40. kehilangan sang pahlawan

69 11 5
                                    

Derasnya hujan dibawah langit senja seakan-akan menjadi pelengkap dalam kesedihan seorang gadis yang tengah menangis dan menatap sendu gundukan tanah yang terukir nama orang yang sangat amat berarti di kehidupannya.

Ia harus menghadapi kenyataan, bahwa sayap yang menopang ia untuk hidup itu kini sudah menghilang. Mungkin dulu sayap itu hanya patah, tapi kini semuanya sirna.

Apa yang lebih sakit sakit, dari sebuah kehilangan? Selanjutnya, Siapa yang akan menjadi superhero di kehidupannya?

Tidak ada lagi bekal sarapan yang selalu ayahnya berikan, kata demi kata terus menerus terbayang dalam benaknya.

"Ayah bangga sama kamu!"

"Ayah sayang banget sama kamu. Kamu harus terus semangat! Jadi anak yang baik yah!"

Hal yang paling menusuk hatinya adalah ketika ia tidak bisa bertemu disaat sisa hidup ayahnya.

Hancur

Sakit

Perih

Sesak

Takdir yang menyedihkan, yang tak pernah ia inginkan ini terjadi begitu saja.

Tes

Air matanya kembali turun membasahi pipinya. Tak terhitung tetes air mata yang membasahi batu nisan dihadapannya yang terus ia peluk erat.

Matanya sayu, bibir pucatnya bergetar, karena terlalu lama berdiam diri dibawah guyuran hujan.
Suara alunan doa terdengar di telinganya. Setelah lama dan pemakaman yang sudah sepi.

Ia bangkit dari duduknya menatap kosong batu nisan ayahnya.

"Kenapa ayah ninggalin Key sendiri?"

"Kenapa setelah tuhan ngambil bunda sekarang ayah yang pergi!

"Kenapa Tuhan gak adil!"

"Kenapa gak Key aja yang mati!" teriak Keynara dibawah derasnya hujan.

Keynara melangkahkan kakinya meninggalkan area pemakaman, menuju rumah.

Setelah sampai di rumahnya, dalam kondisi baju yang basah kuyup, dan seragam sekolahnya yang belum ia ganti sejak pemakaman tadi berlangsung.

Keynara berjalan menuju meja belajarnya. Disana ada 2 figura yang berisi foto dirinya dan ayahnya.

Keynara mengambil figura foto tersebut, memandangi sosok superhero nya yang sedang meniup lilin saat perayaan ulang tahun ayahnya.

"Ayah selalu bilang, kalau ayah cuma minta kado Keynara disamping ayah. Tapi kenapa ayah yang pergi dari aku?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Keynara. Keynara tersenyum sendu, dan mengusap foto tersebut lalu kembali menaruh foto tersebut keatas meja.

Gadis itu menatap ponsel dihadapannya. Brian. Hanya dia satu-satunya yang biasanya selalu ada disaat ia terpuruk. Tapi, apa dia masih marah? Bahkan pesan yang Keynara kirimkan sedari kemarin belum ada satupun yang pria itu balas.

Ia mulai kembali menghubungi Brian dengan mengirimkan pesan kepadanya.

------------Chat------------

Keynara : Brian bisa kita ketemu?

Keynara : Brian, Aku takut.

Keynara : Brian udah janji kan? Kalo Brian bakal selalu ada? Brian janji juga kan, gak bakal pergi kayak ayah?

Keynara menghela napas, terus menunggu balasan pesan dari Brian.

Tidak ada balasan sama sekali dari pria tersebut.  

Puluhan kali Keynara mencoba menelpon, namun panggilannya selalu di tolak oleh Brian.

Bahkan lucunya sekarang nomor Keynara diblokir Brian.

Semuanya meninggalkan Keynara. Kini hanya kesendirian yang dapat ia peluk dalam dinginnya malam dan derasnya hujan diluar.

"Kenapa harus sesakit ini tuhan!"

****

Dari loteng kamar, terdengar sangat jelas suara gemuruh hujan yang seakan-akan seperti alunan pengiring hati yang tengah dilanda kesedihan. Munafik jika ia mengatakan ia tidak merindukan gadis itu.  Sekalipun ia terus menolak panggilan suara tersebut, ada rasa sesak tersendiri dalam hatinya.

Ternyata mencoba untuk tidak peduli terhadap orang yang kita cintai, itu sulit.

Brian terus menatap layar ponselnya. Puluhan pesan dari Keynara memilih ia abaikan. Brian pikir, setelah kepergiannya, Keynara harus mulai terbiasa tanpanya. Karena nanti, Brian tidak akan ada lagi disisinya. Maka dari itu, Brian melakukan semua ini agar Keynara menjadi sosok wanita yang tidak lemah lagi. Meskipun caranya membuat Keynara membenci Brian.

"Gue tau ini sulit. Semua ini gue lakuin dengan terpaksa Key. Suatu saat lo pasti paham." ucap Brian dalam hati.

Brian benar-benar menghela napasnya  panjang. Dengan berat hati, Brian mulai memblokir nomor Keynara.

"Ini jalan yang terbaik buat lo key." batin Brian.

Keynara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang