Chapter 3

210 19 4
                                    

-Sebab, kehadiranmu adalah anugerah Tuhan. Entah harus aku maknai atau aku cukup simpan di relung mimpi-

Kim Ji Won memegang bahu kanannya yang berdarah, wajahnya semakin pucat diiringi nafas yang terengah-engah. Dia menangis lalu sesekali berteriak
"Help me, anyone help me!!" suaranya terdengar serak. Dia meraih handphone yang sejak tadi tergeletak di dekat sofa dan mencoba menelpon Seo Joon.

Jerome datang dengan pecahan gelas kaca yang berlumuran darah, dia mendorong Ji Won dengan keras hingga dia terlempar ke lantai. Handphone yang digenggamnya ikut terlempar, dia mencoba meraih handphone itu namun gagal.

"How dare you!" Jerome berteriak kesal seraya mendekatkan wajahnya kepada Ji Won. Mulutnya berbau alkohol dan wajahnya terlihat sangat marah. Si bodoh ini menyekap Ji Won sejak pagi tadi di apartemen milik Ji Won. Rupanya, dia menerobos masuk apartemen dan menyekap Ji Won yang masih tertidur. Ketika Ji Won mencoba melawan Jerome membanting gelas beer dengan kesal dan menggores lengan Ji Won.

Sayangnya, tak seorangpun yang mendengar teriakan Ji Won hingga malam hari. Jerome begitu marah, saat Ji Won mencampakkannya dengan alasan Jerome seperti psikopat dan mengetahui Ji Won telah berpacaran dengan pria Korea baru-baru ini. Jerome berkata dia berani mati demi Ji Won namun gadis itu tidak pernah dan tidak ingin mendengarkannya.

"Ji Won..." Seo Joon berlari sambil berteriak mencari Ji Won yang terduduk pingsan dengan keadaan tangan dan kaki yang terikat. Lantas, Seo Joon mengepalkan tangannya dan menghajar wajah Jerome hingga berdarah. Jerome yang kesal mengumpat pada Seo Joon dan melemparkan botol beer yang sudah kosong.

Praaaanggg...

Botol itu pecah dipunggung Seo Joon yang mencoba membangunkan Ji Won. Karena kesal, Seo Joon menendang pelipis Jerome dengan keras hingga Jerome pingsan.

Darah mengalir dari punggung Seo Joon yang begitu cemas saat menghubungi panggilan darurat. Dilepaskannya ikatan tangan dan kaki Ji Won sambil sesekali menahan rasa sakit di punggungnya yang terluka.

"Ji Won, bangunlah" namun Ji Won yang hampir sekarat tak juga sadar karena hampir saja kehabisan darah.

Ambulance dan pihak kepolisian datang ke apartemen Ji Won dan membawa Ji Won segera ke rumah sakit.

                                ------------

Kim Ji Won's Point Of View

Aku terbangun dengan kepala dan lengan yang diperban. Rasanya aku hampir saja mati. Ah, aku teringat Jerome yang menyekapku saat itu. Dasar pria jahat, akan kubuat kau berada dipenjara selamanya. Seseorang nampak tertidur di kursi dengan melipat tangan, ah itu Joanna sahabatku.

"Joanna, bagaimana keadaan..." Kulihat Naomi dan Nicole datang dengan membawa bunga dan buah-buahan. Mereka berdua bertatap-tatapan ketika melihatku. Aku, Joanna, Naomi, dan Nicole adalah sahabat sejak lama.

"Oh, my dear!" Mereka berlari kearahku dan membuat Joanna terbangun. Ya, seperti yang kalian duga. Mereka bertiga terkejut dengan keadaanku sekarang, mungkin sebentar lagi mereka akan bertanya apakah aku mengingat mereka ataukah aku sudah lupa.

"Kau ingat aku siapa?" Nicole menunjuk wajahnya penasaran.
"Kau sudah sadar? Ayah, ibu dan kakakmu terus menguhubungiku karena khawatir" Ujar Naomi dengan aksen Jepangnya seraya melihatku.
"Kau sudah 3 hari membuatku cemas, gadis menyebalkan!" Joanna sedikit mengumpat untuk membuatku semakin sadar.
"Tentu saja aku ingat, kalian bertiga sahabatku. Apakah kalian sangat merindukanku? Oh iya, apakah keluargaku mencemaskanku?" Tanyaku dengan sedikit tertawa walaupun agak terasa sakit di sekujur tubuh.

Wish We Never Met (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang