Malam harinya Leona masih tidur dikamar, mungkin karena kecapean dari pagi hingga sore berdiri menyalami tamu ibunya.
"Leona bangun dong sayang, makan malam dulu." Teriak Zelil dari lantai bawah.
Mereka bertiga sudah berkumpul dimeja makan untuk makan malam, tapi Leona yang masih enak-enakan tidur. Asal kalian tau Leona ini kalau sudah menyatu dengan bantal susah untuk dipisahkan.
"Gino, bunda boleh minta tolong nggak?" Tanya Zelil pada Gino yang asik bermain game.
"Apaansi, lagi mau menang nih." Jawab Gino ketus, dia juga tidak memperdulikan Bara yang sudah menatap nya bringas.
"GINO!" Bentak Bara.
"Apa pah?" Tanya Gino jengah, menaruh ponsel nya di dalam saku dia menatap Papah nya tenang.
"Kamu itu disuruh orang tua selalu ngelawan." Ujar Bara.
"Dia itu bukan ibu aku pah!" Jawaban Gino membuat Bara marah.
"Jaga omongan kamu Gino! Sekarang Bunda Zelil itu bunda kamu paham?!" Bentak Bara, dadanya naik turun menandakan emosi yang sudah di ujung kepala.
Zelil yang melihat suaminya seperti itu memegang tangan kekarnya dan mengelusnya. "Udah Mas, nggak papa."
" Sampai kapanpun bunda aku cuma bunda Alma Pah!" Setelah mengatakan itu Gino berjalan ke arah tangga untuk memasuki kamarnya yang ada di sebelah kamar Leona.
Langkahnya terhenti kala mendengar suara yang sangat keras dari arah kamar Leona, dengan pelan Gino membuka pintu kamar agar Leona tidak terbangun.
Matanya memicing melihat Leona yang tidur hanya menggunakan Tank top dan hotpants warna hitam. Gino mendekati Leona yang terlihat masih nyenyak dalam tidurnya.
Dia masih tidak habis pikir dengan gendang telinga Leona, suara sekeras itu tidak ada pengaruh nya sama sekali pada telinga Leona. Emang Leona ini kalau sudah nempel sama bantal itu susah di bangunkan.
"Woy bangun!" Ucap Gino menepuk pipi Leona, tepukan nya kini berubah menjadi elusan. Pipi nya yang sangat halus dengan bibir pink yang sedikit terbuka membuat Gino tegang di bawah sana.
"Anjir, gue pake tegang segala lagi." Desis Gino mengelus celana bagian bawah nya yang terlihat menonjol.
"Nih anak ngebo banget, weh bangun Na!" Ujar Gino mengguncang lengan Leona cukup kuat membuat Leona terusik dalam tidur nya.
Saat itu juga mulut Gino menganga tak percaya. Bukan nya terbangun, ini semakin menjadi-jadi. Yang Leona peluk sekarang itu bukan bantal guling lagi melainkan badan kekar Gino.
Leona mendusel kan kepalanya semakin dalam pada dada bidang Gino, kakinya juga sudah tepat diatas paha Gino.
Gino semakin kelabakan ketika merasakan benda yang menonjol di area perutnya. Astaghfirullah, maafkan Gino yaAllah. Dengan ragu Gino menyentuh dua gundukan yang tidak terlalu besar itu dan sedikit meremasnya.
Leona yang merasa sesuatu yang janggal langsung membuka matanya dan, saat itu juga mulut nya sudah ingin berteriak tapi dengan secepat kilat Gino membekap mulut Leona dan berbisik pelan di telinga Leona membuat Leona mengurung kan niat nya untuk berteriak.
"Diem lo, kalo lo teriak kita bisa dihukum sama papah. " Bisik Gino tepat di samping telinga Leona.
"Lagian lo ngapain peluk-peluk gue hah? Mau macem-macem kan lo!" Ucap Leona pelan memandang Gino yang masih mendekap nya. Eh aslinya si Leona yang ngedekap seenak nya tapi dia belum sadar.
"Heh siapa juga yang meluk lo? Kepedean banget." Sangkal Gino melirik ke Leona yang masih linglung.
"Astaga Naga Dragon!" Teriak Leona langsung melepas pelukan nya pada dada bidang Gino, dengan sekuat tenaga Leona menendang itu nya Gino membuat mata Gino melebar.
"Aakkhh" teriak Gino merasakan nyeri di bagian bawahnya.
"Kurang ajar lo!" Desis Gino bangun dari tidurnya.
Gino melangkah keluar dari kamar Leona. Tapi sebelum itu Leona sudah menahan pergelangan tangan nya.
"Gendong dong!" Pinta Leona memasang puppy eyes nya.
"Apa gendong? Manja banget lo!" Ledek Gino membuat wajah Leona suram seketika.
"Dasar pelit!" Setelah mengatakan itu Leona keluar kamar dengan badan yang sudah dilapisi Hoodie.
Gino yang melihatnya juga ikut turun untuk makan malam.
Leona turun dengan wajah cemberut nya. Membuat Zelil keheranan melihat putri nya bangun tidur kok langsung cemberut.
"Kamu kenapa Na?" Tanya Bara yang melihat wajah cemberut Leona.
"Ini semua karena G- "
"Karena Ona jatuh kesandung karpet Pah."
Ucapan Leona terpotong karena Gino sudah mengatakan itu kepada mereka membuat mereka berdua percaya.
"Awas aja lo!" Batin Leona.
"Emm iya Pah, Bun. " Sambung Leona memasang senyum palsunya. Matanya melirik ke arah Gino penuh permusuhan.
"Yasudah, ayo kita makan. " Ujar Bara dibalas anggukan oleh semuanya.
"Ona nanti kamu bawa barang seperlunya aja yah." Nasehat Zelil diangguki Leona.
"Iya Bun."
•|| To be Continued ||•
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Sister!
Teen Fiction"Turutin apa mau gue atau gue perawanin lo sekarang juga!" -Gino "Ayo siapa takut!" -Leona *** -Kita dipisahkan oleh kenyataan dan keberadaan, namun disatukan karena sebuah kebenaran dan harapan. -We are separated because of reality and existence, b...