriend, sorry I have to break up with you. Just forget anything about me" dia tampak berani kali ini walaupun masih agak gemetar.

Jerome terlihat begitu marah dan melemparkan buket bunga itu kearahku, dia mencoba memukulku tapi tanganku mampu menampik gerakannya yang lambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jerome terlihat begitu marah dan melemparkan buket bunga itu kearahku, dia mencoba memukulku tapi tanganku mampu menampik gerakannya yang lambat. Segera aku tarik tangan Ji Won pergi menjauh dari tempat itu. Jerome memang benar-benar mencari masalah denganku. Dia mencoba meninju pelipisku, namun berhasil kuhindari gerakannya yang masih lambat.

Karena begitu kesal aku putuskan untuk meladeninya, Ji Won menarik tanganku segera dan mengajakku berlari.

"Kenapa kau mengajakku kabur? Aku tidak ingin terlihat payah dihadapan pecundang itu. Ingin ku tendang wajahnya sampai dia pingsan" Aku bergumam kesal.
"Memangnya kau siapa? Aktor laga?"
"Aku? Aku salah satu atlit beladiri Korea terbaik!" Jawabku bangga. Ji Won tampak tak percaya, hingga dia melihat Jerome menyerangku dari belakang dengan balok kayu yang didapatnya entah darimana.

Wish We Never Met (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang