I Love You, Sister! #23

1.3K 50 19
                                    

Pelan tapi pasti, Aqila menubruk tubuh papah nya dari samping. Menangis diatas dada papah nya. Eza yang melihatnya juga menitihkan air mata, sahabatnya berusaha melawan rasa sakit selama berbulan-bulan.

ini juga salah satu alasan Eza menemani Aqila, Ferdi Arsana Evzen atau biasa di kenal dengan nama Ferdi adalah sahabat nya. Bisa dibilang mereka bersahabat sejak kuliah, tapi suatu ketika persahabatan mereka hancur hanya karena keluarganya. Keluarga Ferdi yang semula harmonis kini sudah terpecah belah juga karena keluarga nya.

Dia tidak menyangka dampak dari masa lalu akan berlanjut sampai sekarang. Anak-anak lah yang menjadi korban disini, berpisah dengan keluarganya sendiri, banyak sekali kebohongan yang selama ini dia simpan rapat-rapat dari anak nya.

Aqila juga sudah dia anggap anak nya sendiri, ingin rasanya Eza memeluk putri semata wayang nya yang mungkin masih baik-baik saja ditempat lain. Tapi dia juga ada tanggung jawab atas semua yang terjadi pada Ferdi dan Aqila.

"Cepat bangun, aku akan mempertemukan mu dengan keluargamu Fer." Batin Eza.

Aqila masih menangis memeluk tubuh Ferdi yang semakin hari semakin kurus.

"Papah... Bangun..." Lirih nya semakin menyayat hati Eza.

"Calista janji sama papah supaya jadi anak yang nurut. Bangun...." Ucap Aqila masih sesenggukan.

"Bangun pah.... Cukup ibu yang ninggalin Calista, papah jangan yahh...." Ucap nya tersenyum kecut.

"PAPAH BANGUN!!" Teriak Aqila meluruh kebawah lantai, menangis di bawah sana.

"Kamu yang sabar Ta, papah mu pasti bangun." Ujar Eza berusaha menenangkan Aqila yang masih sesenggukan.

"Kenapa Om, kenapa. Kenapa hidup Tata kayak gini, tata nggak mau kehilangan Papah. Cukup ibu aja yang tinggalin tata." Ucap Aqila membuat hati Eza terenyuh.

"Maafin Om, ini semua salah Om tata. Karena keluarga Om kamu harus berpisah dengan ibu mu."

•••


Setelah kepergian Aqila, UKS jadi lebih ramai karena ulah Revan dan juga Cimong.

"Mong, lo jadi monyet jangan centil dong! Minggir gue juga mau deketan sama Leona." Ucap Revan mengangkat tubuh mungil cimong yang masih asik berbaring disamping Leona.

"Ua Ua."

Cimong sendiri sudah menggerutu ditempat nya, dia masih ingin disini tapi tuan nya selalu mengganggu nya. Dia juga ingin berduaan dengan Leona yang sudah dia anggap teman nya.

Tanpa melihat situasi cimong langsung saja menjambak rambut Revan yang kebetulan terpampang didepan nya. Revan yang diperlakukan seperti itu hanya memekik kesakitan.

"CIMONG SAKIT GOBLOK!!"

"Uu Aa."

"Dasar monyet durhaka lo, berani ya Jambak rambut Daddy mu sendiri!"

Plak!

"CIMONG!! MULAI BESOK GUE CORET NAMA LO DARI KARTU KELUARGA!!"

"BWAHAHAHA MAMPOS!!" Teriak Lingga dan Gino bersamaan disertai tawa menggelegar memenuhi ruangan UKS.

"Anjeng sia!" Umpat Revan merapikan rambut maskulin nya yang sudah berubah menjadi masKulon.

"Ehem" Deheman Gino membuat mereka melirik satu sama lain, kecuali Leona yang asik mengelus badan berbulu Cimong.

"Eh gue pergi dulu, ada yang harus gue urus. Duluan yah Na!" Ujar Safira keluar dari UKS, disusul Lingga dibelakang nya.

"Gue juga ada urusan mendadak." Ujar Lingga menyusul Safira.

Kini keadaan mulai hening, hanya Revan yang menatap Gino takut. Pasal nya sedari tadi Gino menatap nya dengan tatapan... Entahlah dia juga tidak tahu.

"Ehm, nggak keluar lo?" Tanya Gino menyindir.

"Ngusir lo?" Bukan nya menjawab, Revan balik tanya ke Gino.

Gino semakin menatap Revan tajam, ayolahh tolong buka kan Otak Revan agar mengerti arah pembicaraan nya.

Revan hanya menyengir serit, kakinya mendekat ke arah Cimong yang berada diatas kasur. "Leona, Abang Revan yang ganteng ini mau pergi dulu."

"Lohe kenapa?" Tanya Leona bingung.

"Nggak tau kenapa kepala gue pusing banget jadi kebelet berak." Ucap Revan ngarang.

"Emang ada kepala pusing kebelet berak?" Tanya Leona terkekeh.

"Maksudnya tuh kepala gue mules jadi kebelet berak!"

"Udah SMA tapi masih aja goblok!" Gumam Gino menggelengkan kepalanya.

Daripada disini ditanya-tanya seperti diwawancarai, Revan langsung berlari terbirit-birit keluar dari UKS. Ditangan nya juga sudah ada cimong yang masih memegang boneka. Meninggalkan mereka berdua didalam sana.

Keduanya masih merasa canggung, tak tau mau memulai pembicaraan apa dulu agar keadaan kembali normal.

"Ehem. Gue beliin Roti sama susu dikantin, makan." Tangan Gino mengambil roti dan susu yang berada di nakas samping ranjang UKS, menyodorkan nya pada Leona yang masih memperhatikan wajah nya.

"Makasih." Dengan ragu Leona menerima itu semua, memancarkan senyum manisnya pada Gino.

Tidak ingin membuang waktu Leona membuka bungkus roti lalu memakan nya, tau saja kalau dia suka rasa strawberry.

Bibir Gino tertarik keatas melihat Leona yang sedang memakan roti, bahkan Leona tidak sadar kalau selai yang ada pada roti kini belepotan disudut bibir nya yang agak pucat itu.

Cup.

Tanpa aba-aba Gino mencium Leona tepat dibibir, dengan sengaja dia menjilat sudut bibir Leona yang ada selai strawberry. Bahkan dia tidak memperdulikan Leona yang masih mencerna kejadian singkat tadi.

"FIRST KISS GUE!!"

TBC.

Yukk biasakan Vote sesudah membaca, dan spam komen Next biar Author semangat Update!!

Kali-kali bikin gue seneng gitu <3

SeeYu!

I Love You, Sister!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang