"Turutin apa mau gue atau gue perawanin lo sekarang juga!" -Gino
"Ayo siapa takut!" -Leona
***
-Kita dipisahkan oleh kenyataan dan keberadaan, namun disatukan karena sebuah kebenaran dan harapan.
-We are separated because of reality and existence, b...
"REVANN!!!!" Teriak seorang wanita paruh baya yang baru saja menginjakkan kakinya kedalam rumah.
Matanya menelisik keadaan rumah, sangat berantakan. Buku dimana-mana, koran berceceran jangan lupakan barang-barang yang semula pada tempatnya sekarang sudah berjalan-jalan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"REVAN, KEMANA KAU!!!" Teriak nya lagi, tangan nya berkacak pinggang, wajahnya sudah memerah padam. Ingatkan wanita itu agar menghukum anak semata wayang nya.
"Aduhh Mak, Revan kan baru aja mau tidur." Sahut Revan, matanya masih terpejam menandakan dia sedang mengantuk.
"Buka mata kau, jangan berpura-pura jadi orang bego!!" Marah Mak Lilis masih berkacak pinggang.
Sontak mata yang semula terpejam sudah terbuka lebar saat pandangan nya jatuh pada lantai yang sudah dipenuhi buku dan koran.
"Mampus!" Batin Revan.
"Sudah liat? Ini semua kenapa berantakan hemm?" Tanya Mak Lilis melembutkan setiap kata-katanya. Tapi jangan tertipu oleh wajah lembutnya, lihat lah betapa bahaya nya Mak Lilis kalo sedang marah.
"E-em itu tadi angin kali Mak!" Celetuk Revan membuat Mak Lilis menarik bibirnya kesamping.
"Oalah benarkah? LALU INI APA?! KULIT PISANG BANYAK SEPERTI ITU. MEMANG ANGIN BISA BAWA KULIT PISANG HAH?!!" Teriak Mak Lilis tepat didepan wajah Revan hingga air surga nya meenempel pada wajah Revan.
"Itu mungkin tetangga Mak, mamak kan tau kalo Revan ndak suka makan pisang." Sangkal Revan kekeuh.
"Kalo begitu cepat kau keluar dengan Emak, kita tanya tetangga satu-satu." Ucapan Mak Lilis semakin membuat Revan kelabakan, apalagi tangan nya ditarik kuat oleh Mak Lilis.
"UuAaUa"
Suara itu mengehentikan kegiatan Mak Lilis yang sedang menarik tangan anaknya. Matanya memicing melihat peliharaan anaknya yang sedang asik mengedot diatas sofa pojok.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"REVAN!! LIHAT MONYET KAU ITU? KURANG AJAR KAU MONYET!!" Teriak Mak Lilis menghampiri Cimong yang sedang asik mengedot.
Revan yang meilhat Mak Lilis berjalan kearah cimong langsung mengambil tubuh mungil cimong yang masih asik dengan dot nya.
"SINI MONYETNYA!" Bentak Mak Lilis yang ingin mengambil alih cimong dari gendongan Revan, tetapi Revan lebih dulu mendekapnya erat.
"Jangan!" Ucap Revan semakin mengeratkan pelukan nya.
Mak Lilis membuang nafas kasar melihat tingkah anaknya yang tergila-gila dengan sosok berbulu itu.
"Kalo sampai besok emak liat rumah kayak ketimpa kapal pecah, jangan nangis kalo emak jual monyet kesayangan kau itu!" Ancam Mak Lilis dengan mata melotot.
"Tapi Mak- "
"Tidak ada tapi-tapian! Bereskan semua ini dan susun kembali ketempat semula paham?!" Gertak Mak Lilis, Revan hanya mengangguk lemah.
Disaat Mak Lilis akan pergi kekamar, pikiran nya melayang pada status anaknya yang selama ini jomblo ataupun single.
"Revan, selama ini kau tidak pernah membawa gadis kerumah. Apa kau tidak punya gadis?" Tanya nya pada sang anak yang terlihat sangat gugup.
"Belum Mak."
"Sudah ku duga, apa kau sudah tidak normal?" Sontak mata Revan melebar mendengar ucapan ngelantur sang emak.
"Enak aja, Revan masih normal." Sangkal Revan hanya diangguki Mak Lilis.
"Kalo sampai kelas dua belas belum punya pacar, emak akan jodohkan kau dengan anak sahabat emak." Ujar Mak Lilis mengulum senyuman manisnya.
Jangan lupakan wajah Revan yang sudah masam, dijodohkan? Memang nya ini jaman Siti Nurbaya apa? Tidak, Revan tidak mau.
"Okeh! Kau harus bawa pacarmu kehadapan emak, kalo kau pacaran diam-diam dibelakang emak. Kau kutendang dari sini!" Ancaman yang menggiurkan bukan?
"Emak.... Jangan gitu dong. Nanti cimong sama siapa?"
"Jual saja."
"ENGGAK!!" Teriak Revan.
Mak Lilis tidak memperdulikan Revan yang sudah menangis tersedu-sedu. Bahkan cimong yang berada di dekapan nya terasa sesak. Mak Lilis berjalan menuju kamarnya berada, tetapi lagi-lagi ada saja yang membuat nya berhenti saat matanya menangkap benda kardus merah di atas kursi samping tiolet.
"ASTAGA REVAN!! SUSU APALAGI YANG KAU BELI HAH!!?"
"MAMPUS LO VAN!!! GOBLOK SIA!" Batin Revan berteriak.