I Love you, Sister! #09

2.2K 95 1
                                    

Sehabis dari taman tadi Leona dan Gino langsung pulang dengan keadaan Wajah Leona yang masih masam dan selalu diam. Zelil yang melihatnya juga merasa aneh, biasanya kalau pulang Olahraga Leona selalu ceria dan selalu menyapa kalau didepan nya.

"Ona,kamu kenapa?" Tanya Zelil tapi Leona hanya diam.

Tidak berniat menjawab pertanyaan Bunda nya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Leona berjalan menuju kamarnya. Meninggalkan Zelil yang masih berdiri memandangi putri nya.

"Gino. . . Ona kenapa?" Tanya Zelil mengalihkan pandangan nya oada Gino.

Gino hanya mengendikkan bahu nya acuh, dia juga berjalan menuju kamarnya.

"Apa ini semua karena mantan nya?" Ucap Zelil pelan mengingat kejadian 2tahun lalu.

Flasback On.

Sore ini Leona pulang agak telat dari biasanya, wajah dan matannya terlihat sangat sedih. Sehabis pulang sekolah tadi Leona langsung masuk kamar, apalagi yang membuat Zelil heran itu pintu kamar Leona dikunci dan suara benda jatuh terdengar sangat nyaring di telinga Zelil.

Tok tok tok tok. . .

"Sayang kamu kenapa si?" Tanya Zelil mengetuk pintu kamar Leona yang tertutup rapat.

"ONA PENGEN SENDIRI!" Teriak Leona dari dalam kamar dan itu semakin membuat Zelil panik bukan main saat mendengar suara benda pecah.

Prang!

Prang!

Pyaar!

Zelil sendiri sudah panik di tempat nya, tidak ada cara lagi selain kunci cadangan kamar Leona  yang berada di laci lemari ruang keluarga. Tanpa babibubebo Zelil berlari dimana lemari itu berada.

"Alhamdulillah" Batin Zelil ketika sudah mendapatkan kunci cadangan kamar Leona, tak ingin membuang waktu Zelil kembali naik keatas.

Cklek!

Pintu kamar terbuka lebar saat Zelil sudah berhasil membuka nya. Disana Leona sedang meringkuk dibawah lantai dengan kondisi kamar yang sudah berantakan seperti kapal Pecah, dan yang membuat Zelil terenyuh adalah Leona yang sedang menangis memeluk foto suaminya.

"Hiks hiks . . . . Mereka jahat ayah, mereka jahat." Lirih Leona sesenggukan. Bahkan dia tidak memperdulikan rambut dan bajunya yang sudah awut-awutan.

"Ona. . . . Kamu kenapa sayang?" Tanya Zelil yang sudah berada didepan Leona. Melihat kondisi Leona yang seperti itu membuat Zelil sedih. Baru kali ini dia melihat Leona yang murung.

"Mereka jahat." Ucap Leona pelan dan semakin  mendekap foto ayahnya.

"Siapa yang jahat?" Tanya Zelil menyingkirkan rambut Leona yang menutupi sebagian wajah Leona.

"Mereka jahat, mereka pengkhianat!" Bentak Leona.

"Mereka siapa?" Tanya Zelil lagi.

"Calista jahat . . ." Jawaban Leona membuat Zelil kaget, mendengar nama Calista sahabat anaknya yang selalu dia hindari selama ini.

"Ada apa dengan Calista?" Tanya Zelil penasaran.

"Dia pengkhianat!" Bentak Leona.

"Dia tega nusuk aku dari belakang, dia tega ngerebut Arlan dari aku, dan Dia tega khianat-in persahabatan kita."  Lirih Leona memandang Zelil sendu.

"Udah ya sayang, jangan kamu pikirin. Biarkan mereka mendapat balasan yang setimpal atas perbuatan licik mereka." Nasehat Zelil mengangkat tubuh Leona dan membaringkan nya di ranjang.

"Leona kangen ayah Bun. . . . Didunia ini nggak ada laki-laki yang sayang Ona selain ayah." Ucap Leona pelan.

" Bunda tau apa yang kamu rasain Na, pasti kamu tepukul dengan kenyataan pahit ini. Tapi kamu harus bangkit dari kesedihan dan menata masa depan yang lebih baik." Nasehat Zelil diangguki Leona.

"Apa kamu masih berteman dengan Calista?" Tanya Zelil.

"Nggak tau. Ona kecewa Bun, kenapa Calista tega ngerebut pacar Ona." Ucap Leona.

"Kamu yang sabar aja." Ujar Zelil mengelus tangan Leona pelan.

Leona yang sangat lelah langsung tertidur sambil memeluk foto Andre.

"Maafin Bunda Ona, bunda belum bisa ngasih tau yang sebenarnya. Bunda takut kalo kamu sudah tau semuanya, kamu akan benci sama bunda. Bunda sayang Ona." Batin Zelil mencium kening Leona lama.

Flashback off.

Tersadar dari lamunan nya, Zelil berjalan memasuki kamar. Ketika sudah didalam kamar dia mengambil foto Andre didalam tasnya. Dia memandang Andre sendu.

"Maafin aku mas, aku belum bisa jujur sama Leona dan Calista. Aku takut mereka benci kalau sudah tau kebenaran nya, aku takut."  Tanpa sadar air mata Zelil meluruh.

Menangis dalam diam adalah cara agar Zelil menutupi semua kesedihan yang dia rasakan selama bertahun-tahun.

"Maksudmu apa?" Tanya Bara tiba-tiba membuat Zelil terdiam.

•|| To be Continued||•

I Love You, Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang