33. sadar diri

117 23 0
                                    

Dalam gelapnya malam, dan bisingnya suara motor, seorang wanita berpakaian minim, bertubuh seksi, berjalan ke tengah jalan. Ia melangkahkan kakinya di depan motor yang akan siap memulai balapan.

"Siap..." ucap wanita seksi tersebut.

Seketika pula, motor yang sudah siap untuk balapan tersebut, mulai meraung dan siap untuk menancapkan gas motornya.

Satu....

Dua....

Tiga....

Sapu tangan itu di lempar ke atas, saat sapu tangan itu jatuh ke jalan, membuat Brian dan Satria langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Aksi saling kejar mengejar pun terjadi. Brian yang terlihat seperti pria yang baik-baik dan terdidik itu, ternyata bisa se bringas itu ketika di jalanan.

Dengan taktiknya ia mencoba mengecoh Satria, yang sedang berada didepan Brian.

Tak menyia-nyiakan waktunya, Brian akhirnya menyalip.

Suara sorakan mengusik telinga Brian. Hingga, tak butuh waktu lama, Brian melintas ke garis finis.yang menunjukkan bahwa Brian pemenangnya.

"Anj"*ng" umpat Satria

Brian hanya tersenyum tipis, atas kemenangannya.

"Serahin kunci motor lo," ucap Brian singkat.

"Lo curang!" Satria turun dari motornya, menghampiri Brian dan mendorongnya.

"Lo pengecut," Brian tersenyum santai.

"Maksud lo apa hah!"

"Jangan jadi pengecut! Kalo kalah ya kalah." ucap Brian dengan nada tinggi.

"Nih kunci motor gue," ucap Satria seraya memberikan kunci motornya pasrah.

"Lo lupa?" ucap Brian.

"Apa mau lo?" tanya Satria.

"Gue butuh duit 20 juta, transfer malam ini juga," ucap Brian ringan.

"No rekening gue," ucap Brian seraya menyerahkan kertas yang sudah ia tulis dengan no rekeningnya.

"Oke," Satria mengambil kertas tersebut, kemudian langsung mentransferkan uang tersebut lewat handphonenya.

"Clear," ucap Brian kemudian pergi meninggalkan area balapan.

Brian senang. Satria selalu bertanggung jawab dan selalu memegang ucapannya itu.

*****

Sementara itu, disisi lain, sebuah pertengkaran hebat tengah terjadi.

Silvia, gadis cantik itu kini tengah menangis sendu di pelukan Rafa akan keputusannya sendiri.

"Maafin gue sil," ujar Rafa singkat seraya menghapus air mata Silvia.

Silvia melepaskan pelukannya. Kejadian kemarin membuatnya sadar akan kehadirannya yang tak pernah membuat Rafa jatuh cinta sedikitpun kepadanya.

Flashback on

Saat di tengah perjalanan, Silvia tidak sengaja berpapasan dengan Rafa. Dengan penuh penasaran, akhirnya Silvia mengikuti Rafa.

Silvia merasa ada yang janggal. Ketika Rafa berhenti tepat didepan rumah sakit. Terlihat raut wajah Rafa yang sebelumnya belum pernah ia lihat se khawatir itu.

Langkahnya terus mengikuti Rafa. Sampai dimana ia melihat Rafa yang tengah diam-diam  melihat Keynara, wanita yang sebelumnya pernah ia lihat.

Dirinya mulai sadar, bahwa memang ia terlalu memaksa Rafa untuk mencintainya. Padahal, sudah jelas-jelas Rafa tidak pernah memiliki perasaan apapun padanya.

Flashback of

"Mari akhiri semuanya," ucap Silvia dengan Isak tangisnya.

"Maaf,"

"Gue yang salah. Gue yang selalu nyakitin lo terus-menerus." Rafa menggenggam tangan Silvia.

"Cukup!" bentak Silvia.

"Sil..."

"Gue mohon,"

"Kamu gak perlu minta maaf!"

"Karena selama ini, aku yang salah. Karena dari awal, aku yang terlalu berharap. Karena dari awal kamu gada niat buat menetap. Aku yang maksa, sementara aku tahu kalau kamu emang gak ada perasaan sedikitpun sama aku." Silvia melepaskan genggaman tangan Rafa.

"Apa yang harus gue lakuin buat lo?" tanya Rafa dengan terus menatap Silvia.

"Aku mau kamu bahagia, walaupun kebahagiaan kamu bukan sama aku," jawab Silvia dengan seulas senyum tipis.

"Maksud lo apa? Gue udah berusaha buat lo, dan sekarang, lo mau akhiri semuanya dengan mudah hah?" ucap Rafa dengan emosi.

"Keynara. Dia cewek yang kamu suka kan? Kejar dia, demi aku,"  jawab Silvia terang-terangan.

"Kenapa lo lakuin semua ini?"

"Karena aku sayang kamu. Karena kalo kamu sama aku, aku cuma nambahin beban hidup kamu. Maaf, Kamu harus berpura-pura bahagia meskipun aku tau kamu gak bahagia sama aku. Maafin aku yang terlalu egois. Maksa Kamu bertahan, padahal udah jelas, kamu cuma kasian. aku sadar, aku cuma cewek penyakitan." ucap Silvia dengan tangis  tersedu-sedu.

"Gak gitu sil, dengerin gue dulu," ucap Rafa menahan kepergian Silvia.

Silvia terus berjalan cepat beranjak pergi meninggalkan rafa. Berusaha untuk tidak peduli dan tidak ingin melihat kearah Rafa. Karena dengan melihatnya, ia takut. Takut akan keputusan yang Dimana ia harus mengakhiri hubungannya.

Keynara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang