Chapter 12

111 16 8
                                    

"The memories soon fade, why couldn't they be erased?"
-Tyga-

Kim Ji Won's Point Of View

Musim dingin menemui puncaknya saat ini, aku menggigil kedinginan sambil dipeluk suamiku. Dia masih tidur dengan dengkuran yang cukup pelan tapi lumayan mengganggu. Benar, pernikahan di musim dingin ternyata tidak mudah. Tapi, keluarga besar sudah menentukan pernikahan yang telah dilaksanakan di bulan November ini.

Aroma tubuh suamiku masih sama dari dulu, Musk mallow dan pear membuatku teringat Homme Intense milik brand Dior. Tentunya, seseorang juga memakai wangi parfum ini. Seo Joon. Aroma ini mengingatkanku pada Seo Joon.

Aku memejamkan mata sejenak walaupun masih tidak bisa tidur. Waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi. Kuputuskan untuk bermain sosial media dan melihat postingan beberapa teman.

Notifikasi bahwa seseorang telah menandaiku dalam beberapa foto membuatku mengunjungi halaman sosial media suamiku. Dia rupanya telah memposting beberapa poto kami kemarin di feed miliknya. Aku iseng dan scrolling poto-poto lamanya. Eye catching menurutku.

Aku berhenti pada satu poto yang tampak familiar.

Aku baru saja melihat poto ini, tapi poto ini seperti pernah kulihat sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku baru saja melihat poto ini, tapi poto ini seperti pernah kulihat sebelumnya. Aku memutar otak mengingat. Oh, poto Seo Joon. Aku mengetik nama Seo Joon di pencarian sosial media milikku. Dia sudah lama tidak memposting apapun bahkan tidak ada update apapun di highlight miliknya. Dia benar-benar hilang?.

Mataku masih mencari poto yang pernah kulihat di feed Seo Joon, ya aku menemukannya.

Poto ini adalah potonya di musim semi saat memutuskan untuk berkendara dengan teman-teman lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Poto ini adalah potonya di musim semi saat memutuskan untuk berkendara dengan teman-teman lamanya. Jaket kulit yang dia kenakan adalah jaket kulit pilihanku.

Masih kuingat saat itu, dia juga membelikanku satu jaket kulit yang sama tapi untuk perempuan. Saat aku tanya untuk apa, dia berkata bahwa suatu hari dia akan mengajakku touring bersama teman-temannya. Sekarang bahkan dia menghilang seperti ditelan bumi.

Wish We Never Met (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang