Disclaimer: khusus 18+ 🧐 kalo masih dibawah umur dan belum menikah skip aja ya chapter ini. Spoilernya Jiwon nikah dah gitu aja 😂 chapter 11 kalian akan tau kok nikahnya sama siapa.
-------
You are the finest, loveliest, tenderest, and most beautiful person I have ever known and even that is an understatement."
-F. Scott Fitzgerald-Sepatu kaca bukan hanya milik Cinderella, bahkan aku bisa membelinya sendiri. Apel beracun tak membunuh Snow White, tapi bisa saja membunuhku. Jarum pemintal menidurkan Aurora dalam waktu yang lama, tapi itu tak berlaku bagiku. Namun Belle mencintai Beast dalam keadaan apapun dan semoga akupun akan begitu.
Aku bersiap untuk menuju ke ballroom pernikahan. Disana sudah ada calon suamiku menanti, kami sudah menjalin hubungan selama kurang lebih satu tahun setengah. Aku bertemu dengannya di Amerika. Dia adalah pria penyayang, berhati lembut, selalu mengerti denganku, dan yang paling penting, dia mencintaiku. Seketika aku mengingat perbincangan kami saat pertama kali resmi berkencan.
"Kau tahu apa kelebihanku?" Dia bertanya.
"Tampan?"
"Bukan itu alasannya walaupun itu adalah kenyataan yang tak bisa dielakkan" Jawabnya sambil merapikan rambutnya.
"Baik hati?" Tanyaku lagi.
"Bukan, aku memang baik. Banyak yang bilang begitu"
"Manly?"
"Aku memang macho, tapi itu bukan kelebihanku"
"Gigih?" Aku kembali bertanya.
"Bukan, aku memang pekerja keras tapi itu tidak termasuk"
"Humoris?"
"Bahkan aku bisa humoris dan keren dalam satu waktu. Bukan itu"
"Lalu apa? Aku tak mau lagi menebak. Selalu salah" Memalingkan wajah pura-pura merajuk.
"Kau mencintaiku, itu hal yang sangat spesial bagiku. Aku bangga dengan hal itu" Jawabnya sambil mencubit pipiku. Aku bahkan tak bisa berkata apa-apa, kucubit pipinya gemas. Kini kami saling mencubit pipi sekencang mungkin sampai aku merasakan sakit dengan cubitannya yang terlalu bertenaga."Ayo nak, apa kah putri ayah yang cantik sudah siap?" Ayah memecahkan lamunanku. Dia tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca. Saat itupun air mataku ingin tumpah.
"Kau jangan menangis, ayo gandeng ayah" Kali ini suaranya bergetar, menahan tangis.
Aku melangkah ke ballroom sambil menggandeng lengan ayah. Ayah mengantarku kepada mempelai pria yang sudah siap menyambutku dengan tatapan penuh cinta miliknya.
Ratusan pasang mata menyaksikan prosesi pernikahan yang akan dilangsungkan. Flash ratusan kamera menjadi penanda bahwa tamu undangan tengah mengabadikan momen ini. Riuh suara tamu undangan diiringi tepuk tangan menjadi tanda bahwa kami sudah resmi menikah.
"Chang Wook! Kiss her!" Suara salah seorang tamu undangan yang terdengar tak asing bagiku menambah riuh suasana. Ah, Joanna kau heboh sekali pekikku dalam hati.
Benar saja, seperti adegan di film Hollywood. Ji Chang Wook mencium bibirku dengan perlahan. Aku membalasnya dengan lembut dan perlahan.
Disinilah ceritaku dimulai.
Bukan, ini bukan lagi tentangku.
Tapi tentang kami, aku dan suamiku.------
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish We Never Met (END)
RomanceKisah ini bukan lagi tentang kita... Kisah ini tentang aku, kau, dan melibatkan dia. Seperti waktu yang lalu, aku masih menyesap rindu. Perlahan, namun membuat hatiku terus berdarah-darah. Sedangkan dia sudah tahu tentang kita yang tengah hilang a...