Chapter 17

75 13 3
                                    

Was it all a different scene in my head?
How long can a love remain?
-JCW-

Ji Chang Wook's Point of View

Siang ini aku berdiri di Lexington Avenue, sebuah jalan di East Side borough, Manhattan. Sejak tadi kendaraan lalu lalang menahan langkahku. Teringat pekerjaan dengan beberapa proyek pembangunan yang begitu banyak menyita waktuku.

Kadang aku berpikir, apakah sebaiknya aku berhenti saja? Tapi aku sudah bekerja sejauh ini.

Kring...
Aku mengangkat telepon dari client baru yang berjanji akan menemuiku di kantor. Aku bergegas kembali kekantor usai menyelesaikan pekerjaan di salah satu tower yang ada di Lex Avenue.

Client baruku bernama Chloe, dia memintaku untuk menemuinya sekarang bersama teamku. Kami merupakan lulusan dari satu universitas yang sama walaupun berbeda fakultas. Dia orang yang cepat berbaur dengan orang lain, karena sikapnya yang humble.

"Wookie, how are you?" Chloe menyapaku saat aku baru tiba di kantor.
"Surely great! What about you?" Aku bertanya.
"Pretty good" Dia menjawabku.

Francois tiba-tiba datang dan mengingatkanku dengan meeting sekaligus makan malam team. Aku bahkan tak ingin ikut kali ini. Tapi dia terus memaksa, ini untuk kebaikan team kami ungkapnya.

Aku mencoba menelpon isteriku dan mengatakan padanya bahwa aku tak akan pulang cepat, aku juga akan makan malam diluar bersama team. Dia terdengar sedikit kecewa kali ini.

-----

Malam semakin larut, aku dan team telah menyelesaikan rapat dengan beberapa agenda. Tak tampak isteriku mencariku lewat sambungan telepon. Hanya ada satu panggilan tak terjawab yang muncul di notifikasi ponselku, Chloe.

"Ne l'écoute pas, il raconte des histoires. Il est gros mytho" Franco masih menenggak minumannya walaupun sudah mabuk.

Aku tidak mengerti saat dia berbicara dengan bahasa ibunya. Hanya saja yang bisa kutangkap arti dari bahasa Prancis itu adalah kata 'bohong'.

"Franco, let's go home" Aku mengajaknya pulang.
Tak kusangka dia akan semabuk ini, jika tahu akan separah ini aku akan menyuruh staff mengantarnya pulang.

Aku menghubungi Gary agar dia menjemput Franco. Franco bahkan memuntahkan minumannya di meja. Semoga Gary cepat datang kemari.

Ewww...
Franco muntah lagi. Aku bergegas mengambil barang-barangku diatas meja. Aku tak ingin isteriku menunggu lama.

-----

Aku sudah tiba di basement apartmen. Tak ada yang terasa aneh, tapi aku merasa ada sesuatu yang hilang. Aku mengecek beberapa barang di dalam tasku. Laptop dan perangkat kerjaku ada. Lalu, apa yang kulewatkan?.

"Ponselku! Dimana aku menjatuhkannya?" Aku mempercepat langkah sambil menaiki lift.

Sesampainya di apartemen, isteriku bingung melihatku. Akupun bingung, mencari dimana ponselku.

Hingga ada telepon masuk di ponsel isteriku dan dia memintaku mengangkatnya.

"Thank you miss Alison. I'll be right there" Tanpa basa-basi aku menutup telepon dan kembali menuju bar.

Wish We Never Met (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang