Chapter 29

125 12 7
                                    

Aku seumpama rindu di musim hujan  dan kau seumpama kesia-siaan di rapinya ingatan.
Kita merubah haluan dan berubah menjadi penyesalan tanpa tepi.
Kau menjadikanku abu, saat ku jadikan kau api

-s-

Kim Ji Won's Point Of View

Aku berharap tak pernah bertemu dengan mereka semua. Maksudku, pria-pria penyebab depresiku. Mungkinkah, aku akan menjalani hidup lebih mudah?.

Tapi mungkin inilah jalan dan kesulitan yang harus kuhadapi sekarang. Semua kebingungan ini harus kunikmati sekarang, meskipun tanganku tak menggenggam satu pria manapun.

Pria pertama, sahabatku sejak lama. Pria ini adalah orang yang kusayangi sejak awal. Tak pernah kubayangkan jika aku harus kehilangannya sebagai seorang sahabat dan kekasih. Jika saja dulu dia mengatakan menyukaiku lebih awal mungkin kejadiannya tak akan seperti ini. Tapi, kenanganku dan kenangannya menjadikan kami sepasang kekasih sekarang. Dia orang yang selalu ada untukku dan anak-anak. Perhatiannya tak terbantahkan, manakala aku dan anak-anak kesepian dan begitu butuh perhatian. Namun, sayangnya dia harus memperjuangkanku dengan cara yang kotor. Merebutku dari mantan suamiku. Dia memang pria pertama, tapi di dalam ceritaku dia orang ketiga. Sekarang, dia bukanlah orang ketiga karena kami sudah merencanakan pernikahan sekarang. Dia juga menyayangi anak-anakku.

Pria kedua, mantan suamiku. Aku sangat menyayanginya dan anak-anak. Menurutku berkumpul bersama Chang Wook dan anak-anak adalah sumber kebahagiaan bagiku. Sikapnya terkadang berubah-rubah, dia bisa romantis dan dingin padaku. Dia orang yang sangat menyayangiku dan selalu memperjuangkan cintanya padaku sejak dulu. Perasaanku padanya tak pernah berubah, hanya saja perasaan itu terbagi untuk orang lain. Sayangnya, pekerjaannya menjadikannya seseorang yang lupa akan keluarga. Kami jarang berbincang, dia jarang mengajakku bercanda. Waktu kami habis untuk urusan masing-masing. Aku sibuk dengan mengurus anak-anak dan pekerjaan. Dia sibuk dengan segala pekerjaan miliknya, tentunya dia juga sibuk dengan game online dan hobi-hobi miliknya yang lain, yang harus ku hargai . Rasa bersalahku padanya terus menghantui dan membuatku sangat sedih, apalagi jika melihat anak-anak. Tapi dia memutuskan berhenti bekerja di Amerika dan ingin memulai hidup baru denganku. Mungkinkah dia akan berubah?.

Aku hanya melihat dua pria ini dengan tatapan bimbang. Tak ada yang bisa kulakukan saat ini.

"Find your way back home" Chang Wook berkata usai menyadari kehadiran Seo Joon dibelakang tempat duduknya.

"Wishing you lots of love and happiness in your new home" Seo Joon mulai angkat bicara.

"No matter what 'home' means to you, because you're the home to me" Suara seseorang tengah memecahkan kecanggungan saat ini. Dia Lee Min Ho, ada apa dia kemari?.

Pria ketiga, mantan tunanganku saat masih SMA. Aku bertunangan dengannya usai berpacaran dengan Ki Yong. Kebetulan keluarga kami menjodohkan kami berdua. Cerita menjadi rumit saat pria ini meninggalkanku dengan wanita lain yang bernama Park Shin Hye, entah dimana wanita itu sekarang. Akhir-akhir ini sikapnya padaku menjadi aneh, tapi aku tak terlalu memperdulikannya. Dia berulang kali meminta maaf dan menyesali keputusannya yang bodoh saat masih SMA. Benar saja, saat masih sendiri hingga sekarang setelah aku bercerai dia masih saja mencoba mendekatiku meskipun aku tak mau. Haruskah aku memulai dengannya lagi? Agar aku bisa berlari dari dua pria penyebab depresiku ini?.

"Nice! Oppa you find your way home. And i'm coming for you" Aku berjalan keluar gedung sambil menepuk bahu Lee Min Ho dua kali. Dia tersenyum manis dan mengikuti langkahku pergi. Aku bahkan tak tahu lagi bagaimana ekspresi dua pria itu.

"Apa yang kau lakukan kemari?" Aku bertanya pada Lee Min Ho oppa dan masuk ke mobilku.

"Tidak, hanya ingin memastikan kau menerima buket bunga dan keranjang snack dariku" Sahutnya.

Wish We Never Met (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang