"aww! Aduh, duh .... Pelan-pelan woy!"
Keynara terus mengobati luka Rafa, dengan menekan-nekan lukanya, seperti sedang meluapkan kekesalannya. Ada rasa bimbang dalam diri Keynara. Gadis itu mulai merogoh ponsel di saku bajunya. Mulai membuka aplikasi WhatsApp nya, hendak mengirimkan pesan tersebut terhadap Brian.
Namun, ketika hendak mengirimkannya, tangan Rafa dengan cepat menyambar ponsel yang di pegang Keynara.
"Ngapain lo ngirim pesan segala? lo mau disebut cewek murahan lagi?"
Keynara diam, tertegun sejenak. Perkataan Rafa menyadarkannya.
"Nih, disini nih. Bibir gue nyampe Jontor begini! Tanggung jawab pokoknya," ucap Rafa tertawa kecil, terlihat aneh.
Keynara tidak menjawab. Ia lebih memilih terus mengoleskan obat, di sudut bibir Rafa.
"Key, lo tau ga?" lirih Rafa.
Keynara hanya diam, melihatnya dengan malas.
"Lo, bisa liat kan, luka ini?" ucap Rafa, menunjuk ke arah sudut bibirnya yang terluka.
Keynara hanya mengangguk.
"Asal lo tau, Luka ini, bisa sembuh seketika," Katanya dengan menyunggingkan senyumnya.
Keynara diam tertegun, "gimana caranya?" tanya Keynara dengan gerakan tangannya.
Rafa yang akhir-akhir ini, belajar bahasa isyarat, sedikit mengerti, bisa menangkap apa yang Keynara ucapkan.
"Lo mau tau?"
Keynara mengangguk, mengiyakan.
1.
2.
3.
Cupp.
Satu kecupan berhasil mendarat di bibir Keynara dengan cepat.
"Sembuh deh!"
Keynara dibuat diam mematung. Saat ini, Jantungnya berdegup kencang. Sementara Rafa, ia pergi meninggalkan Keynara, dengan senyum nakalnya.
Beruntungnya, tidak ada seorang pun di UKS ini. Hanya mereka berdua. Penjaga UKS pun, sedang tidak ada. Kalau ada, bisa berabe urusannya.
"Pulang sekolah, gue jemput!" teriaknya dari kejauhan.
Keynara memegang bibirnya. Perasaannya tidak karuan.
"Sial! Perasaan ini." batin Keynara.
"Sadar Key! Kak Rafa itu, udah punya cewek."
Bel sekolah berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing.
Keynara mengusap wajahnya kasar. Sekarang, yang ingin ia lakukan, adalah bertemu ayahnya. Mencurahkan segala keluh kesahnya hatinya kepada sang ayah.
Gadis itu mulai melangkahkan kakinya keluar UKS. Saat membuka pintu keluarnya, Brian berada tepat dihadapannya.
Masih tetap dengan tatapan matanya yang dingin, dan asing itu. Langkah mereka terhenti Secara bersamaan.
Brian menyunggingkan senyumnya, dengan tatapan tidak suka.
"Ternyata emang bener, lo itu cewek murahan,"
Plakk!
Satu tamparan mendarat di pipinya Brian. Keynara merasa Brian pantas mendapatkan itu.
Untuk yang kedua kalinya, Brian mengatakan kata-kata yang membuat hati Keynara tersayat membuat air matanya lolos begitu saja.
"Aku pikir, kamu beda. Nyatanya, kamu sama seperti mereka!" teriak Keynara dengan pengucapan yang tidak jelas.
"Kenapa pas awal kamu baik sama aku! Kenapa baru sekarang, kamu nunjukin sifat asli kamu!
"Kenapa!"
"Aku benci kamu Brian!" Keynara berlari meninggalkan Brian.
****
Seorang gadis dengan rambut panjang yang terlihat lugu datang menghampiri Keynara. Gadis itu merupakan temannya dikelas. Dia Annisa. Notabennya sama seperti Keynara. Yakni, sebagai siswa yang mendapatkan beasiswa di sekolahnya.
"Key, bisa minta tolong gak?" ucap Annisa kepada Keynara.
"Apa?" tanya Keynara dengan gerakan tangannya.
"Cincin aku ilang. Terakhir, tadi aku cuma pergi ke WC. Aku minta tolong, buat bantu cariin cincin aku," ucap Annisa menjelaskan kepada Keynara.
Keynara hanya mengangguk-angguk mengerti, kemudian tersenyum lalu meraih tangan Annisa menuju WC.
Mereka berdua mulai mencari cincin tersebut, di setiap jalan yang mereka lewati.
Saat tiba di WC, Keynara mulai mencari di setiap sudutnya secara teliti.
"Key, aku coba cari di luar WC, kamu cari disini, yah!" Annisa menyuruh Keynara untuk mencarinya didalam, sementara Annisa pergi keluar mencarinya.
Tap
Tap
Tap
Suara derap langkah yang saling beradu mendekat.
"Ini, yang lo cari?"
____________________
Jangan lupa votment nya!
Tunggu terus kelanjutannya. Ada hal yang lebih menarik dari sebelumnya ^^
See you ❣️
Lopyu❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
Keynara
Teen FictionKeynara. Gadis lugu, berparas manis. Tak luput dari itu, gadis tersebut mempunyai kelainan, dia seorang tunawicara. Namun, kekurangannya tidak pernah ia jadikan penghalang untuk meraih impiannya. Dia kerap kali di bully oleh temannya, diperlakukan...