Pagi hari seperti biasa, Keynara sudah sampai di sekolahnya. Walaupun sebenarnya ia ingin terus menemani ayahnya di rumah sakit.
Namun, berbeda dengan kali ini. Keynara tidak di antar oleh Brian. Melainkan pergi sendiri menuju sekolahnya.
Kelas masih terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang terlihat didalam kelas. Keynara sendiri, Belum melihat keberadaan Brian di kelasnya.
Pukul 7 pagi. Bel sekolah pun berbunyi, menandakan bahwa pelajaran pertama akan segera di mulai.
"Brian kemana ya?" Mata Keynara terus tertuju pada meja Brian. Brian sama sekali belum terlihat. "Apa dia sakit?" Keynara merasa khawatir kali ini.
Singkat cerita, pelajaran pertama pun di mulai. Hari ini, mata pelajaran guru bahasa Inggris. Durasi mengajarnya guru bahasa Inggris tersebut tidak terlalu lama. Sampai tidak terasa, mata pelajaran pertama pun akhirnya selesai.
Mata pelajaran pertama telah selesai, namun Brian masih belum datang? Ah. Kali ini, ia yakin akan dugaannya kalau Brian sedang sakit. Brian pasti lelah setelah beberapa malam menemaninya di rumah sakit.
Namun memang, kemarin malam Brian tidak pamit pulang kepada Keynara.
Demi menghilangkan kejenuhannya, Keynara membuka buku catatan yang baru saja ia pelajari. Ia mulai membaca dan terus memahaminya. Tidak ada teman untuk di ajak bicara. Safira pun sepertinya tidak masuk kelas hari ini.
Ceklek.
Suara pintu kelas yang terbuka mengalihkan perhatian Keynara terhadap bukunya.
Keynara pun refleks berdiri ketika melihat Brian datang. Dugaannya itu ternyata salah. Keynara pikir Brian tidak akan masuk sekolah.
Keynara menghampiri Brian. Brian menatap Keynara acuh. Tatapannya seperti asing.
"Dia kenapa?" batin Keynara.
Keynara dan Brian tepat berdiri saling berhadapan.
"Minggir dari hadapan gue," ucap Brian dengan singkat namun terasa menyakitkan bagi Keynara.
"Ka-kamu kenapa?" ucap Keynara dengan gerakan-gerakannya.
Brian dengan tatapan mata dan sikap dinginnya tidak menjawab pertanyaan Keynara. Brian hanya melewati Keynara dengan cuek begitu saja.
Melihat sikap Brian yang seperti itu, Keynara merasa sedikit sakit akan sikap Brian. Keynara lebih memilih duduk kembali ke mejanya, kemudian kembali membuka bukunya. Namun kali ini, bukan buku catatan. Melainkan buku novel favoritnya yang tak pernah bosan ia baca.
"Guys, gabut nih." Disisi lain, Friska dan temannya itu menghampiri Keynara.
"Woy bisu!" ucap Friska dengan nada ketus.
Keynara tidak menjawab ataupun melihat ke arah Friska dan teman-temannya yang berada didepannya. Ia hanya fokus kepada buku novel yang sedang ia baca. Rasa takut menyelimuti Keynara. Namun Keynara berusaha acuh.
"Gue heran sama cewek bisu kayak lo. Bisa-bisanya Rafa mutusin ceweknya gara-gara lo."
Deg
"Apa? Kak Rafa putus?" batin Keynara.
Perkataan Friska membuyarkan aktifitas Keynara.
Friska menarik buku novel yang sedang Keynara baca dengan paksa, hingga membuat Keynara jatuh tersungkur.
"Ups, sakit ya? Jangan nangis dong." Ucap Friska dengan tawa liciknya.
Keynara melirik kearah Brian. Pria itu nampak tidak peduli meskipun melihat keynara yang meringis sakit, akibat lututnya yang jatuh tersungkur ke lantai.
Brian malah lebih memilih pergi menghiraukan Keynara kemudian meninggalkan kelas.
Friska yang puas melihat Keynara seperti itu, kemudian menjatuhkan buku novel Keynara.
Keynara mengambil buku tersebut. Kemudian pergi meninggalkan friska dan teman-temannya. Hendak hati ingin menyusul Brian yang pergi.
Langkah Keynara terus mengikuti Brian. "Brian, tunggu!" Keynara berjalan dengan cepat, menarik tangan Brian.
Brian pun tidak menggubrisnya sama sekali. Namun, ketika Keynara menarik tangannya itu, Brian malah menepis tangan Keynara hingga tanpa sengaja mendorong tubuh Keynara.
"Aww," Keynara sedikit meringis.
Brian hanya melirik sekilas. Kemudian, melontarkan satu perkataan yang membuat Keynara semakin bertanya-tanya pada dirinya apa yang salah dengan dirinya."Menjauh dari kehidupan gue!" ucap Brian kemudian pergi.
"Jangan pernah lo muncul dihadapan gue. Karena sekarang, lo gak lebih dari seorang cewek murahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Keynara
Teen FictionKeynara. Gadis lugu, berparas manis. Tak luput dari itu, gadis tersebut mempunyai kelainan, dia seorang tunawicara. Namun, kekurangannya tidak pernah ia jadikan penghalang untuk meraih impiannya. Dia kerap kali di bully oleh temannya, diperlakukan...