Chapter 8

141 21 10
                                    

-wajahmu adalah candu dan namamu adalah rindu, bolehkah aku bertamu didalam temu?-

Ji Chang Wook's Point Of View

Varick Street sejak siang tadi sudah ramai, aku yang baru saja menyelesaikan presentasi dengan beberapa atasan, hanya bisa melihat dari jendela lantai 9  kantor tempatku bekerja, sambil membereskan beberapa berkas yang harus dibawa.

Kurasa jalanan dibawah semakin padat, aku bergegas turun menuju basement dan menyetirkan mobilku menuju meeting area yang diadakan teamku sebentar lagi.

Wah, yang benar saja. Jika sepadat ini mungkin aku akan terlambat. Kuurungkan niatku menaiki mobil dan menggantinya dengan motor produksi Italia yang minggu lalu baru kubeli, Moto Guzzi.

Kring...

"Chang Wook, where are you?"
Suara Francois dengan aksen Prancisnya menyapaku dari sambungan telepon. Rupanya dia sudah berada disana bersama dengan beberapa staff kami.
"I'm on my way, you know that every morning it's the rush hour around here" aku menjawab lagi.
"I will wait, take care dude" Francois kemudian menutup sambungan telepon dan aku segera melaju menuju cafe dengan motor baruku. Semoga sampai tepat waktu harapku.

Sesampainya disana, aku bergegas memarkirkan motor di basement cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya disana, aku bergegas memarkirkan motor di basement cafe. Dengan setengah berlari aku melangkahkan kaki memasuki pintu. Sungguh cafe yang di desain cukup elegan. Perpaduan kaca dan kayu jati yang membuat nuansa cafe menjadi hangat dipadukan dengan lampu minimalis serta plating kap berbahan tembaga yang menambah elegan dan hangatnya suasana.

Seketika, langkahku terhenti. Aku melihat seorang wanita keluar dari cafe dengan wajah panik. Ya! wajah wanita itu akhir-akhir ini terngiang diingatanku. Dia wanita yang sudah menumpahkan amarah dan mengotori celanaku dengan wine yang telah dia muntahkan.

Bukan kesal padanya, aku malah berharap bisa bertemu lagi dengannya. Saat itu juga aku ingin memanggil namanya "Kim Ji Won" yang terpampang di nametag kostum seragam miliknya, kuharap dia berbalik wajah ke arahku atau melihatku sebentar. Tapi, kurasa dia tidak mengingatku karena sangat mabuk dimalam itu.

Dia menunggu dipinggir jalan sambil memanggil taksi, aku berharap bisa bertemu dengannya lagi dilain waktu.

Dia menunggu dipinggir jalan sambil memanggil taksi, aku berharap bisa bertemu dengannya lagi dilain waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wish We Never Met (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang